Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 19

"Ada yang diam-diam selalu mendoakan. Ada pula yang diam-diam tengah sibuk menyusun rencana untuk menjatuhkanmu. Keduanya sama-sama dekat denganmu."

***

Jam istirahat sebentar lagi akan berakhir, namun kantin masih terlihat ramai dipadati siswa-siswi SMA Jaya Bakti. Seperti halnya dengan Rangga, Ken, Iqbal dan Fikri. Mereka tampak menikmati makanannya masing-masing.

"Lo pacaran ya Ga sama si dedek manis?" tanya Fikri penasaran. Tangan kanannya ia gunakan untuk menusuk batagornya yang tinggal setengah piring.

"Apaan sih. Ya nggaklah," jawab Rangga cuek.

"Tapi yang gue lihat-lihat makin hari kalian makin lengket tuh," celetuk Iqbal.

"Jujur aja kali Ga sama kita," timpal Ken sambil tetap mengunyah batagornya.

"Apaan sih kalian, gue nggak pacaran sama Kayla. Kita cuma temenan, nggak lebih," jelas Rangga.

"Parah lu Ga, anak orang lu php-in," cecar Iqbal.

"Kalau gue jadi lo udah gue pacarin dari dulu si dedek manis," lanjutnya.

"Nah, bener tuh kata si Iqbal. Kan si dedek manis naksir berat sama lo. Kenapa nggak dipacarin aja sih, Ga? Kalian cocok tau," timpal Fikri.

"Siapa yang php sih? Emang nyatanya gitu kok. Gue nggak pacaran sama Kayla," elak Rangga.

"Halah."

Setelah mengucapkan itu, Ken langsung pergi tanpa memedulikan tatapan aneh dari teman-temannya.

"Si Ken kenapa tuh?" tanya Fikri setelah Ken menjauh.

"Tau tuh beberapa hari ini gue lihat dia berubah," ucap Iqbal.

"Mungkin dia lagi ada masalah kali," sahut Rangga setelah menghabiskan segelas jus miliknya.

"Tumben, biasanya cerita." Iqbal menatap kepergian Ken dengan menopang dagu.

"Nggak semua masalah mesti diceritain ke kita kali Bal, semua orang punya privasi," ucap Fikri.

"Ya udahlah cabut, yuk? Bentar lagi masuk nih," ucap Rangga.

"Kuylah."

Di sisi lain, Ken sedang duduk menyendiri di rooftop. Ia tak peduli jika nantinya ia dicap sebagai murid bandel yang suka membolos. Ia hanya sedang butuh tempat yang bisa membuatnya tenang.

Matanya menyipit saat ia menengadahkan kepalanya menatap sang mentari.

Panas.

Rasanya panas, sama seperti keadaan hatinya saat ini. Ken cemburu, Ken tidak suka ada yang menyebut-nyebut nama gadisnya. Namun, sekali lagi Tuhan menyadarkannya. Bahwa gadisnya telah mencintai cowok lain, bukan dirinya. Ingin marah, namun ia bukanlah siapa-siapa.

Ken mencintai Kayla. Namun, ia tak dapat melakukan apa pun karna sebuah kenyataan bahwa Kayla telah mencintai sahabatnya sendiri. Ingin rasanya terus berjuang, namun ia tahu bahwa pada akhirnya kecewalah yang ia dapat.

"Kak Ken?"

Seketika Ken menolehkan kepalanya ke belakang. Ia mengangkat alisnya sebelah saat mendapati seorang gadis yang ia ketahui bernama Tyas, sahabat Kayla berjalan mendekat ke arahnya.

Ken kembali menatap ke depan tanpa memedulikan keberadaan Tyas di sana. Gadis itu langsung duduk di sampingnya tanpa izin terlebih dahulu.

"Kak Ken ngapain di sini?" tanya Tyas basa-basi.

Awalnya ia ingin membaca novel dengan tenang. Ia pikir rooftop adalah pilihan yang tepat. Namun, ia malah mendapati Ken yang sedang menyendiri di sana.

"Bukan urusan lo," ucap Ken dengan wajah datarnya.

"Ini kan udah bel masuk, nggak takut ketauan guru kalau Kakak bolos?" tanya Tyas lagi sambil memerhatikan wajah tampan di hadapannya.

"Nggak."

Tyas mendengus saat mendengar sahutan Ken yang singkat, padat, dan tidak jelas.

Tyas tak menyerah begitu. "Kak Ken lagi galau, ya?"

Ken semakin kesal pada Tyas yang sangat cerewet menurutnya. Ia langsung beranjak dari duduknya sambil menepuk-nepuk bokongnya yang kotor karena debu di lantai.

"Cerewet." Setelah mengucapkan itu, Ken langsung pergi meninggalkan Tyas yang nampak menggeram kesal.

"Ish, dasar cowok nyebelin. Kan, gue tanya baik-baik. Nyesel gue jadinya."

🌂🌂🌂

"Si Tyas ke mana, El?" tanya Kayla pada Elsa yang sedang asyik memainkan ponselnya. Ia baru saja kembali dari toilet.

Elsa mendongak seraya berujar, "Tau tuh. Katanya mau baca novel dengan tenang. Berisik katanya kalau di kelas."

"Ada-ada aja itu anak, mentang-mentang jam kosong," cibir Kayla seraya mendaratkan bokongnya pada bangku di depan Elsa.

Kayla mengeluarkan ponselnya dari dalam tas begitu juga dengan earphone-nya. Setelah itu, ia menyumpal earphone pada telinganya dan nampak menikmati lagu yang berputar pada ponsel.

Keadaan kelas yang awalnya bak pasar dadakan, tiba-tiba menjadi senyap karena kemunculan seseorang di ambang pintu kelas mereka. Semua murid terus menatapnya seraya menebak-nebak ada apa gerangan cowok itu masuk ke kelas mereka.

Kayla mendongak, menatap kemunculan seseorang itu dengan perasaan berkecamuk. Apalagi langkahnya kian mendekat ke arah kursi yang ia duduki.

"Nanti, pulang sekolah temenin gue latihan basket dulu, ya," ucap Rangga tiba-tiba.

Jantung Kayla berdegup kencang, dapat dipastikan pipinya sedang merona saat ini. Terlebih, semua temannya yang berada dalam kelas menatapnya dengan iri seraya meledek.

"Wah, Kayla udah jadian ya sama kak Rangga." Salah satu temannya berucap.

"Pj-nya dong Kay, kok jadian nggak bilang-bilang sih," ucap Adit dari bangku paling belakang.

"Cieee ...," ledekan teman-temannya saling bersahutan.

Rangga tidak memedulikan itu semua. Ia hanya fokus menunggu jawaban dari Kayla.

Karena Kayla tak kunjung menjawab, Rangga kembali bertanya, "Apa mau langsung gue antar pulang?"

Kayla tampak menggigit bibir bawahnya karena gugup. "Ya udah, Kayla nungguin Kak Rangga latihan aja dulu. Daripada Kak Rangga capek bolak-balik," ucap Kayla setelah menimbang-nimbang.

Rangga mengangguk. "Oke, gue duluan, ya. Belajar yang bener," ucap Rangga disertai senyuman manisnya.

Setelah mengatakan itu, Rangga langsung melenggang pergi menyisakan tatapan meledek dari teman-teman Kayla.

"CIEEEEE ...."

🌂🌂🌂

Angin bertiup kencang menandakan bahwa hujan akan turun sebentar lagi. Manik mata Kayla menatap ke depan di mana Rangga sedang latihan basket bersama timnya. Seminggu ini Rangga memang disibukkan dalam latihannya karena lomba akan berlangsung dua minggu lagi.

Getaran di ponselnya mengejutkan Kayla dari lamunannya. Ia mengerutkan keningnya saat mendapat sebuah pesan dari nomor tak dikenal.

Cepat pulang, ada hal penting.

Kayla segera menekan tombol panggilan pada nomor tersebut. Namun, nomornya sudah tidak aktif lagi.

"Ini siapa, ya?"

Kayla kembali mendongak. Sepertinya Rangga masih lama.

"Apa aku pulang sendiri aja, ya?" gumamnya.

Tanpa berpikir panjang, ia segera mengetik sebuah pesan untuk Rangga.

Kak, Kayla pulang duluan ya. Udah dijemput sama supir Kayla.

Setelah pesannya terkirim, ia langsung beranjak dari sana dan menunggu angkutan umum di depan gerbang. Nyatanya, dua puluh menit berlalu angkutan umum tak juga lewat. Kayla memutuskan untuk berjalan kaki seraya berharap akan ada angkutan umum atau ojek yang lewat.

Baru lima belas menit dan Kayla sudah merasakan kakinya pegal. Ia hendak menyeberang untuk membeli minuman dingin. Tiba-tiba saja dari arah belakang ada motor yang menyerempetnya.

Brugh

Kayla jatuh terjerembab di samping trotoar. Sedangkan motor yang baru saja menabraknya sudah pergi tanpa bertanggung jawab.

Gadis itu meringis kesakitan sebab lututnya yang tergores aspal. Sambil menahan air matanya yang hendak keluar, ia berusaha meniup-niup lukanya. Karena jalan yang cukup sepi, tak ada satu pun orang yang berniat membantunya.

Sedangkan tak jauh dari tempatnya, seseorang sedang tersenyum puas melihat Kayla menderita.

Di sisi lain, Rangga dan teman-temannya baru saja selesai latihan. Rangga hendak menghampiri Kayla di pinggir lapangan. Namun, ia tak mendapati Kayla di sana.

"Guys, kalian ada yang lihat Kayla nggak tadi?" tanya Rangga pada teman-temannya.

"Bukannya tadi dia nunggu di situ?" ucap Iqbal menunjuk salah satu bangku di dekat lapangan.

"Tadi emang di situ, tapi sekarang nggak ada." Entah mengapa Rangga merasa cemas pada Kayla.

"Coba cari di kantin dulu, Ga. Kali aja dia di sana," saran Fikri yang diangguki oleh teman-temannya yang lain.

"Ya udah gue ke kantin dulu."

Tanpa membuang-buang waktu, Rangga mengambil langkah lebar-lebar menuju kantin. Dilihatnya Bu Yuli salah satu pedagang di kantin sedang membersihkan meja.

"Bu, tadi Kayla ke sini nggak?" tanya Rangga tanpa basa-basi.

"Enggak Mas, malah dari pagi tadi Non Kayla nggak mampir ke sini," jawab Bu Yuli.

"Ya udah Bu makasih, ya."

Tanpa menunggu jawaban dari Bu Yuli, Rangga langsung kembali ke lapangan.

Fikri menoleh ke arah Rangga yang tampak ngos-ngosan. "Gimana, Kayla ada nggak di sana?" tanyanya.

Rangga menggeleng. "Gue balik duluan, ya? Sekalian nyari Kayla," pamitnya seraya mengenakan jaketnya.

"Oke, take care ya, Bro," ucap Alex salah satu anggota tim basketnya.

"Yoi, duluan, guys."

Rangga mengendarai motornya dengan tak tenang. Sepanjang jalan ia terus menoleh ke kanan dan ke kiri berharap menemukan Kayla. Benar saja, tak jauh dari posisinya ia melihat Kayla yang sedang meringkuk di trotoar. Ia semakin mempercepat laju motornya.

"Kayla?" panggil Rangga.

Kayla tersentak dari lamunannya.

"K-kak Rangga?" ucap Kayla tergugu.

"Lo kenapa di sini? Kenapa nggak nungguin gue?" tanya Rangga segera turun dari motornya.

Kayla hanya diam tak berani menjawab.

"Terus ini lututnya kenapa sampai luka?" tanya Rangga.

Kayla menggigit bibir bawahnya takut. "Tadi Kayla keserempet motor."

Rangga terkejut. "Terus yang nabrak kabur gitu aja?" tanya Rangga dengan tatapan tajamnya disertai rasa khawatir.

Kayla menunduk tak berani menatap Rangga. Rangga itu menyeramkan saat sedang marah.

"Ya udah, gue antar pulang, ya? Sampai rumah langsung diobatin lukanya," ajak Rangga.

Kayla pun menurut. Ia segera bangkit dengan dibantu oleh Rangga.








Hayooo siapa tuh yang nabrak?






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro