Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 23

 
"Ya, ku akui diriku memang cemburu. Ku akui mulai ada perasaan yang menggelitik di hati. Seperti ada dorongan yang memaksa diri ingin terus bertemu. Dan ya, kamulah pelakunya."

 
***
 

Reynald tersenyum memerhatikan gadis di depannya yang begitu semangat berlari.  Tubuhnya yang mungil terlihat lucu saat sedang berlari seperti itu. Entahlah, rasanya tak rela harus berpisah lagi dengan gadis itu. Gadis yang telah menemaminya sejak kecil dan begitu memahami dirinya.
 
"REY, REY, SINI DEH!" panggil Kayla seraya melambaikan tangan kanannya dari kejauhan.
 
Reynald segera mendekat ke arahnya. "Ada apa hemm?" tanyanya.
 
"Coba lihat Lala. Lala masih cantik, 'kan? Masih imut kan meskipun keringetan? Iya, 'kan?" tanya Kayla sambil memutar tubuhnya.
 
Reynald memutar bola mata jengah. "Kamu tuh ya, aku kira apaan manggil-manggil. Taunya mau narsis," cibirnya sambil menyentil hidung Kayla.
 
"Biarin wlee ...," ujar Kayla seraya menjulurkan lidahnya.
 
Di sisi lain, Rangga, Iqbal, Fikri dan Ken sedang beristirahat setelah lamanya mereka joging. Keempat cowok berperawakan tinggi itu segera mencari tempat beristirahat.

 
"Aduh, gila gerah banget," celetuk Fikri seraya mengibas kaus oblongnya.
 
"Salah satu beli minum dong, kaki gue pegel banget mau jalan," ucap Ken sambil meluruskan kakinya di atas rumput.
 
"Yah masa sendiri, kuy Ga kita yang beli aja," ajak Iqbal saking hausnya.
 
Rangga mengangguk saja.
 
Keduanya berhenti di salah satu kedai dekat taman. Saat sedang menunggu Rangga memilih minuman dingin, kedua mata Iqbal menyipit saat tak sengaja melihat sesuatu tak jauh darinya. Sekitar sepuluh meter dari tempatnya duduk ia melihat Kayla dan juga Reynald sedang berduaan di bangku taman sambil bersenda gurau.
 
"Yuk, udah nih." Rangga menyerahkan dua botol minuman dingin pada Iqbal. Sedangkan ia membawa dua botol lainnya beserta makanan ringan.
 
"Ga, itu dedek manis bukan sih?" tanya Iqbal sambil menunjuk ke arah bangku taman itu.
 
Rangga mengikuti arah pandang Iqbal. Seketika hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh duri kecil, rasanya sangat nyeri. Ia langsung melengos dan menatap ke arah lain.
 
"Samperin dedek manis yuk, Ga?" ajak Iqbal sambil menarik-narik lengan Rangga.
 
"Males ah," jawabnya singkat.
  
"Ayo ih samperin dedek manis, lo nggak kangen apa sama dia?" ucap Iqbal.
 
Kangen sih, batinnya. Eh, apa sih. masa iya kangen? Tepisnya sambil menggelengkan cepat.

"Ish ni anak diajak ngomong malah geleng-geleng nggak jelas. Ayo ih ke sana," ucap Iqbal sambil menarik Rangga sampai ke depan Kayla dan Reynald yang sedang asyik memakan es krim.
 
"Hallo, dedek manis," sapa Iqbal dengan senyuman lebarnya.
 
Kayla dan Reynald langsung menoleh ke asal suara. Senyum cerah langsung terpantri di wajah Kayla saat melihat ada Rangga di hadapannya.
 
"Eh ada Kak Iqbal sama Kak Rangga, kalian abis joging juga?" tanya Kayla. Ia tidak menyadari bibirnya belepotan sehabis memakan es krim.
 
"Iya nih baru selesai. Makanya beli minuman dingin," sahut Iqbal.
 
Tiba-tiba Reynald mengusap bibir Kayla menggunakan tisu yang tadi mereka beli. "Kalau makan jangan dibiasain sampai belepotan gini dong, La. Malu ih udah gede juga," serunya. Ia tidak tahu bahwa Rangga tengah menahan rasa jengkelnya.
 
Iqbal melirik Rangga sesaat. Mati-matian ia menahan tawa saat melihat air muka Rangga yang berubah drastis. Cowok itu nampak menahan emosi, terlihat dari sorot matanya dan tangan yang mengepal. Baru kali ini ia melihat Rangga terbakar api cemburu.
 
"Hehe maaf Rey, abisnya es krimnya enak banget," ucap Kayla. Matanya beralih pada Rangga dan Iqbal yang berdiri di depannya, "oh ya, kalian kok berdiri aja, sini duduk, kursinya masih muat kok."
 
"Ah nggak usah dedek manis, kita mau langsung nyamperin si Ken sama Fikri. Pasti mereka lagi nungguin," tolak Iqbal dengan halus.
 
"Yuk, Ga." Rangga mengangguk tanpa menoleh sedikit pun pada dua orang tersebut. Ia masih kesal dengan kelakuan Reynald yang sok manis itu.
 
Kini, keduanya telah sampai di tempat mereka beristirahat. Fikri menggerutu kesal karena Iqbal dan Rangga sangat lama.
 
"Lama banget sih kalian, panas tau. Mana gue sendirian lagi kayak orang ilang." Fikri langsung menyerobot sebotol minuman dingin dari tangan Iqbal.
 
Rangga mengerutkan keningnya bingung. "Lah si Ken ke mana?"
 
"Dia balik duluan karena ditelpon nyokapnya suruh cepet balik. Tau gitu gue ikut kalian tadi," dengus Fikri.
 
Iqbal memajukan bibirnya meledek Fikri. "Ututuuuu ... kasian banget sih Abang Fikri. Coba tadi lo ikut kita, bisa ketemu dedek manis."
 
"Lo tau Fik, tadi si Rangga cemburu anjir," ucap Iqbal sambil tertawa terbahak-bahak mengingat bagaimana lucunya saat Rangga menahan cemburunya.
  
Rangga melotot.
   
"Siapa yang cemburu sih," elak Rangga tak terima.
 
"Njir, cemburu gimana dia?" tanya Fikri penasaran. Bahkan ia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Iqbal membuat Iqbal risih dan menjauh.
 
"Ih sonoan dikit ngapa? Kayak orang pacaran aja sih deket-deket," usir Iqbal.
 
Fikri mencebikkan bibirnya saat diusir oleh Iqbal. "Kan gue penasaran, Bal."
 
"Ya nggak gitu juga, apa kata orang nanti kalau liat cogan macam gue duduk pepet-pepetan sama cowok kayak elo, bisa dikira homo ntar," dengus Iqbal.
 
"Iya-iya. Rese lo," cibir Fikri.
 
Sedangkan Rangga memutar kedua bola matanya jengah mendengar perdebatan kedua sahabatnya ini.
 
Lalu Iqbal mulai menceritakan bagaimana saat Reynald mengusap bibir Kayla dengan tisu dan Rangga langsung terbakar api cemburu. Fikri tertawa terbahak-bahak saat mendengar cerita itu. Ia tidak menyangka bahwa Rangga bisa cemburu. Pasalnya, cowok itu tidak pernah jatuh cinta.
   
"Apa sih, Bal. Siapa juga yang cemburu. Sok tau lo burik," elak Rangga dengan raut wajah kesal.
 
Iqbal semakin terkekeh. "Ya elah Ga, Ga. Jujur aja kali sama kita. Kalau suka itu kejar, jangan diem aja. Gemes gue lama-lama."
 
"Sekarang gini deh, gue mau tanya sama elo," ucap Fikri serius.
 
"Apaan?" ucap Rangga singkat. Entahlah, rasanya mood-nya telah hilang hari ini. Kilasan saat Reynald mengusap bibir Kayla begitu mengganggu pikirannya. Rasanya, ia ingin marah namun tak tahu sebabnya.
  
"Lo degdeg-an nggak kalau deket dedek manis? Jawab jujur," tanya Fikri sambil menatap Rangga penuh intimidasi.
 
Rangga gelagapan, jujur saja ia memang suka degdeg-an saat berhadapan dengan Kayla. Apalagi saat gadis itu tersenyum sambil menggombalinya. Itu membuat dirinya salah tingkah.
 
"Ya, gitu deh." Rangga malu untuk mengakuinya. Bisa-bisa kedua temannya ini semakin menggodanya.
 
"Gitu gimana? Yang bener dong jawabnya," ucap Iqbal kesal.
 
"Ya gue degdeg-an kalau ketemu dia," cicitnya dengan suara pelan.
 
Iqbal dan Fikri saling berpandangan sambil menahan senyum. Mimik wajah Rangga sangat menggelikan saat sedang malu seperti ini. Kini giliran Iqbal yang bertanya, "Terus apa yang lo rasain saat sehari aja si dedek manis nggak gangguin elo?"
 
Rangga semakin salah tingkah. Rasanya pipinya panas saat mendengar pertanyaan itu. Sambil menunduk ia menjawab, "Sepi."
 
"Kalau dedek manis jalan sama cowok lain gimana perasaan lo?" tanya Fikri.
 
"Gue nggak ngerti, tapi rasanya kayak ada yang nusuk-nusuk hati gue, sakit gitu."
 
Fikri kurang puas dengan jawaban sahabatnya yang super gengsi ini. "Ah gini deh, to the point aja. Sebenernya lo udah suka 'kan sama dedek manis?"
 
"Iya, gue rasa gue mulai jatuh cinta sama dia."
 
 
 
 
 
 
 
 
  









 




Kalau udah sampai bawah jangan lupa tekan 'vote' dan 'komentar' nya yaa😊
 
To Be Continue ➡
 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro