Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 32

"Tuhan tahu kamu lelah. Tuhan juga tahu kamu ingin menyerah. Namun, Tuhan percaya padamu. Bahwa kamu pasti bisa melewatinya."

***

Bugh!

Gadis itu meringis menahan perih pada lututnya yang terbentur lantai. Masih dengan berlinang air mata, Kayla menggeser tubuhnya ke dekat tiang guna menyangga tubuhnya yang lemas. Ia terus meniup-niup lututnya yang berdarah. Kayla kesal, ia benci hari ini. Lebam di lengan dan pipi serta lecet pada lututnya memang tidak seberapa dibandingkan luka pada hatinya.

"Kayla?"

Merasa ada yang memanggilnya, Kayla pun mendongak. Ken tampak berdiri di depannya dengan tangan yang dimasukkan ke saku celananya. Ia langsung mensejajarkan tubuhnya di samping Kayla.

"Kok nangis, udah ketemu sama Rangga?"

Kayla hanya diam tanpa mempedulikan Ken yang terus menatapnya dengan intens.

Sebelum Ken kembali bersuara, terlebih dahulu Kayla menyelanya. "Kayla mau ke perpus," ujar Kayla seraya berusaha bangkit.

Setelah itu, Kayla langsung berdiri dan meninggalkan Ken. Cowok itu terus memerhatikan Kayla yang jalan dengan sempoyongan.

🌂🌂🌂

Hari ini Kayla memutuskan untuk beristirahat di perpustakaan. Di dalam sana, ia memilih beberapa buku yang hendak dibacanya, kemudian mencari tempat yang pas dan nyaman untuk dirinya.

Sejam berlalu, kini entah untuk yang ke berapa kalinya ia menguap. Rasa kantuknya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Tanpa sadar, kedua matanya tertutup dengan buku yang menutupi sebagian wajahnya.

Beberapa saat kemudian, suara bel yang begitu keras membuat Kayla tersentak dari tidur lelapnya. Sambil mengucek matanya yang sedikit buram karena terlalu lama tidur, Kayla menoleh ke sembarang arah. Sepi. Tak ada siapa pun selain dirinya dan Bu Pris, sang penjaga perpustakaan.

Sempat melirik sekilas arloji pada pergelangan tangan kirinya, gadis itu melotot. Ya Tuhan, selama itukah ia tidur? Pikirnya. Dua jam sudah ia tertidur di perpustakaan. Cepat-cepat ia meletakkan kembali buku yang telah ia baca dan bergegas keluar dari sana.

Di jalan, tanpa sengaja bola matanya bertemu dengan Rangga. Cowok itu semakin memperlebar langkahnya menuju posisi di mana Kayla berdiri saat ini.

"Kayla, kamu dari mana aja? Aku nyariin dari tadi," ucapnya.

Kayla hanya diam dan berlalu begitu saja. Ia sadar, mungkin apa yang ia lihat tidak sesuai dengan yang ia bayangkan. Namun, tetap saja ia merasa cemburu. Lagipula, untuk apa Rangga dan Tyas berduaan di taman belakang? Ah, memikirkan itu membuatnya semakin merasa kesal.

"Kay, jangan diemin aku dong. Aku tau aku salah, tapi aku bisa jelasin," ucap Rangga memohon.

Kayla menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Rangga. "Kak Rangga nggak salah, Kayla aja yang terlalu cemburuan," ucapnya.

Rangga menggeleng cepat. "Nggak gitu, Kay. Aku nggak sengaja ketemu Tyas di taman. Dia cuma terbawa suasana, makanya dia meluk aku. Tapi, aku nggak balas pelukannya. Plis, percaya sama aku."

Gadis itu mengembuskan napasnya kasar, kemudian mendongak menatap lekat-lekat wajah Rangga dari dekat. Ia tahu, Rangga begitu mengkhawatirkannya. Ia tidak tega melihat Rangga yang terus-terusan merasa bersalah padanya. Entahlah, ia hanya kesal saja.

"Iya, Kayla percaya," singkatnya.

Senyum lebar menghiasi wajah tampan Rangga setelah mendengar ucapan Kayla.

"Ya udah, sekarang kita pulang, yuk. Udah mulai sepi nih," ajak Rangga seraya meraih tangan kanan Kayla. Namun, gadis itu langsung menepisnya begitu saja.

"Kayla mau pulang sendiri."

Menghela napas pasrah, Rangga tersenyum simpul. Mungkin Kayla sedang butuh waktu untuk sendiri.

"Ya udah deh. Kamu hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabarin," ucap Rangga seraya mengacak pelan rambut kekasihnya.

🌂🌂🌂

Kayla baru saja turun dari ojek, lantas berjalan santai menuju gerbang rumahnya. Gerbang rumahnya nampak terbuka sedikit. Ia pikir, mungkin ayahnya sedang di rumah. Namun, sesuatu yang mengejutkan membuat Kayla menutup rapat-rapat mulutnya dengan kedua tangan. Ia segera bersembunyi di balik pohon sambil mengamati pergerakan seseorang yang tengah berjalan pelan tak jauh darinya.

Tyas, gadis itu tampak berjalan mengendap-ngendap seolah tengah mengawasi sekitar sambil membawa sesuatu di tangannya. Usai meletakkan benda itu di depan pintu, ia langsung buru-buru pergi.

"Jadi, selama ini ...."

Kayla menggeleng tak percaya. Tidak, tidak mungkin Tyas adalah dalang dari semua sandiwara ini. Tyas sahabatnya, dan Kayla sangat menyayanyinya. Mana mungkin Tyas setega itu?

Setelah memastikan sahabatnya telah pergi, Kayla segera melangkah untuk melihat isi kotak itu. Ia duduk seraya meraih kotak itu dan membukanya. Di dalamnya, terdapat selembar foto keluarga Kayla tampak penuh dengan bercak darah, ditambah sebuah pisau yang berlumur darah segar.

Dering ponsel dari saku roknya membuat Kayla tersentak. Nama 'Suster Dini' tampak jelas pada layar ponselnya. Tanpa membuang waktu, ia segera mengangkatnya.

"Mbak Kayla, cepat ke rumah sakit. Bu Sarah kejang-kejang."

Tanpa memedulikan tasnya yang tergeletak di lantai, Kayla berlari sekencang-kencangnya menuju depan komplek untuk mencari taksi ataupun ojek. Gadis itu terus berlari sambil sesekali menyeka air matanya.

"Bunda," lirihnya.

Tyas, sebenarnya, apa yang diinginkan gadis itu? Juga, ada apa dengan hari ini? Mengapa orang-orang seperti sedang bekerja sama untuk menghancurkannya? Terlalu banyak pertanyaan yang hinggap di kepalanya membuat Kayla pusing. Gadis itu jatuh terjerembab sampai lututnya membentur aspal. Ia tidak peduli lagi, yang terpenting saat ini adalah bundanya.

Kayla berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. Tanpa menoleh ke kanan ataupun kiri, ia langsung menyeberang jalan raya.

Tiiiinnnnnn....

Kayla hampir saja tertabrak jika si pengemudi tidak cepat-cepat mengerem. Sang pengemudi mobil segera keluar berniat memaki Kayla. Namun, kata-katanya kembali tertelan berganti dengan raut wajah terkejut.

"Kayla?!" ucapnya tak percaya.

Kayla menjatuhnya tubuhnya ke aspal sambil menangis tersedu-sedu membuat Rangga panik. Ya, pengemudi mobil itu adalah Rangga. Cowok itu pikir, Kayla telah sampai rumah sejak tadi. Namun, ia malah menemukan gadis ini dalam keadaan yang memprihatinkan.

Suara klakson dari beberapa pengendara di belakang membuat Rangga kebingungan. "Kay, bangun dulu. Kita masuk ke mobil, ya?" ajaknya.

Rangga langsung menuntun Kayla untuk segera masuk ke mobil. Di dalam, Kayla kembali menangis dan meminta Rangga untuk mengantarnya ke rumah sakit jiwa.

Beberapa menit kemudian mereka sampai pada salah satu rumah sakit jiwa yang ada di kota Jakarta. Kayla langsung keluar dari mobil tanpa mempedulikan Rangga di belakangnya.

"Suster, gimana keadaan Bunda? Bunda nggak apa-apa, 'kan?" tanya Kayla menggebu-gebu.

"Mbak yang tenang, saat ini ibu Sarah dilarikan ke rumah Sakit umum. Ada yang sengaja memasukkan racun pada makanan ibu Sarah," jelas suster tersebut.

Tubuh Kayla langsung lemas tak berdaya. Mendaratkan bokongnya pada kursi tunggu, lantas ia menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Rangga memposisikan dirinya di samping Kayla. Seperti ada yang nyeri pada dadanya ketika melihat seseorang yang ia sayangi menangis seperti itu. Tak tahan, tangannya bergerak merengkuh tubuh kecil Kayla ke dalam dekapannya. Cowok itu meneteskan air matanya tanpa Kayla sadari.






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro