Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 36

"Allah SWT amat mencintai umatNya yang dengan tulus membuka pintu maaf untuk orang-orang yang telah melukainya."

***

                                 

Sampai saat ini pun, Rangga masih setia berada di samping Kayla. Ia memang tidak bisa menghibur gadis itu. Namun, setidaknya ia akan selalu ada saat Kayla membutuhkannya. Seperti sekarang, gadis itu lebih memilih diam dengan bahu Rangga sebagai sandarannya.

Pulang dari TPU tadi, Rangga memutuskan untuk mengajak Kayla ke tempat pertama saat mereka resmi jadian. Padahal, ini sudah malam. Namun, Kayla masih belum mau beranjak. Katanya, ia ingin melihat bintang.

"Kata bunda, kalau bunda nggak ada, Kayla tinggal lihat aja bintang. Bunda ada di salah satu bintang itu," ujar Kayla tiba-tiba.

"Oh ya? Yang mana tuh?" tanya Rangga berusaha membuat suasa lebih mencair.

"Bintang yang paling terang. Bunda ada di sana," sahut Kayla dengan kepala menengadah ke atas.

"Kalau gitu, coba sapa bunda. Siapa tau beliau lagi lihat kamu."

Kini, tatapan Kayla beralih pada Rangga. Sudut bibirnya tertarik ke atas bersamaan dengan air matanya yang meluncur bebas membasahi pipinya. "Iya, ya? Kayla baru inget," ujarnya.

Kemudian, kepalanya kembali menengadah. Tangannya ia angkat seolah berusaha menggapai bintang yang paling terang. "Bunda, Lala kangen. Sini bunda, turun."

Rangga tidak tahan. Ia segera memalingkan wajahnya ke kiri dan dengan cepat menyeka air matanya.

Kayla tersenyum masam saat bintang itu hanya berkedip-kedip tanpa menjawab sapaannya. Ia seolah menggenggam angin, sampai kapanpun ia takkan bisa menggapainya.

"Kayla capek."
 
"Kamu capek? Ya udah, kita pulang sekarang, ya?"

Kayla menggeleng. "Kayla capek jalanin ini semua." Ia mendongak, menatap lekat-lekat kedua manik mata Rangga, "Kayla pengen mati."

Dalam sekali tarikan, Rangga mendekap tubuh Kayla begitu erat. Ia ingin Kayla tahu, bahwa Rangga tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Plis, jangan ngomong gitu."

Isak tangis mulai terdengar.

Sambil menangkup pipi Kayla, Rangga berujar, "Tau nggak, sebenernya Allah itu lagi ngetes kamu. Allah pengen tau seberapa kuat kamu. Untuk sampai tahap ini aja kamu udah sangat luar biasa, Kay. Tinggal sedikit lagi, kebahagiaan udah ada di depan mata.  Aku mohon, jangan pernah bilang bahwa kamu nggak kuat. Aku tau kamu bisa."
 

🌂🌂🌂

Kayla cukup terkejut saat membuka pintu dan mendapati Melody yang tengah berdiri di depan rumahnya. Gadis itu tersenyum simpul, ia jelas tahu Kayla terkejut dengan kehadirannya yang bisa dibilang tiba-tiba.

"Apa kabar, Kay?" tanyanya dengan senyum mengembang.

"Ba-baik, Kak. Silakan masuk," jawab Kayla seraya mempersilakan Melody untuk masuk ke rumahnya.

Keduanya langsung masuk. Kayla masih bertanya-tanya, untuk apa Melody datang ke rumahnya? Di sekolah saja mereka tidak pernah akur. Lantas, mengapa tiba-tiba gadis itu datang dengan senyum manis tanpa paksaan?

"Kak Melody mau minum apa?"

"Apa aja deh," sahut Melody sambil memerhatikan rumah Kayla yang begitu mewah, setara dengan rumahnya.

Sambil menunggu Kayla membuatkan minum untuknya, Melody bamgkit dari kursi yang ia duduki. Ia berjalan pelan sambil memerhatikan setiap Poto yang terbingkai rapi, baik di nakas ataupun dinding. Dimulai sejak Kayla kecil sampai ia tumbuh besar seperti sekarang.

"Gue kira, lo dari keluarga biasa. Ternyata, lo orang kaya, ya," celetuk Melody saat Kayla berjalan sambil membawa nampan berisi dua gelas jus.

Kayla hanya menanggapinya dengan seulas senyum tipis.

"Bokap dan nyokap tiri lo ke mana? Kok sepi banget," tanya Melody seraya mendaratkan bokongnya kembali ke sofa.

"Ayah kerja, sore nanti baru pulang. Kalau mama ada di kamar." Saking penasarannya, Kayla kembali bertanya, "Kalau boleh tau, ada tujuan apa Kak Melody ke sini?"

"Salah ya kalau gue pengen jenguk elo?"

Pertanyaan Melody sontak membuat Kayla meringis tak enak. Aneh juga sih pertanyaannya.

"Lo udah baikan sama Tyas?"

Sekali lagi, Kayla menautkan kedua alisnya bingung. Dari mana Melody tahu jika dirinya dan Tyas sedang ada masalah? Apa mungkin masalah mereka berdua telah tersebar di sekolah?

"Tyas itu sepupu gue," ujar Melody.

Gadis itu tampak menghela napas kasar, memutar ingatan pada saat ia kecil dulu. "Dulu, gue deket banget sama dia. Tyas udah gue anggap seperti adik kandung gue sendiri. Dulu, ayah dia gila harta. Dia juga suka sama mama gue. Dia hancurin keluarga gue. Berharap setelah itu dia bisa milikin mama serta harta ayah gue. Nyatanya apa? Dia kena karmanya. Perusahaan dia bangkrut. Keluarganya jatuh miskin. Om Tio jadi suka mabuk-mabukan. Hingga pada akhirnya, nenek usir keluarga om Tio. Makanya, gue suka kesel kalau lihat Tyas. Gue selalu keinget saat om Tio berusaha ngancurin perusahaan ayah."

Pernyataan dari Melody sungguh membuat Kayla tak mampu berkata apa-apa. Ia benar-benar kehabisan kata.

"Tyas itu sering jadi pelampiasan amarah papanya. Apalagi mamanya, kasian sih kadang lihatnya. Mungkin itu sebabnya Tyas iri sama Lo. Dia pikir kehidupan lo lebih baik darinya. Nyatanya, nggak, 'kan?"

Tiba-tiba, muncul rasa bersalah dalam diri Kayla. Tyas pasti sangat sedih sekarang.

"Kakak tau rumahnya Tyas?" tanya Kayla.

Melody mengangguk mantap. Jelas ia tahu. Bagaimanapun, Tyas tetaplah sepupunya. Gadis itu hanya korban. Rasanya, kurang pas jika ia menyalahkan Tyas dalam masalahnya.

"Rumah dia nggak jauh kok dari sekolah. Cuma sekitar dua ratus meter. Rumahnya kecil, andai Lo lihat sekarang, lo nggak akan nyangka itu rumahnya," jelas Melody semakin membuat Kayla merasa iba pada sahabatnya itu.

"Oh iya, gue minta maaf, ya. Selama ini gue sering banget ganggu hubungan lo sama Rangga. Tenang aja, gue udah move on kok dari dia. Salut sih gue sama lo, cowok kayak Rangga bisa sampai luluh gitu," terangnya. Ya, itulah tujuan utama ia datang ke rumah Kayla. Ia sadar telah sering menyakiti Kayla.

"Iya, Kak. Kayla juga minta maaf kalau sering buat Kak Melody kesel," sahut Kayla.

"Ya udah, gue harus pamit sekarang. Oh iya, tolong maafin Tyas, ya? Gue nggak tega lihat dia sedih gitu," pamitnya.

Kayla mengangguk. Ia langsung mengantar Melody sampai teras.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro