Chapter 16
"Diri ini lemah tanpa rengkuhan seorang ibu. Tanpa senyum kasih sayang ayah. Juga tanpa rasa damai dalam keluarga yang harmonis."
***
Rangga baru saja mandi setelah mengantar Kayla pulang. Dengan hanya mengenakan kolor dan kaus oblong, ia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Di luar, hujan kembali turun begitu deras diiringi gemuruh yang saling bersahutan.
Tanpa sadar, sudut bibirnya tertarik ke atas saat mengingat kejadian tadi. Ia tak pernah menyangka akan melakukan hal yang belum pernah ia lakukan pada gadis lain. Cowok itu tertawa kecil mengingat dengan lancangnya ia menggenggam tangan Kayla dengan lembut. Bahkan Ia masih ingat jelas wajah gugup Kayla saat berada di sampingnya. Ya, Rangga akui itu sangat ... menggemaskan?
"Lo itu nyebelin, bawel banget. Tapi, kenapa gue kepikiran terus?" gumamnya seraya tersenyum tipis.
🌂🌂🌂
Di lain tempat, Kayla memasuki rumahnya sambil bersenandung ria. Ia melangkahkan kakinya pada setiap anak tangga dengan semangat '45.
Satu, satu, Lala sayang Rangga.
Dua, dua, Lala cinta Rangga.
Tiga, tiga, Lala punya Rangga.
Satu, dua, tiga, Lala ....
Seketika Kayla menghentikan langkahnya saat mendengar ada seseorang yang sedang mengobrol di kamar sebelahnya. Telinganya ia dekatkan pada pintu agar suaranya lebih jelas.
"Nanti kalau Lala tau gimana?" tanya seorang wanita.
"Udah, kamu tenang saja. Lala belum pulang. Biasanya dia pulang pukul empat sore. Dan sekarang dia belum pulang. Pasti dia menginap di rumah temannya."
Kayla kenal suara itu. Tidak salah lagi, itu pasti suara ayahnya juga tante Mega.
"Mending kita pulang aja deh Mas," pinta Mega.
"Kenapa sih? Tenang aja, Lala nggak akan tau kita tidur di sini."
"Tapi—"
"Udahlah, kamu juga istri aku. Dia nggak berhak ngelarang kamu untuk tidur di sini."
Kayla menyentuh dadanya yang terasa perih. Wajahnya telah banjir oleh air mata. Ia tak pernah menyangka ayah yang selalu ia bangga-banggakan akan melukainya sedalam ini. Mungkin Kayla masih bisa terima saat sang ayah mengkhianati bunda dan dirinya. Namun, tidak bisakah Nugroho membawa selingkuhannya itu pergi jauh darinya? Belum cukupkah penderitaan yang bundanya alami selama ini?
"Maaf, bunda. Kamar kesayangan Bunda kotor saat ini," lirih gadis itu seraya menyeka air matanya.
"Mas, aku ke bawah dulu ya ambil minum. Haus nih," ucap Mega dari dalam sana.
"Ngga usah, biar Mas saja yang mengambilnya untuk istri tercinta Mas," ucap Nugroho yang begitu jelas terdengar ditelinganya.
Sesak.
Hati Kayla semakin sesak. Kayla segera menutup mulutnya menahan isak tangis yang kian tak terbendung. Ia mundur selangkah dan memutar tubuhnya menghadap ke pintu kamar itu.
"La-Lala, k-kamu ... sejak kapan di sini?" tanya Nugroho tergagap sesaat pintu terbuka. Jantungnya berdebar tak menyangka Kayla ada di depannya.
"Apa pertanyaan itu penting?" tanya Kayla sarkas.
"Ada apa sih, Mas?" tanya Mega yang muncul dari dalam.
Mega membeku. Namun, langsung menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman indah.
"Lala sayang, sudah pulang?" tanya Mega berusaha mencairkan suasana.
"Anda nggak perlu sok peduli pada saya," ucap Kayla ketus.
"Lala!" bentak Nugroho, "yang sopan sama Bunda Mega," lanjutnya.
Kayla tertawa sumbang. "Bunda Lala cuma satu. Lala nggak pernah punya Bunda seorang pelakor. Menjijikkan," ucap Kayla sambil menekankan kata 'jijik'.
Emosi Nugroho langsung meledak-ledak. "CUKUP, LALA! BICARA YANG SOPAN SAMA ORANG TUA!!"
Tak hanya Kayla yang terkejut, bahkan Mega pun sama terkejutnya.
"Mas, cukup. Kendalikan emosimu, jangan bentak Lala."
Kini, tatapan Kayla sepenuhnya menghadap ke arah Nugroho. Setetes air mata kembali membasahi pipinya. "Apa Ayah nggak pernah sedikit pun mikirin perasaan Lala dan bunda? Kenapa Ayah harus sekejam ini?"
"Apa Ayah masih belum cukup nyakitin kami? Apa Ayah nggak mikir gimana sakit hatinya bunda saat tau Ayah membawa pelakor ini ke dalam kamar kesayangan bunda? Lala masih anak Ayah bukan sih?"
Raut wajah Mega langsung pias. Ia sampai tak tahu harus melakukan apa. Sedangkan Nugroho hanya diam, tak mampu menjawab pernyaan dari putrinya sendiri.
"Sayang, Tante min—"
"Cukup, Tante. Kayla nggak sudi Tante panggil Lala Sayang. Kayla sangat benci sama Tante. Tante adalah wanita terjahat yang pernah Lala kenal. Tante nggak punya hati. Apa Tante lupa kalau Tante adalah sahabat Bunda? Kenapa Tante khianatin Bunda? Bunda kurang baik gimana lagi sama Tante?"
"Bunda yang bawa Tante dari jalanan. Bunda yang membantu Tante sampai Tante jadi sukses. Bunda yang udah anggap Tante seperti saudaranya sendiri. Apa ini balasan dari semua kebaikan Bunda Lala?" lanjut Kayla dengan suara paraunya.
Sambil menatap satu per satu mereka berdua, Kayla kembali berseru, "LALA MUAK SAMA KALIAN!"
Setelah mengucapkan semua unek-uneknya, Kayla berlari menuruni tangga, meninggalkan Nugroho dan Mega yang masih terlihat syok.
"M-Mas," lirih Mega.
"Apa aku sejahat itu?" lirihnya sekali lagi.
Nugroho mengacak rambutnya, frustrasi. "Kita berdua memang sama-sama jahat."
"Kejar Lala, aku mohon," pinta Mega.
Tanpa membuang waktu, Nugroho segera berlari ke bawah mengejar Kayla. Di bawah, ia bertemu Bi Ijah yang terlihat sedih.
"Bi, tadi Lala lari kemana?" tanya Nugroho panik.
"Ke arah pintu utama, Tuan," jawab Bi Ijah lemah.
Nugroho segera berlari menuju mobilnya dan mencari keberadaan Kayla. Saat akan menyalakan mobilnya, tangannya gemetar. Ia terlalu panik dan takut terjadi apa-apa pada putrinya.
Di luar masih hujan deras, namun Kayla tidak peduli. Ia benci dengan hidupnya. Tujuannya saat ini adalah rumah sakit di mana Sarah dirawat. Dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya, gadis itu terus berlari menyusuri jalan yang nampak sepi akibat hujan.
"Bunda ... Lala capek. Lala nggak kuat hidup seperti ini," lirihnya.
"Lala butuh bunda."
"Lala butuh pelukan bunda."
Hari sudah semakin gelap. Tak ada bulan yang selalu Kayla jadikan tempat curhat. Tak ada bintang yang menemaninya di kala merasa sepi dan sendiri.
Gadis itu menghentikan langkahnya sebentar. Ia lelah, tubuhnya menggigil kedinginan. Kayla memutuskan untuk mampir sebentar di depan ruko seberang. Karena terburu-buru, ia tak sempat menoleh ke kanan dan ke kiri.
Ciiitttt
Seseorang dari dalam mobil langsung mengerem secara mendadak. Hampir saja ia menabrak seseorang. Ia segera keluar dari mobil dengan menggunakan payung.
"Hei, kamu tidak apa-apa?" tanya pria itu sambil memerhatikan Kayla dari atas sampai bawah.
"Ka-Kayla ...." Kayla tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
Bruk
"Astaghfirullah!" pekik pria tersebut dan segera menggendong Kayla menuju mobilnya. Setelah membaringkan tubuh Kayla pada kursi penumpang, ia segera melajukan mobilnya secepat mungkin ke rumahnya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, pria itu sampai di rumahnya. Ia kembali menggendong Kayla menuju pintu.
"Assalamu'alaikum."
Tak lama, muncul seorang perempuan yang nampak baru bangun tidur.
"Astaghfirullah, Kak. Ini siapa?"
"Aku juga nggak tau. Kita bawa ke kamar dulu, nanti aku jelasin," ucap pria itu.
Usai membaringkan tubuh gadis kecil itu, ia berniat untuk membersihkan diri karena bajunya juga ikut basah. "Kamu gantikan bajunya dulu, ya. Kasihan, pasti dia sangat kedinginan, aku mau mandi dulu," ujarnya.
"Iya, Kak. Ya udah, Kak Ali mandi aja dulu. Nanti Zahra siapkan baju untuk kakak."
"Oke, dan ... maaf. Aku menyentuh perempuan lain selain kamu," keluh Ali merasa bersalah.
Zahra tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Zahra ngerti kok."
"Terima kasih," ucap Ali seraya mengecup kening Zahra dengan lembut.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro