Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13

"Ada yang dekat namun sulit digenggam. Iya, sama seperti kamu."

***

Semburat mentari masuk melalui sela fentilasi yang terbuka. Namun, sang pemilik kamar nampaknya masih terlena oleh mimpi-mimpinya. Gadis itu sudah seperti kepompong dengan selimut yang melilit tubuhnya dari atas sampai bawah.

"Non Lala, bangun atuh. Ini teh udah siang. Non Lala nggak sekolah?" panggil Bi Ijah untuk yang kesekian kalinya.

Bukannya bangun, Kayla malah semakin mengeratkan selimutnya sambil bergumam tidak jelas.

"Non, bangun atuh. Ini udah jam setengah tujuh loh," ucap Bi Ijah dengan volume suara yang ditinggikan. Sudah hampir setengah jam ia berdiri di depan pintu kamar Kayla.

"Ish, si Bibi nggak ngerti apa kalau Lala masih ngantuk," ucapnya seraya menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

"Lagian kayaknya masih gelap deh."

Dengan mata setengah terpejam, ia menyibak selimutnya sampai perut. Ia langsung menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Di ambilnya ponsel yang sejak semalam tak ia jamah sedikit pun. Setengah layar ponselnya menyala, matanya tertuju pada jam.

06.37 WIB

"Baru juga jam segini." Kayla hendak menjatuhkan kembali tubuhnya ke kasur sampai ia tersadar akan sesuatu.

"BIBI, LALA TELAT!" pekiknya kalang kabut. Dengan terburu-buru, ia bergegas menyibak selimutnya dan masuk ke kamar mandi.

Hanya butuh waktu lima belas menit, ia telah siap dengan seragamnya.

"Bi, Lala berangkat, ya. Assalamu'alaikum," pamitnya sambul mencomot sandwich yang ada di meja makan.

"Loh, nggak sarapan dulu?"

"Lala sarapan di sekolah aja. Udah telat nih."

Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit dengan Pak Pur, Kayla harus menerima kenyataan bahwa gerbang sekolahnya telah ditutup rapat.

"Yahh ... udah ditutup," ucapnya lemas.

Peraturan di SMA Jaya Bakti adalah setiap murid yang telat baru boleh masuk pada pukul delapan pagi. Itu pun harus menerima hukuman terlebih dahulu. Oleh sebab itu, Kayla memutuskan untuk duduk di samping gerbang. Ada sekitar empat cowok dan dua cewek, termasuk dirinya yang telat.

Tak lama, sang Ketua OSIS alias Rangga berjalan menuju gerbang dan meminta Pak Satpam untuk membukanya. Gerbang dibuka bersamaan dengan masuknya murid-murid yang telat.

"Baris di samping pos satpam, sekarang!" perintah Rangga dengan tegas.

Setelah semuanya berbaris, Rangga mulai menanyai satu per satu alasan mereka telat.

Untung saja Kayla memilih barisan paling belakang. Jadi, ia bisa memilih-milih alasan yang tepat kenapa ia bisa terlambat. Masa iya, ia harus jujur bahwa ia terlambat dikarenakan begadang nonton drama korea? Bisa-bisa Rangga mengamuk nanti.

"Kenapa telat?" Suara tegas yang lebih mirip bentakan itu membuat Kayla terlonjak dan hampir terjengkang ke belakang.

"Hah? Eh, em i-itu ... anu ...."

Mampus! Cepet banget sih sampai sininya. Ayo dong Kay, mikir....

"Jawab," ucap Rangga dingin.

"I-itu Kak, bo-bocor. Iya, mobil Kayla bocor. Makanya telat, suwer deh," ucap Kayla tergagap sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V.

"Oke, untuk kalian yang telat silakan pungutin sampah setelah itu lari keliling lapangan sepuluh putaran. Sekarang," ucap Rangga menekankan kata 'sekarang'.

Setelah mendengar interupsi dari Rangga, semuanya langsung bergerak cepat memunguti sampah. Usai memunguti sampah, mereka langsung menuju ke lapangan untuk melanjutkan hukuman mereka.

Tidak seperti yang lainnya, Kayla malah berjalan santai. Tidak peduli Rangga mau marah atau tidak. Kayla tidak ingin capek-capek berlari sedangkan perutnya saja belum terisi. Memangnya Rangga mau tanggung jawab kalau ia sampai pingsan? Tidak, 'kan?

Di saat teman-temannya sudah berlari sekitar empat sampai lima putaran, Kayla masih stuck di dua putaran.

"Gue nyuruh lo lari, bukan jalan," tegur Rangga dengan ekspresi datarnya.

Kayla terkesiap saat tiba-tiba Rangga sudah ada di sampingnya. Kenapa sih Rangga itu suka sekali membuat Kayla terkejut? Apa dia ingin Kayla cepat-cepat mati karena serangan jantung?

Ni orang udah kayak hantu aja. Tiba-tiba nongol, batinnya.

"Kayla nggak mau lari," sahut Kayla dengan santainya.

"Di sini yang Ketua OSIS itu gue. Dan lo nggak ada hak untuk ngebantah," ucap Rangga sinis.

"Tapi Kayla be-"

"Cepet lari atau hukuman lo gue tambah," bentak Rangga.

Kayla berdecak kesal. Tidak bisakah Rangga bersikap lembut sedikit saja? Kayla kan cewek. Dan kodratnya seorang cewek adalah dilembutin, iya enggak, sih?

Sekarang tinggal tersisa Kayla. Sedangkan teman-temannya yang lain sudah menyelesaikan hukumannya dan kembali ke kelasnya masing-masing. Sesekali Kayla menyeka keringat di keningnya. Kayla risih, rambutnya terasa lepek terkena keringatnya sendiri.

Dengan sisa tenaganya, Kayla mencoba mempercepat lajunya agar hukuman itu segera selesai dan ia bisa kembali ke kelas. Namun, Kayla sudah tidak kuat. Kakinya gemetar tak mampu menahan berat tubuhnya. Gadis itu berhenti sebentar untuk mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

Semangat Kayla, satu kali putaran lagi, gumamnya.

Kayla terus memaksa kakinya untuk berlari. Sayangnya,
baru beberapa langkah kakinya kembali gemetar. Cukup, Kayla tidak kuat. Rasanya, ia ingin....

Brukkk!

🌂🌂🌂

Kayla membuka kedua matanya perlahan. Ia menatap langit-langit ruangan itu dengan keryitan di dahinya. Kenapa ia ada di sini? Pikirnya.

"Udah bangun?"

Kayla menoleh ke samping.

"Kak Ken?" Kayla berusaha bangun dari posisi tidurnya. Tetapi, tidak jadi. Karena kepalanya langsung berdenyut nyeri.

Ken langsung panik, ia segera menghampiri Kayla dan membantunya untuk tidur kembali. "Kalau masih pusing jangan dipaksain, nanti tambah pusing," ucap Ken.

Kayla diam.

"Gue pijitin ya kepalanya," ucap Ken. Entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan sebab tangannya langsung terulur di kepala Kayla.

"Eh, ng-nggak usah, Kak. Kayla nggak apa-apa kok," tolak Kayla tak enak.

"Udah, lo cukup tiduran aja," ucap Ken lembut. Akhirnya, Kayla membiarkan tangan Ken memijit kepalanya dengan lembut.

Lama keduanya saling diam karena Ken lebih sibuk memijit kening gadis itu. Kayla yang tidak biasa dengan keadaan seperti ini pun akhirnya membuka suara. "Kak Ken kok bisa ada di sini?" tanyanya.

"Ya bisa," jawab Ken singkat.

"Kak Ken yang bawa Kayla ke sini?" tanya Kayla sekali lagi.

Ken menyudahi kegiatannya. "He'em. Tadi niatnya gue mau ke toilet, terus gue nggak sengaja lihat lo yang kayak oleng gitu. Nggak lama setelah itu elo pingsan. Ya udah gue bawa ke sini," terangnya.

"Makasih ya, Kak."

Ken mengangguk. Ia terus memerhatikan wajah Kayla yang nampak pucat. "Lo belum sarapan, ya?"

Kayla menggeleng polos. Sesekali memijit kepalanya yang masih terasa pusing.

"Terus kenapa nggak bilang sama Rangga? Kan seandainya elo bilang, pasti hukuman lo diringanin."

"Kayla udah mau bilang, tapi kak Rangga langsung nyerobot gitu aja. Ya terpaksa deh lari," ucap Kayla mengerucutkan bibirnya kesal.

Ken terkekeh, "Gue beliin sarapan, ya?"

Kayla menggeleng cepat. "Nggak usah. Kak Ken udah banyak nolongin Kayla. Mending Kak Ken balik ke kelas deh. Ini kan masih jam pelajaran."

Tak disangka Ken menepuk jidatnya kuat. Hampir saja ia lupa bahwa hari ini kelasnya akan ada ulangan harian.

"Ya ampun, gue sampai lupa kalau di kelas bakal ada ulangan harian. Lo jangan ke mana-mana, ya. Istirahat nanti gue ke sini lagi."

Setelah itu Ken langsung kembali ke kelasnya dengan langkah terburu-buru.

Kayla melirik jam yang menempel di dinding. Sudah jam sepuluh. Itu artinya lima belas menit lagi bel istirahat akan berbunyi. Diambilnya ponsel dari dalam ranselnya dan mengetik pesan untuk Elsa.

El, istirahat nanti jemput gue di UKS, ya.

Sambil menunggu kedua sahabatnya datang, Kayla mencoba untuk kembali tidur. Bagaimanapun, rasa pusing di kepalanya belum juga hilang.

Derit kursi di sampingnya membuat kedua mata Kayla kembali terbuka. Kayla segera menoleh ke samping.

"Di makan."















Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro