Chapter 29
"Bagi mereka, senyummu adalah penyemangat. Yang kelak akan selalu mereka rindukan."
***
Ulangan kenaikan kelas akan berlangsung seminggu lagi. Rangga memutuskan untuk mengajak Kayla belajar bersama. Namun, sejak tadi gadis itu terus saja mengeluh.
"Udah ah, Kayla nyerah. Susah banget soalnya."
Rangga mendelik tajam. "Ih, masih tiga soal lagi. Selesaikan dulu baru istirahat."
"Tapi janji, ya? Kalau Kayla bisa ngerjain semua soalnya, Kayla boleh nonton film," tawar Kayla.
"Iya deh iya."
Sepuluh menit berlalu akhirnya Kayla telah selesai mengerjakan soal yang diberikan oleh Rangga. Ia langsung menyerahkan bukunya agar diperiksa oleh Rangga. Rupanya Dewi Fortuna tengah berpihak padanya. Sepuluh soal matematika telah ia isi dengan jawaban sempurna.
"Oke bener semua, sekarang lanjut—"
Kayla menggeleng cepat. "No, no, no, Kak Rangga udah janji tadi. Sekarang bawa sini laptopnya, Kayla mau nonton film."
Akhirnya, dengan terpaksa Rangga menyerahkan laptopnya pada Kayla.
Satu jam kemudian.
"Kak Rangga diem ih, jail banget tangannya," protes Kayla seraya menepis tangan Rangga yang sejak tadi memainkan rambut panjangnya.
Senyum kemenangan terbit di wajah Rangga saat ia berhasil membuat Kayla kesal. Pasalnya, sejak tadi Kayla seolah tidak menganggapnya ada. Apa lagi kalau bukan karena drama korea yang berhasil menyita perhatian gadis itu darinya. Rangga kesal, tujuan Rangga membawa Kayla ke cafe adalah untuk menghabiskan waktu berdua sekaligus belajar. Rangga merasa sedang diselingkuhi secara terang-terangan oleh gadis imut di sampingnya ini. Untuk kesekian kalinya Rangga mencebikkan bibir bawahnya saat melihat raut wajah Kayla yang berbinar kala adegan romantis muncul setelah tadi ia sempat melihat kedua mata Kayla yang berkaca-kaca sebab terbawa suasana.
Saking kesalnya, tangan Rangga langsung terulur untuk mencubit pipi kanan Kayla dengan gemas dan langsung mendapatkan pelototan tajam dari gadis itu. Rangga melirik kembali pada laptop yang ada di mejanya. Secara reflek, kedua tangannya bergerak menutup kedua mata Kayla saat ia mendapati adegan ciuman yang ia rasa tidak patut ditonton.
"Kakak, Kayla mau lihat. Jangan ganggu deh," tandas Kayla sambil berusaha menjauhkan tangan Rangga dari matanya.
"Nggak. Pokoknya nggak boleh. Itu enggak patut dilihat sama anak kecil," larang Rangga tanpa menyingkirkan tangannya dari kedua mata Kayla.
Tiba-tiba Kayla menggigit tangan Rangga membuat si empunya meringis kesakitan. "Kok digigit sih," protesnya.
"Salah sendiri ngatain Kayla anak kecil," tukas Kayla tak terima.
"Kan emang bener. Coba aku tanya sekarang, umur kamu berapa tahun?"
"Tiga bulan lagi enam belas tahun," seru Kayla dengan bangganya.
"Tuh kan baru juga mau enam belas tahun, jadi masih kecil. Adegan ciuman tadi hanya boleh dilihat sama yang berumur tujuh belas tahun ke atas, jadi kamu enggak boleh lihat." Rangga menahan tawa saat melihat gurat kesedihan dari wajah Kayla. Ya Tuhan, polos sekali kekasihnya ini.
"Tapi, emang Kak Rangga udah tujuh belas tahun?" tanya Kayla.
Dengan bangganya, Rangga mengeluarkan dompetnya dari saku celana, kemudian ia mengeluarkan KTP miliknya dan memamerkannya pada Kayla. Melihat itu, Kayla semakin mengerucutkan bibirnya kesal. Ia juga ingin memiliki KTP seperti milik Rangga.
"Nih, kamu nggak punya, 'kan?" ujar Rangga.
"Jadi, Kayla nggak boleh nonton lagi?" tanya Kayla.
Rangga mengangguk. "Iya, emang kamu mau dapat dosa?" tanya Rangga berusaha menakut-nakuti Kayla.
Dasarnya Kayla yang memang sangat polos, ia pun menurut begitu saja. Ia bergegas mematikan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Sekarang habisin dulu makanannya, setelah itu kita pulang."
Kayla mengangguk sekali lagi dan segera menghabiskan makanannya yang sempat ia abaikan saking fokusnya pada film kesukaannya.
🌂🌂🌂
Sebuah kamar bernuansa biru putih nampak ramai oleh ketiga gadis belia yang baru saja usai belajar bersama. Remahan dan bungkus makanan berserakan di mana-mana.
"Anjir, guys, lihat deh postingan terbarunya si nenek lampir. Padahal kemarin dia baru aja posting fotonya sama si Kak Felix dan sekarang dia posting foto sama Kak Willyam dan ngaku-ngaku sebagai pacarnya. Ih dasar playgirl," seru Tyas dengan menggebu-gebu.
Elsa dan Kayla langsung mendekat karena penasaran.
Yang mereka maksud menek lampir di sini adalah Melody. Si gadis sombong dan sok cantik yang begitu menggilai seorang Rangga.
"Ya ampun, mau banget sih Kak Willyam foto sama si nenek lampir. Ih, mending sama gue aja," komentar Elsa tak habis pikir.
Sedangkan Kayla manggut-manggut seolah mengerti. Ya, dia memang baru tahu cowok yang bernama Willyam itu. Cowok itu merupakan murid baru SMA Jaya Bakti yang saat ini sekelas dengan Rangga. Banyak sekali siswi yang mengidolakannya. Apalagi kalau bukan karena parasnya yang tampan itu? Sekali saja mereka menatap bola mata mata hazel itu, mereka akan langsung jatuh cinta.
"Jadi ini yang namanya Kak Willyam," gumannya.
Elsa dan Tyas menatap jengah ke arah Kayla. Mereka sampai keheranan dengan sifat Kayla lemot ini. Entah mengidam apa bundanya waktu itu sehingga Kayla lahir dengan kelemotan yang luar biasa.
"Astaga Kayla, Kak Willyam masuk SMA Jaya Bakti udah seminggu, masa lo masih belum tau sih wajahnya," ucap Tyas gemas.
Kayla mengangguk polos membuat kedua sahabatnya semakin gemas.
"Keasyikan pacaran sih sama kak Rangga, makanya sampai lupa sama sekitarnya," cibir Tyas sambil mengunyah kripik kentangnya.
"Nah betul tuh Yas, Kayla semenjak udah jadian sama kak Rangga jadi lupa sama kita," sambung Elsa yang mendapat gelengan dari Kayla.
Kayla menunduk sedih. Ia tidak merasa seperti itu pada Tyas dan Elsa. Ia bahkan selalu membagi waktu antara pacar dan kedua sahabatnya secukup mungkin. Bahkan, ia lebih sering menghabiskan waktunya bersama mereka dibanding dengan Rangga.
"Gue nggak bermaksud gitu," ucap Kayla masih dengan kepala tertunduk.
Mendengar suara Kayla yang sedikit parau membuat Tyas dan Elsa kelabakan. Mereka tidak bermaksud serius mengatakan hal itu. Mereka hanya ingin menjahilinya.
"Eh, eh, kok nangis sih. Kita bercanda, Kay, jangan nangis dong." Elsa langsung menggeser duduknya agar bisa memeluk Kayla.
"Ututuuu ... Kayla sayang kok nangis sih. Kita bercanda tau. Niatnya mau jailin elo, eh udah nangis duluan," terang Tyas seraya terkekeh geli.
"Oh iya, ngomong-ngomong soal nenek lampir. Gue jadi curiga. Jangan-jangan, dia yang udah neror elo, Kay," ujar Elsa. Pasalnya, semua orang tahu jelas bahwa yang paling tidak suka dengan kedekatan antara Rangga dan Kayla adalah Melody.
Tyas ikut menimpali, "Iya juga, ya. Kalian inget nggak sih waktu si nenek lampir sengaja ngiram jus ke baju Kayla? Dari situ aja kelihatan banget kalau dia benci sama Kayla."
Kayla kembali memikirkan apa yang teman-temannya katakan. Kalau dipikir-pikir, memang ada benarnya. Namun, ia tidak yakin jika Melody adalah pelakunya. Apalagi, di sekolah mereka jarang sekali bertemu. Jadi, kecil kemungkinan Melody menaruh dendam padanya.
"Tapi kok gue nggak yakin, ya?" gumam Kayla.
Lama-lama, Tyas jadi kesal sendiri. Kayla ini polos sekali sih? Pikirnya.
"Ya udah deh, terserah elo aja. Ini kan cuma feeling gue sama Elsa. Yang pasti, kita akan selalu ada saat elo butuh kita," ujar Tyas.
"Nih, denger ya pipi bakpao. Kita kan sahabatan. Jadi, saat elo bahagia, kita juga akan bahagia. Senyumnya Kayla sama dengan senyumnya Tyas maupun Elsa. Kita selalu dukung kok hubungan elo sama Kak Rangga. Iya kan, Yas?" sambung Elsa seraya menatap kedua sahabatnya satu per satu.
"Bener banget tuh. Kalaupun kita kesel sama elo, itu hanya bercandaan aja. Makanya, jangan polos-polos banget. Ntar gampang dikibulin loh," timpal Tyas seraya terkekeh.
Kayla tersenyum lega. Ia bersyukur memiliki sahabat seperti Tyas dan Elsa. Kayla masih ingat, saat itu mereka dipertemukan saat sedang mendaftar di sekolah SMA Jaya Bakti. Saat itu Kayla ditemani pamannya sedang mendaftar ulang, kebetulan sekali ia bertemu dengan Tyas dan Elsa yang memang sudah saling mengenal. Ia tidak menyangka, bahwa pertemuan singkat itu membuat mereka menjadi dekat dan bersahabat hingga sekarang.
"Gue kira kalian serius ngomong gitu," ucap Kayla sambil mencebikkan bibir bawahnya.
Tyas terkekeh. "Udah ah jangan nangis gitu, ntar mukanya jadi jelek terus kak Rangga pindah haluan deh ke gue," gurau Tyas yang langsung mendapat pelototan dari Kayla.
Gadis itu baru saja akan protes. Namun, mulutnya kembali terkatup rapat saat terdengar lemparan yang begitu keras dari jendela balkonnya. Ketiga gadis itu langsung berpandangan satu sama lain dengan tatapan bertanya-tanya.
Kayla langsung bangkit menuju pintu balkon dan membukanya. Kayla menyipitkan kedua matanya untuk memastikan apakah ada seseorang di bawah sana. Namun, ia tidak melihat siapa pun di sana. Ia hanya menemukan sebuah batu terbungkus oleh selembar kertas usang.
Tubuh gadis itu langsung kaku setelah membaca isi surat itu.
Tyas dan Elsa jadi penasaran ketika Kayla tak juga masuk ke kamar.
Elsa langsung merebut kertas itu dari tangan Kayla. Ia dan Tyas langsung terkejut ketika membacanya.
Sepertinya, lo emang mau main-main sama gue. Lihat aja, satu per satu orang yang lo sayangi akan pergi.
Kalau udah sampai bawah, jangan lupa tekan 'vote' dan 'komentar' yaa :*
➡ To Be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro