Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 34

"Kesedihan paling nyata adalah kehilangan sesuatu yang tak mungkin bisa kembali lagi sekali pun kau memohon agar Tuhan mengembalikannya. Sesuatu itu adalah 'kematian'."

***

Senin, sepulang sekolah, Kayla kembali ke rumah sakit dengan ditemani Rangga. Saat sampai di sana, rupanya Mega dan Nugroho sudah lebih dulu menemani Sarah yang masih setia menutup matanya.

Mega langsung berdiri menghampiri Kayla.

Kayla sendiri mencoba untuk mengontrol emosinya. Ia akan memberi kesempatan pada Mega untuk menjelaskan semuanya. Gadis itu menoleh pada Rangga yang setia berada di sampingnya. Anggukan Rangga membuatnya semakin yakin untuk menyelesaikan semua masalah keluarganya.

Setelah itu, keduanya segera mencari tempat yang nyaman untuk bercerita. Taman depan rumah sakit menjadi pilihan mereka.

"Lala, sini, Nak." Mega mengisyaratkan Kayla agar duduk di sebelahnya.

"Tante mulai ya ceritanya?" yang direspon anggukan oleh Kayla.

Mega menatap lurus ke depan seolah tengah menerawang, kemudian mulai bercerita, "Jadi, dulu semasa SMA, Tante dan bunda kamu bersahabat. Sedangkan Tante dan ayah kamu pacaran. Jauh sebelum Tante kenal dengan bunda kamu." Mega berhenti sejenak.

"Hingga suatu saat, Bunda kamu cerita sama Tante kalau dia suka sama ayah kamu, yang saat itu statusnya masih pacar Tante. Di situ, rasanya campur aduk. Tante bingung harus apa. Di satu sisi Tante cinta banget sama ayah kamu. Sedangkan di sisi lain Tante juga sayang sama bunda kamu."

Mega berhenti sebentar untuk melihat reaksi Kayla. "Tante juga udah minta putus sama ayah kamu, tapi ayah kamu nggak mau. Sampai suatu ketika, Tante nemuin ayah kamu yang lagi bentur-benturin tangannya di depan cermin, persis seperti orang kesurupan. Ayah kamu nangis sambil peluk Tante. Dia bilang kalau dia dijodohkan sama Sarah."

Gadis dengan rambut yang diikat kuda itu menyimak dengan baik kata demi kata yang keluar dari mulut Mega. Kayla bisa melihat dengan jelas kedua mata Mega yang mulai berkaca-kaca. Lama-kelamaan, semakin deras membuat Kayla tak tega.

"Kalau Tante nggak bisa nerusin nggak apa-apa, Lala ngerti." Bagaimana pun, Kayla sudah bisa mengambil kesimpulan. Ayahnya terpaksa menikah dengan bundanya.

Mega menggeleng, kemudian kembali melanjutkan, "Saat itu Tante coba yakinin ayah kamu untuk berusaha mencintai Sarah, meski hati Tante menjadi korbannya. Akhirnya, ayah kamu mau menerima Sarah. Sampai Sarah melahirkan kamu, ayah kamu sadar, bahwa dia hanya menyayangi Sarah, bukan cinta seperti yang dia rasakan ke Tante. Di sini Tante juga salah, karena Tante juga masih sangat mencintai ayah kamu. Sampai akhirnya kita memutuskan untuk selingkuh. Dan ... sekarang Tante menyesal."

Mega menangis terisak tak mampu melanjutkan ceritanya. Kayla langsung mendekat dan memeluknya dengan sangat erat.

"Gara-gara kesalahan Tante, bunda kamu jadi sakit."

Kayla menggeleng dengan seutas senyum tulus. "Tante nggak salah. Maafin Lala yang nggak mau dengerin penjelasan Tante," ucapnya masih dengan mengusap lembut punggung Mega.

Mega mengurai pelukannya. Sambil mengatur napas, Mega berujar, "Lala mau maafin Tante, 'kan?"

Sudut bibir Kayla tertarik ke atas menjawab pertanyaan Mega. Mereka kembali berpelukan saling menyalurkan kebahagiaan.

Setelah cukup tenang, Mega kembali mengurai pelukannya. "Sayang, kayaknya ponsel kamu dari tadi bunyi. Coba kamu lihat dulu, siapa tau penting," ucapnya.

Kayla langsung merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya. Kayla tercengang ketika mendapati sembilan belas panggilan dari Rangga. Baru saja ia hendak berdiri, Rangga memanggilnya.

"Kayla."

Kayla menautkan kedua alisnya bingung saat Rangga berjalan dengan tergesa-gesa ke arahnya. Kayla menoleh ke arah Mega yang juga bingung dengan tingkah kekasihnya.

"Kenapa telponku nggak diangkat?" tanya Rangga dengan napas ngos-ngosan.

"Kak Rangga kenapa?" tanya Kayla polos.

"Nanti aku jelasin, sekarang kita ke dalam dulu. Tante Sarah kejang-kejang lagi."

Tanpa berkata-kata, Kayla berlari meninggalkan Rangga dan Mega di belakangnya. Ia berlari tanpa memedulikan tatapan aneh dari orang-orang di sekitarnya. Namun, saat ini ia harus merasakan lututnya yang berdenyut nyeri akibat menghantam ubin rumah sakit. Rangga yang melihat itu langsung mempercepat langkahnya menghampiri Kayla.

Rangga mengangkat dagu Kayla agar menatapnya, "Hei, lihat aku. Yang tenang, oke? Jangan kayak gini."

Kayla menepis tangan Rangga, kemudian berteriak dengan lantang, "Tenang? Kak Rangga bilang Kayla harus tenang? Bunda kesakitan, mana bisa Kayla tenang?!"

Kayla kembali melanjutkan langkahnya. Sesampainya di ruang rawat Sarah, gadis itu tak menemukan siapa pun di sana. Ia benar-benar panik.

Kayla berbalik ke belakang, menatap nanar ke arah Rangga. "Bunda di mana?" lirihnya.

Sedetik kemudian, ia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Rangga. Entah mengapa, firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Jantungnya terus berdetak tak tenang.

Rangga menuntun Kayla menuju ruang ICU. Di sana sudah ada Nugroho yang menunggu dengan harap-harap cemas.

Dokter baru saja keluar dari ruang ICU dan mengatakan bahwa kondisi Sarah semakin parah.

Kayla langsung masuk ke dalam tanpa Mega, Nugroho maupun Rangga. Mereka sengaja membiarkan Kayla untuk mengobrol sepuasnya dengan Sarah tanpa terganggu oleh siapa pun.

Sejenak, Kayla memperhatikan wajah Sarah yang semakin kurus. Tulang pipinya nampak menonjol dengan sedikit kerutan di sudut mata dan keningnya. Tak lama, kedua mata itu terbuka perlahan.

"La-Lala ...," ucap Sarah begitu lirih.

Kayla cukup terkejut. Namun, sedetik kemudian senyumnya merekah. "Iya, Bunda. Ini Lala, Bunda mau apa? Biar Lala cariin," ujarnya.

Seulas senyum hangat terbit dari bibir Sarah yang nampak pucat pasi. Dipandanginya putrinya yang sudah beranjak remaja. Benar-benar cantik, pikirnya.

"Peluk Bunda," pinta Sarah.

Tak ingin banyak bertanya, Kayla langsung mendekap tubuh ringkih Sarah sambil sesekali mengusap rambutnya. Keduanya saling berpelukan seolah tak ada hari esok. Saling menyalurkan rasa cinta dan kasih sayang.

"Lala janji ya sama Bunda? Lala harus jadi perempuan yang kuat. Jangan mudah mengeluh selagi masih ada Allah yang yang lindungi Lala, ya?" bisik Sarah. Ia merasa pandangannya mulai memburam.

Desah napas Sarah semakin berat. Tubuhnya kembali kejang-kejang membuat Kayla panik.

Sshh ....

Hhhhhh ... ssshhh ....

Kayla segera melepas pelukannya mencoba menyadarkan Sarah. Ia terus menepuk-nepuk pelan pipi Sarah, berharap wanita itu kembali membuka matanya.

"Bunda kenapa?" tanyanya panik.

"Bun?"

Perlahan, kedua mata Sarah tertutup dengan setetes air mata yang keluar dari sudut matanya.

"AYAH!" pekik Kayla mengagetkan semua yang ada di luar ruangan. Mega, Nugroho dan Rangga bergegas masuk untuk melihat.

"Bunda bangun, jangan buat Lala khawatir," ucapnya dengan derai air mata. Ia terus mengecupi seluruh permukaan wajah Sarah berharap wanita itu kembali membuka matanya.

Rangga mendekat, mencoba menenangkan Kayla. Dokter masuk dengan kedua suster di belakangnya.

"Mundur dulu, Kay. Kasih kesempatan dokter untuk meriksa Tante Sarah," tuntunnya sambil terus menguatkan Kayla.

Masih dengan terisak, Kayla membiarkan dokter itu memeriksa keadaan Sarah. Helaan napas kasar terdengar usai dokter itu mencopot semua selang yang menempel di tubuh Sarah.

"Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, sepertinya Tuhan lebih sayang pada Nyonya Sarah. Istri Anda telah meninggal," ucap sang dokter tertuju ke arah Nugroho.

"BUNDAAAAA ...!" Kayla menjerit histeris.

Tangisnya pecah membuat orang lain yang melihatnya merasa iba. Hancur sudah hidup Kayla. Semua mimpi dan harapannya benar-benar telah hancur bersama kepergian Sarah untuk selama-lamanya.

"Bunda bangun, bercandanya kelewatan, Bunda. Lala nggak suka!" pekik Kayla sambil terus mengguncang tubuh Sarah.

"Dokter, selamatin Bunda. Lala mohon," pintanya dengan tubuh yang direndahkan sampai lututnya menyentuh lantai. Sambil bertekuk lutut di kaki sang dokter, Kayla meronta-ronta seperti orang kesetanan.

Mega langsung mendekat dan memeluk Kayla begitu erat, mencoba menyalurkan kekuatan agar Kayla tetap tegar.

"Sabar, Sayang. Biarkan bundamu tenang di sisiNya," ucap Mega menahan tangisnya. Bagaimanapun, ia ingin terlihat kuat di depan Kayla.

"Saya permisi, Pak," pamit dokter itu.

Nugroho mengangguk lesu. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya pada Rangga yang sedari tadi diam.

"Rangga, bisa tolong belikan minum untuk Lala?" pinta Nugroho.

Rangga mengangguk, ia segera melangkahkan kakinya menuju kantin. Tak lupa, ia mengabari teman-temannya perihal berita duka yang baru saja dialami oleh Kayla.

Mega mengurai pelukannya, digantikan oleh Nugroho. Pria itu langsung mendekap putrinya. Dikecupnya kening Kayla berkali-kali mencoba menenangkan Kayla. Isak tangis Kayla terdengar begitu pilu di telinganya membuat dadanya ikut merasakan sesak. Bahu rapuh yang tengah berada dalam dekapannya benar-benar butuh kekuatan.

"Ayah bersama kamu, Sayang."














Oh, God! Aku nangis nulisnya😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro