Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 17

"Saat Sang Surya perlahan menghilang, kamu datang sebagai bulan. Begitu pun sebaliknya. Kamu hadir saat orang lain tak mengizinkanku untuk bersandar barang sebentar."

***

                                 

Ali sedang mengaitkan kancing kemejanya saat Nabil masih asyik dengan game-nya. Sedangkan Nabila, sudah tertidur pulas dengan selimut yang membalut tubuh kecilnya hingga sebatas leher.

"Abang kok belum tidur? Tidur gih, si adek aja udah tidur," tanya Ali seraya duduk di samping Nabil.

"Abang belum ngantuk. Ibu ke mana ya, Yah? Kok dari tadi nggak keliatan," sahut Nabil seraya mematikan ponsel ibunya dan menaruhnya kembali di atas nakas.

Ali mengusap kepala Nabil dengan lembut. "Ibu lagi di kamar tamu. Yuk, ikut Ayah ke sana," ajaknya.

"Gendong, ya?" pinta Nabil seraya memasang ekspresi seimut mungkin.

Ali terkekeh, rupanya Pangeran kecilnya ini sudah pandai merayu. "Siap, Pangeran," serunya.

Nabil langsung memekik kegirangan. Ia segera naik ke punggung Ali dan melingkarkan tangannya pada leher sang ayah. Kepalanya ia sandarkan di bahu lebar ayahnya.

"Ibu, buka pintunya. Nabil sama Ayah mau masuk," ucap Nabil sambil terus mengetuk pintu kamar tamu.

Di dalam sana, Zahra tersenyum puas usai menggantikan pakaian gadis mungil di depannya. Ia langsung beranjak membukakan pintu.

"Loh, anak Ibu kok digendong? Kan kasian Ayah baru pulang dari kerja, pasti capek," tegur Zahra saat Ali menurunkan Nabil dari gendongannya.

"Ayahnya mau kok Bu, iya kan Yah?" ucap Nabil meminta persetujuan ayahnya.

"Iya, nggak apa-apa kok. Nggak terlalu capek juga. Oh iya, dia masih belum sadar?" ucap Ali sambil melirik ke arah kasur di mana Kayla masih tak sadarkan diri.

"Belum, mungkin sebentar lagi dia bangun."

"Emang itu siapa, Yah?" tanya Nabil.

"Ayah juga nggak tau, tadi dia pingsan di jalan."

Nabil hanya mengangguk seraya memerhatikan Kayla dari jarak dekat.

"Nabil mau ke kamar kak Langga ah. Mau kasih tau ada bidadali cantik lagi bobo," seru Nabil seraya melangkahkan kakinya keluar dari kamar tamu.

Ali dan Zahra hanya menggeleng melihat tingkah laku putranya.

"Kak Ali udah makan?" tanya Zahra sambil mendaratkan bokongnya di kasur samping Kayla. Diusapnya rambut Kayla dengan penuh kasih sayang.

"Belum."

"Loh, kok belum? Kak Ali kan baru pulang. Apa mau Zahra temenin?"

"Eh, enggak usah. Kamu temenin gadis itu aja. Ya udah, kalau gitu aku makan sekarang deh. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Di lain sisi, Nabil tengah asyik mengganggu Rangga yang tengah terlelap. Diguncangnya tubuh Rangga berkali-kali, berniat membangunkannya.

"Kak Langga, bangun ih. Nabil ada belita hot nih," ujar Nabil sambil terus mengguncang tubuh Rangga. Sayangnya, Rangga tetap bergeming dan semakin mempererat selimutnya.

"Kak Langga, bangun ...."

"Kak."

"Kak Langga mah nggak asyik."

"Bangun, Kak Langga."

"Kak Langga ganteng tapi gantengan Nabil, bangun dong."

"Kak Langga, ih Nabil malah nih."

Kebo banget sih Kak Langga bobonya, batin Nabil.

Tak kehabisan akal, ia berangsur mendekati Rangga dan mengapit batang hidung kakaknya seraya tertawa kecil. Ia yakin cara ini akan berhasil. Benar saja, tak lama kemudian Rangga terbangun sambil memekik tertahan.

"Nabil, kamu mau buat Kakak masuk rumah sakit, ya?" tandas Rangga dengan wajah kusutnya.

"Salah sendili dibangunin susah," cibir Nabil tak mau disalahkan.

"Lagian kenapa si malam-malam bukannya tidur?" dengus Rangga seraya hendak membaringkan tubuhnya kembali, namun tidak jadi karena Nabil dengan cepat menahan tangannya.

"Apa lagi? Kak Rangga ngantuk nih," ucap Rangga kesal.

"Jangan bobo dulu. Nabil punya belita hot tau."

"Halah, belita, belita. Belajar R dulu sana," ejek Rangga.

Nabil mencebik. "Kak Langga bakal nyesel kalau nggak lihat yang satu ini," serunya seolah berita darinya sangatlah penting.

"Bodo amat, Kakak ngantuk."

Tanpa memedulikan Nabil yang terus mengusik ketenangannya, ia kembali merebahkan tubuhnya membelakangi Nabil.

"Ish, ayo dong, Kak. Lihat ke kamal tamu dulu, ada bidadali cantik lagi bobo," paksa Nabil.

"Nabil ngelindur apa gimana sih? Mana ada bidadari di bumi," ujar Rangga merasa pusing dengan celotehan Nabil yang tak masuk akal.

"Ada, makanya lihat dulu. Kalau nggak mau, lihat aja nanti. Nabil bakalan gangguin Kak Langga telus sampai nggak bisa tidul," ancam Nabil.

Rangga langsung mencubit kedua pipi gembul Nabil dengan gemas. "Udah berani ngancem Kakak, ya?" cibirnya.

"Iya dong," sahut Nabil dengan bangga.

Akhirnya Rangga pun menyerah. "Oke-oke, Kak Rangga nurut. Awas aja kalau beritanya nggak se-hot yang kamu bilang. Kakak kelitikin sampai nangis," ancam Rangga balik.

"Ya udah, ayo ke kamar tamu," ajak Rangga.

"Eitss ... nanti dulu," cegah Nabil sambil menarik tangan Rangga.

"Apa lagi?"

Nabil menyeringai lebar. "Gendong," pintanya seenak jidat. Tak lupa tatapan puppy eyes-nya yang membuat siapa pun tak tega untuk menolak.

"Ah, banyak maunya kamu, ya. Ayo cepet," ucap Rangga seraya beranjak dari kasurnya dan bersiap menggendong Nabil.

Nabil dengan senang hati naik ke punggung Rangga seraya melingkarkan kedua tangannya pada leher jenjang sang kakak.

"Let's Go!"

Saat keduanya masuk ke kamar tamu, rupanya Zahra tengah memeluk Kayla. Rangga mengode Nabil untuk tidak mengeluarkan suara. Ia tidak bisa melihat gadis itu dengan jelas karena wajahnya terhalangi rambut panjang yang berantakan.

"Tapi, Kayla benci ayah, Tan."
    
"Nggak boleh gitu. Kayla harus janji sama Tante. Walau bagaimana pun beliau tetap ayah Kayla, jadi Kayla nggak boleh benci sama Ayah, ya?"
   
Kayla hanya mengangguk sebagai jawaban.
   
Setelah Kayla cukup tenang, Zahra melonggarkan pelukannya. "Udah, jangan nangis lagi. Ntar cantiknya hilang loh," ujarnya menenangkan. Diusapnya air mata Kayla dengan lembut.

Kayla tersenyum. Pelukan dari Zahra mengingatkannya pada sang bunda.

Saat menoleh ke samping, tanpa sengaja tatapan Kayla bertemu dengan Rangga. Keduanya sama-sama terkejut.

"Kayla?"

"K-kak Rangga?"

Zahra menatap bingung keduanya. "Kalian saling kenal?"

Keduanya mengangguk. "Dia adik kelasku Mbak," ujar Rangga.
  
"Wah, kebetulan banget. Kalian deket?"
  
Sontak kedua remaja itu salah tingkah. "Eh, ng-nggak kok, Tante. Cuma sekedar kenal aja," ucap Kayla sambil berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Ya udah, Rangga sama Nabil temenin Kayla, ya? Mbak mau ke dapur dulu ambil makanan," ujarnya seraya beranjak dari kasur.

Setelah Zahra keluar dari kamar, keadaan menjadi hening. Hingga Nabil yang sudah tidak tahan pun berujar, "Kakak cantik kenapa tadi nangis?"

Kayla mendongak seraya tersenyum kecil. "Nggak apa-apa. Tadi mata Kakak kelilipan."

"Oh, kelilipan. Kakak cantik namanya siapa? Aku Nabil ganteng," ucap Nabil dengan cengiran lebarnya sambil mengulurkan tangan kanannya.
   
Sedangkan dari sofa, Rangga  memutar kedua bola matanya malas. "Dasar genit, kecil-kecil pinter narsis," cibirnya.
   
Kayla tertawa kecil. Dicubitnya kedua pipi Nabil dengan gemas. "Kamu gemesin banget sih, nama Kakak, Kayla."
     
Nabil yang dipuji seperti itu tersenyum malu-malu membuat Rangga semakin jengah. "Jangan dipuji-puji. Nge-fly dia nantinya."
     
"Apa sih Kak Langga, silik aja." Nabil tersenyum mengejek seraya menjulurkan lidahnya pada Rangga membuat Kayla tergelak di tempatnya.
  
"Emang gemesin kok, ganteng lagi," puji Kayla seraya mencubit pipi Nabil lagi.
  
"Ganteng apaan, gembul gitu. Gantengan juga gue," sergah Rangga. Ia tidak terima dibanding-bandingkan dengan Nabil yang masih bau kencur, katanya.
   
Nabil mencebik. "Menulut Kakak cantik gantengan Nabil apa Kak Langga?" tanya Nabil sambil mengeluarkan jurus andalannya yaitu memasang wajah polos, tak lupa dengan tatapan puppy eyes-nya.
  
Dengan entengnya, Kayla menjawab, "Gantengan Nabil dong."
   
Saat itulah Nabil merasa paling tampan sedunia. Ia menyeringai puas seraya melayangkan tatapan mengejeknya pada Rangga. "Wahhh, dengel tuh Kak Langga!"
   
Rangga berdecak sebal. "Nggak, terpaksa dia."
   
Nabil segera menoleh pada Kayla. "Kakak cantik jujul, 'kan?"
  
Anggukan dari Kayla semakin membuat Nabil serasa terbang di atas awan. Sepertinya, ia sengaja memancing emosi Rangga.
  
"Kalau gitu, Nabil boleh cium pipi Kakak cantik nggak?" celetuk Nabil.
   
Rangga mendelik. "Apaan si, mana boleh? Genit banget ni bocah," sungutnya dengan tatapan seoalah ingin menerkam Nabil hidup-hidup.
   
Dalam hati, Kayla bersorak riang. Ia suka melihat reaksi Rangga yang tampak cemburu. Dengan senyum tertahan Kayla berujar, "Boleh kok. Sini deketan sama Kakak."
  
Dengan semangat, Nabil mendekat ke samping Kayla.
  
Cup
  
Rangga semakin mendelik. Apa-apaan ini, pikirnya.
  
Dan ia semakin panas saat Kayla balas mencium pipi gembul Nabil.
  
Keduanya tertawa kencang saat melihat Rangga yang langsung pergi dari kamar karena merasa kehadirannya tidak dianggap.
  
 
  
  
 
 
  
  
   
  
   
  
      
 
   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro