7
Hal simpel saja sudah bisa membuatnya tersenyum bahagia.
Hari istimewa dalam hidup Riana akhirnya tiba. Kini ia genap berusia 16 tahun. Hari kelahiran seharusnya mendapat perayaan kan? Yah.. Tergantung setiap orang sih.
Namun Sano Riana tidak pernah merayakan ulang tahunnya sampai detik ini. Ia selalu melewatinya seperti hari biasa. Bahkan ia tidak berharap mendapatkan ucapan selamat ulang tahun. Melalukan kegiatan normalnya dan menjadi babysitter kakaknya. Itu sudah menjadi rutinitas.
Di pagi hari seperti biasa ia membangunkan kakaknya yang tidur seperti simulasi orang meninggoy. Tentu kakaknya itu dibangunkan dengan cara yang tidak normal.
....
"Ana, aku pergi ke tempat biasanya. Jangan ikut!" pamit Manjirou serta memberi larangan agar Riana tidak membuntutinya.
"Pulang jam berapa? Nanti aku kesepian di sini," tanyanya mempoutkan bibir.
"Siang," jawabnya singkat sebelum keluar dari rumah.
"Ah- yaudah... hati-hati," gumamnya menjadi sedih karena kakaknya langsung nyelonong pergi sebelum mendengarkan perkataannya hingga selesai.
"Hari ini kan ulang tahunku...," ucapnya cemberut.
"Au dah- mau rebahan aja," monolognya, berjalan masuk ke kamarnya.
.
.
.
Sesuai ucapan kakaknya, Riana kini menunggu kepulangan kakaknya dengan sabar. Namun setelah satu jam berlalu, Manjirou belum terlihat batang hidungnya.
Menghela nafas panjang, ia menggunakan jemarinya untuk menyeka bulir air yang bersarang di pucuk matanya. "Aku makan sendiri saja," monolognya tersenyum sendu. Padahal ia sudah menyiapkan makan siang untuk kakaknya
Detik demi detik berlalu dan kini langit telah berubah menjadi kemerah-kemerahan. Langit senja telah nampak di angkasa menandakan sebentar lagi malam akan tiba.
Melanggar perkataannya, Manjirou pulang ke rumah pada sore harinya. Hal pertama yang ia dapati adalah Riana yang mengerucutkan bibir dan tidak menjawab perkataannya.
"Ana kenapa ngambek?" tanyanya duduk di sebelah adiknya.
"..."
"Apa ini karena aku pulang terlambat?" jawabnya atas pertanyaannya sendiri.
"Kau tau sendiri," balasnya ketus.
"Oh ayolah... Jangan dikit-dikit ngambek dong," rayunya dengan mengusap kepala adiknya.
Dengan kasar Riana menyingkirkan tangan Manjirou dari kepalanya. "Jangan sentuh. Manjirou jahat!" ucapnya dengan nada suara bergetar.
Meski begitu Manjirou tidak mendengarkan dan malah membawa Riana dalam dekapannya. "Maaf-maaf.. Apa Ana kesepian?"
"Tentu saja..." jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
Lantas Manjirou mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Ia lalu memakaikan sebuah jepit dengan hiasan bunga di atasnya. "Cocok sekali dengan Ana"
Manik Riana berbinar ketika melihat pemberian dari kakaknya. "Untukku?"
Ia mengangguk sebagai jawaban. "Selamat ulang tahun Ana. Maaf hanya bisa memberimu sebuah jepit," ujarnya menampilkan senyum.
Semburat merah tipis tercipta di wajah Riana dengan senyum yang kini melebar. Perasaan sedihnya tergantikan oleh rasa bahagia. "Arigatou Nii-san!"
"Hayo... Tadi kan mau nangis kok sekarang malah senyum?" godanya dengan mentowel pipi Riana
"Suka-suka aku! Hehehe"
-To be continued-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro