3
Ia selalu saja menempel denganku, sampai aku terheran.. Apakah dia tidak takut denganku yang seorang berandalan?
Bulan telah berganti dan kini mulai memasuki musim baru. Masih dengan keseharian yang sama, Sano Riana bersekolah seperti biasa. Berbeda dengan kakaknya, Riana merupakan anak yang rajin dan tidak pernah membolos.
Jam pulang telah berbunyi, mempersilahkan setiap muridnya untuk pulang ke rumah. Sementara itu, dengan membawa tas sekolahnya, Riana menyusuri jalanan untuk menemui kakaknya.
Hingga akhirnya ia sampai di sekitaran gang di perumahan. Ia mendapati saudaranya beserta teman-temannya sedang ada di sana. Sepertinya mereka sedang bergelut?
Namun tanpa mempedulikan hal itu, Riana malah langsung asal nyelonong ke dalam gang dengan rianya. "Ketemu!"
Sontak beberapa orang di sana menolehkan kepala padanya yang tidak tau situasi saat ini. "Adiknya Mikey-kun...," ucap seorang yang memiliki gaya rambut aneh dan wajahnya yang sudah babak belur dan dihiasi cairan merah segar.
"Ana! Sudah kutakan untuk langsung pulang setelah sekolah kan!" tegur pemimpin Touman.
"Ehhh... Tapi aku ingin pulang sama Nii-san," balasnya mempoutkan bibir.
"Jangan bersikap manja! Kau sudah besar Ana," nasehatnya pada Ariana yang kini malah cemberut.
"Huhmp! Bilang aja Nii-san ga sayang aku," ucapnya menghentakan kaki sekali lantas melipat tangan di depan dada bersamaan dengan kepala yang ditolehkannya ke samping.
Menghela nafas panjang, Manjirou menggelengkan kepala melihat tingkah laku dari adik perempuannya. "Ngambek seperti anak kecil"
"Haha.. Mikey-kun sebaiknya pulang dengan Riana-chan aja. Lagian mereka udah pada tepar," usul Takemicchi.
"Ya terserah saja. Aku harus meladeni adikku yang manja ini. Ja~ sampai jumpa besok Takemitchi," pamitnya sembari membersihkan cipratan noda merah di salah satu pipinya.
Berpisah dari Takemicchi, Manjirou akhirnya menemani Riana untuk pulang. Meskipun sang adik masih cemberut karena kesal.
"Ana, itu tadi berbahaya. Jangan datang secara tiba-tiba," tegurnya takut jika sesuatu membahayakan nyawa adiknya.
"Uhm.... gomene~" balasnya menundukkan kepala.
"...Sudahlah.. Lain kali lebih berhati-hatilah," ingatnya.
"Ha'i!" jawabnya yang kini wajah cemberut iti telah berganti senyuman seperti biasa. Lantas ia memeluk salah satu lengan Manjirou dan berjalan dengan menempel pada kakaknya. "Hehe. Aku senang Nii-san mau menemani"
Sementara Manjirou hanya bisa menghelakan nafasnya kembali. "Dasar..."
- To be continued -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro