Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20

"Sebelum kamu tahu kebenarannya, maka jangan pernah mengambil kesimpulan begitu saja."

***

"Makasih ya, Kak?" ucap Kayla setelah turun dari motor Rangga.

Rangga mengangguk seraya tersenyum tipis. "Lukanya langsung diobatin, ya?"

"Pasti," ucap Kayla dengan cengiran khasnya.

Setelah itu, Rangga langsung pamit dan melesatkan motornya, Kayla segera masuk. Namun, gerakannya terhenti saat akan menutup gerbang. Entah mengapa, ia merasa sedang diawasi. Kedua matanya memicing ke segala arah. Sepi, tidak ada siapa pun.

"Kok kayak ada yang ngelihatin, ya?"

"Perasaan gue aja kali, ya?" gumamnya.

Kayla mengedikkan bahunya dan segera melangkah masuk ke rumahnya.

Dari ruang keluarga, Kayla mendapati ayahnya tengah bersenda gurau bersama Mega.

"Eh, Lala udah pulang, Nak?" seru Mega dengan senyum teduhnya.

Kayla hanya melirik sekilas tanpa berniat menjawabnya. Ia langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga. Luka di lututnya masih terasa perih dan ia berniat mengobatinya setelah membersihkan diri.

Mega menunduk lesu setelah mendapat respon seperti itu oleh Kayla. Jauh dari lubuk hatinya, ia sangat menyayangi Kayla seperti anaknya sendiri.

"Sudah, jangan dipikirkan. Lala hanya butuh waktu," ucap Nugroho menenangkan Mega. Ia segera merengkuh tubuh Mega ke dalam pelukannya.

Di dalam kamarnya, usai membersihkan diri dan mengobati lukanya, Kayla tampak termenung di balkon. Kilasan bayang saat sang ayah bermesraan dengan wanita lain membuat hatinya berdenyut nyeri. Ia rindu keluarganya yang dulu. Kayla rindu saat sang ayah memeluknya begitu erat bersama dengan bundanya. Menghabiskan waktu bersama setiap minggu, bermain bersama, bercanda, hingga pada akhirnya badai datang memporak-porandakan keluarga itu. Ah, rasanya teramat menyayat hati jika diingat.

Ting

Seketika lamunan Kayla teralihkan oleh notif dari ponselnya.

Reynand
La....

Kayla
Iya Rey?

Reynand
Aku kangen :(

Kayla
Rey sih nggak masuk sekolah
sampai tiga hari. Rey sakit?

Reynand
Enggak kok, aku baik-baik aja

Kayla
Terus kenapa nggak masuk sekolah?

Reynand
Aku lagi nyiapin surat pindah, La

Kayla
Siapa yang pindah?

Reynand
Aku :)

Kayla
Loh, kok mendadak? Rey juga
nggak pernah cerita sama Lala :(

Reynand
Ya gimana, tiap aku mau
cerita, kamu lagi sibuk
sama Rangga. Kamu lupain
aku :)

Kayla tertegun sesaat. Benar kata Reynald, Kayla seolah melupakannya karena terlalu senang bisa lebih dekat dengan Rangga.

Kayla
Nggak gitu Rey, maaf :(

Reynand
Ngga apa-apa, udah biasa :)

Kayla
Lala nggak bermaksud lupain Rey,
maaf :(

Reynand
Iya Lala, Rey nggak marah kok.
Rey cuma pengen minta 1 hal :)

Kayla
Apa?

Reynand
Rey pengen Lala selalu
di samping Rey untuk
tiga hari ke depan, bisa?

Kayla
Cuma tiga hari?

Reynand
Iyaa, karena tiga hari lagi
Rey berangkat ke Jerman :(

Kayla terhenyak. Mengapa mendadak seperti ini?

Kayla
Oke, mulai besok Lala siap
temenin Rey ke mana pun.

Reynand
Thanks La, ya udah sekarang
kamu tidur ya, udah malem nih.

Kayla
Oke siap Pak Boss!
Good Night My Prince Reynald

Reynand
Good Night too My Princess Lala :)

Read.

Kayla segera mematikan ponselnya dan menaruhnya di nakas. Sebelum itu, tak lupa ia mematikan lampu kamar dan berdoa sebelum tidur.

Di sisi lain, Reynald tersenyum tipis.

Ternyata kamu masih ingat nama panggilan kita saat kecil ya, La, batinnya.

🌂🌂🌂

Pukul setengah tujuh pagi Kayla sudah rapi dengan seragam sekolahnya, ia juga sudah sarapan. Pagi-pagi sekali Reynald mengabarinya bahwa ia akan menjemput Kayla. Tentu saja Kayla tidak menolak, sebab ia sudah berjanji akan menemani Reynald selama tiga hari ke depan.

Kayla membuka pintu utama dan mendapati Reynald yang sudah stay di atas motornya.

Kayla segera menghampirinya dengam sedikit berlari. "Selamat pagi, lama ya nunggunya?"

Reynald menoleh. "Ah, enggak kok. Baru juga sampai," ujarnya sambil tersenyum manis.

"Kirain udah lama, kan Lala jadi nggak enak," ucap Kayla.

"Enggak kok, nih pakai dulu helmnya."

Kayla segera memakai helm yang diulurkan oleh Reynald dan langsung naik ke motornya.

"Udah siap?" tanya Reynand.

"Sudah, ayo let's go!!"

Reynand terkekeh. Ia segera menjalankan motornya dengan kecepatan standar.

Tepat setelah motor yang ditumpangi keduanya pergi, sebuah motor berhenti di depan gerbang rumah Kayla. Ia langsung turun dari motor dan menuju pintu utama rumah Kayla. Sampai tiga kali ketukan pintu tak juga terbuka.

"Assalamu'alaikum, permisi." Rangga kembali mengetuk pintu rumah Kayla.

Cklek

"Kok tumben lam-"

"Eh, Den Rangga. Ada apa, ya?"

"Eh, Bi. Kaylanya mana, ya? Masih di dalam, 'kan?" tanya Rangga.

Dahi wanita yang berumur sekitar lima puluh tahun itu berkerut. "Loh, Non Kayla baru aja berangkat. Kirain Bibi dia berangkat sama Den Rangga."

"Oh ya udah Bi saya pamit, ya. Takut telat," ucap Rangga sopan.

Rangga berjalan menuju motornya dengan perasaan sedikit ... kecewa? Mungkin. Tapi ia mencoba berpikir positif. Mungkin Kayla ada kepentingan lain atau ada jadwal piket. Ya, semoga saja begitu, pikirnya. Ah, entahlah. Lagipula Kayla bukan siapa-siapanya, pikirnya.

Dua puluh menit kemudian Rangga sampai di sekolah. Ia segera memarkirkan motornya. Ternyata, sudah ada Fikri dan Iqbal tanpa Ken tentunya yang menunggunya. Entahlah, Ken lebih sibuk akhir-akhir ini.

"Wih, pagi-pagi tuh muka udah kusut aja. Kenapa lo?" tanya Iqbal diselingi gurauannya.

"Gimana nggak galau Bal, hari ini dia kalah cepet sama cowok lain. Jadi, doi berpaling deh," sahut Fikri seraya tertawa keras. Hal itu membuat beberapa orang di sekitarnya menatap aneh ke arah mereka.

"By the way, doi tuh singkatan apa gimana sih?" tanya Iqbal polos.

Tawa Fikri langsung lenyap seketika. Ia menatap Iqbal geram. "Masa iya lo kagak ngerti sih arti doi?" tanya Fikri kesal.

"Sumpah, seumur-umur denger kata doi gue kagak tau artinya," jawab Iqbal dengan ekspresi wajah yang membuat siapa pun kesal melihatnya.

"D-O-I alias doi itu singkatan dari Dia Orang Istimewa. Masa kagak tau sih," dengus Fikri.

Iqbal hanya menggeleng polos.

Fikri berdecak kesal. "Ajarin nih Ga temen lu, biar nggak ku-date," ucap Fikri.

"Lah, gue aja baru tau kalau itu singkatan," celetuk Rangga dengan wajah yang tak kalah polosnya dari Iqbal.

Seketika Fikri melebarkan kedua kelopak matanya.

"ASTAGHFIRULLAHAL'ADZIM ...."

"Bodo amat ah, ngeselin lu pada." Fikri langsung melenggang pergi dengan perasaan kesal.

"OY SAMSUL, TUNGGUIN GUE DONG!"

"Kita salah apa, Ga?" tanya iqbal.

"Tau tuh, ayo ah ke kelas. Bentar lagi bel," ajak Rangga.

Ketika sampai di tangga, Rangga dan Iqbal berpapasan dengan Kayla dan Reynald yang membawa setumpuk buku tulis di masing-masing tangannya. Kayla yang memang sudah melihat keduanya dari jauh tadi langsung menyapa.

Senyum cerah tercetak jelas di bibir tipis Kayla. "Selamat pagi Kak Rangga, Kak Iqbal."

"Pagi kembali dedek manis, mau ke mana nih?" ucap Iqbal. Sedangkan Rangga hanya tersenyum tipis.

"Mau ke ruang guru," jawab Kayla.

"Oh-"

"Ayo Bal ke kelas. Keburu Pak Margono masuk nih," ajak Rangga sengaja memotong pembicaraan Iqbal dan Kayla.

"Ish ... buru-buru amat sih. Ya udah, sampai ketemu lagi dedek manis, si Rangga emang lagi pms kayaknya mah," ucap Iqbal.

Cowok itu langsung berlari mengejar Rangga yang sudah berjalan jauh di depannya.












Kalau udah sampai bawah, jangan lupa tekan 'vote' dan 'komentar' ya😊

To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro