Chapter 10
"Iri dan cemburu itu beda-beda tipis. Timbulnya sama-sama dari hati yang mudah menaruh dengki."
***
Tyas baru saja memarkirkan motornya setelah melewati perdebatan sengit dengan Pak Abdul, sang satpam SMA Jaya Bakti. Tyas melirik ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada guru BK yang bertugas keliling. Setelah dirasa aman, Tyas langsung berlari secepat mungkin sebelum Bu Missi masuk ke kelasnya.
Tanpa di duga-duga, saat di pertigaan koridor, tubuhnya bertabrakan dengan seseorang yang tengah berjalan santai sambil membawa setumpuk buku di kedua tangannya. Keduanya sama-sama terjatuh bersama dengan buku cetak yang ikut menjadi korban.
"E buset! Lo kalau lari kira-kira dong. Lo nggak lihat kalau gue bawa banyak buku?!" pekik seorang cowok yang tak lain adalah Fikri.
"Enak aja lo nyalahin gue. Lo-nya aja yang muncul tiba-tiba," ucap Tyas tak mau disalahkan.
"Allahumma! Dasar cewek gila. Eh, di sini gue yang korban. Kenapa jadi lo yang marah-marah?!" geram Fikri.
"Lah, ya suka-suka gue dong, ingat ya. Wanita itu selalu benar," ucap Tyas bersedekap dada.
"Asli ya, kalau lo bukan cewek udah gue —"
"Apa, ha? Ngajak berantem lo? Ayok gue ladenin," ucap Tyas menyela.
"Lo—"
"HEY! NGAPAIN ITU RIBUT-RIBUT?!" teriak Bu Desi dari kejauhan.
Bu Desi adalah seorang guru BK yang sangat ditakuti oleh semua murid SMA Jaya Bakti. Beliau terkenal dengan hukumannya yang tidak kira-kira terhadap murid yang melanggar peraturan.
Sebelum Bu Desi menuju ke sini, Tyas langsung lari terbirit-birit menyisakan Fikri yang bingung mencari alasan yang tepat. Dalam hati, ia mengumpat kesal pada Tyas yang pergi seenaknya setelah menabraknya.
Fikri dengan cepat mengambil buku-buku yang berserakan di lantai.
"Ngapain masih di sini? Sana masuk ke kelas. Ngeluyur aja," bentak Bu Desi.
"I-iya, Bu."
Tanpa menunggu ucapan Bu Desi selanjutnya, Fikri langsung berjalan cepat menuju kelasnya.
Tyas masuk ke dalam kelas dengan wajah cemberutnya. Hal itu menimbulkan tanda tanya pada Kayla dan Elsa. Saking kesalnya, ia membanting tasnya di meja membuat semua teman sekelasnya menatap Tyas aneh.
"Tyas kenapa, sih? Baru datang udah ditekuk aja tu muka," celetuk Kayla.
"Iiiihhhh ... sumpah gue kesel banget sama tu kudanil," geram Tyas dengan kesal.
"Hah, kudanil? Maksud lo siapa, sih?" sahut Elsa dari belakang.
"Si Fikri, gue tabrakan sama dia. Lihat nih, tangan gue memar masa," gerutu Tyas.
"Ya ampun, kasihan. Lagian Tyas tumben banget sih telat. Untung aja Bu Missi nggak masuk hari ini," ucap Kayla sambil memasukkan permen karet ke mulutnya.
"Tadi ban motor gue bocor," adu Tyas dengan wajah memelas.
"Ulu uluuuu ... apes banget cabat kita ini," ledek Elsa sambil mengelus pundak Tyas.
"Ck! Udah-udah. Mending kita kerjain tugas dari Bu Missi," ucap Kayla menengahi.
"Ini kan total semua soal 100, nih. Kita bagi aja ya biar cepet. Aku 25, Tyas 25, Elsa 25 sama Rey 25. Gimana, Rey mau, kan?"
"Boleh-boleh. Makin cepet malah," jawab Rey yang sejak tadi memperhatikan Kayla secara diam-diam.
"Bujubuset! Bu Missi kebiasaan deh kalau ngasih tugas nggak tanggung-tanggung," cibir Tyas.
"Udah sih kerjain aja. Protes mulu lo," ucap Elsa.
🌂🌂🌂
Kayla, Tyas dan Elsa sedang berada di kantin setelah menyelesaikan tugas dari Bu Missi pagi tadi. Rey tidak bisa bergabung dikarenakan rapat futsal. Ketiganya memilih meja paling depan dekat dengan pintu masuk kantin.
Sekarang adalah giliran Elsa yang memesankan makanan untuk mereka.
"Lo pesen apa, Kay?" tanya Elsa.
"Emm ... gue pesen batagor sama jus alpukat aja deh," ucap Kayla.
"Kalau lo pesen apa, Yas?" tanya Elsa beralih pada Tyas yang tengah mengetik sesuatu di ponselnya.
Tyas mendongak. "Gue pesen mie ayam sama teh botol aja."
"Oke-oke. Gue ke sana dulu."
Setelah beberapa menit menunggu, kini Elsa datang dengan membawa pesanan mereka dibantu dengan Mang Cecep.
"Oh iya, lo punya utang cerita ya Kay sama kita berdua," celetuk Elsa sambil mengaduk mie ayamnya.
"Hah, cerita apaan?" tanya Kayla mengernyit tak mengerti.
"Ish, nggak usah pura-pura lupa deh. Cerita yang kemarin," sahut Tyas.
Kayla mengangguk paham, "Oh, yang kemarin. Jadi gini ....."
Kayla menceritakan dari awal, dimulai saat Rangga yang tiba-tiba menghampirinya di dalam kelas dan meminta maaf. Sampai Rangga yang mengajaknya pulang bersama.
Sekarang Tyas dan Elsa mengerti.
"Gimana Kay rasanya pulang bareng pujaan?" goda Elsa sambil menaik turunkan alisnya.
Kayla meringis. Elsa memang paling bisa membuatnya salah tingkah dengan pipi yang memanas. "Apaan sih, kepo deh," tandasnya.
"Nggak nyangka ya kak Rangga jadi berubah gitu. Kay, boleh dong gue nyoba pulang bareng sama kak Rangga. Siapa tau kak Rangga jadi naksir sama gue," ucap Elsa seenaknya.
Kayla mendelik tajam. "Enak aja, nggak, nggak. Nggak bisa pokoknya. Lo tega banget sih mau nikung sahabat sendiri. Lagian lo kan udah punya Kak Iqbal."
Elsa dan Tyas terbahak setelah melihat ekspresi Kayla yang panik.
"Hahaha ... umpah ya Kay muka lo melas banget," ujar Tyas menahan tawanya.
"Ya ampun Kay, Kay. Gue bercanda kali. Serius banget nanggepinnya," ucap Elsa sambil memegangi perutnya yang sakit karena terus tertawa.
"Nah, tuh panjang umur dia. Baru juga kita rumpiin, langsung muncul orangnya," celetuk Tyas sesaat setelah menoleh ke pintu kantin.
"Yang bener?" Kayla langsung menoleh ke pintu kantin.
Dan benar saja, di sana terlihat Rangga, Iqbal, Ken dan Fikri yang memilih meja yang jaraknya tidak jauh dari tempat duduk Kayla, Tyas dan Elsa.
Senyum cerah terukir di bibir Kayla saat Rangga menoleh ke arahnya dan tersenyum padanya.
"Omg! Gue nggak salah lihat, kan? Itu tadi Kak Rangga senyum sama lo, Kay?" pekik Elsa tertahan.
"Jangankan elo El, gue aja nggak percaya Kak Rangga senyumin gue," celetuk Kayla sambil mengontrol debaran jantungnya.
"Lebay lo ah," cibir Tyas tetap menikmati baksonya.
"Ih, si Tyas mah suka sirik," balas Kayla.
Tiba-tiba Fikri berjalan menhampiri meja mereka.
"Hay dedek manis, selamat pagi," sapa Fikri dengan ramah.
Kayla membalas sapaan Fikri dengan senyum tak kalah manisnya. "Hai juga Kak Fikri, selamat pagi," balas Kayla ramah.
Sedangkan Tyas memutar kedua bola matanya malas saat melihat tingkah Fikri.
Sok manis, batinnya.
"Woy, Fikri! Lo ngapain deh? Malah ngapelin dedek manis. Buruan pesan makanan," pekik Iqbal dari tempat duduknya.
"Apa sih, sirik aja lo," ucap Fikri sambil melayangkan tatapan sinisnya pada Iqbal.
"Ya udah, gue pergi dulu, ya. Bye dedek manis, Elsanya Iqbal sama kutil anoa," ucap Fikri sambil menekankan kata "kutil anoa".
Tyas memandang Fikri dengan tatapan tak sukanya. "Maksud lo apa, hah? Nggak usah ngajak ribut deh," tandas Tyas tidak santai.
"Emang gue salah, ya? Kan muka lo emang mirip sama kutil anoa," ucap Fikri dengan memasang ekspresi sepolos-polosnya.
"Lo— argh pergi sana lo. Merusak suasana tau nggak."
Kayla buru-buru menyela. "Tyas, nggak boleh gitu ah sama kakak kelas, nggak sopan," tegurnya dengan tampang polosnya.
"Tuh, denger kata si dedek manis. Cewek kok kasar," ucap Fikri.
"Jadi, lo lebih bela si kudanil ini?" tanya Tyas pada Kayla sambil menunjuk Fikri.
"Bukan gitu, Tyas."
"Ya udahlah dedek manis, gue pergi aja. Males gue lihat muka dia."
Setelah Fikri pergi, Tyas terus saja mengumpat kesal. Cowok itu suka sekali membuatnya naik pitam.
"Udah sih Yas, lagian kan kak Fikri cuma bercanda," ucap Elsa.
"Ya udah, mending kita balik ke kelas aja. Masih ada waktu belajar untuk ulangan harian sosiologi."
"Astaga! Gue sampe lupa kalau nanti ada ulangan harian," rutuk Elsa.
Karena Kayla yang paling pinggir, ia berdiri duluan. Tanpa di duga, tiba-tiba ada seorang cewek yang sengaja menabrak dan menumpahkan jus jeruk ke seragamnya. Hal itu membuat Kayla memekik kaget. Bukan hanya itu, sekarang Kayla sudah menjadi pusat perhatian para penghuni kantin, termasuk Rangga dkk.
"Ups! Sori, sengaja," ucap gadis dengan make up tebal di depannya.
Cewek yang menabraknya barusan adalah Melody. Ia merupakan ketua ekstrakurikuler cheerleaders yang digosipkan menyukai Rangga sejak kelas sepuluh.
Kayla mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat menahan emosi. Kayla tidak ingin emosinya terpancing di depan umum seperti ini.
"Maksud Kak Melody apa?" tanya Kayla berusaha sesantai mungkin.
"Maksud gue? Emm ... apa, ya? Bikin lo dipermalukan, maybe."
"Oh. Udah, 'kan? Ya udah, yuk guys cabut," ucap Kayla cuek seraya menarik tangan Tyas dan Elsa agar mengikutinya.
Melody tak tinggal diam. Ia segera menarik tangan Kayla dengan kuat sampai Kayla meringis.
"Lo nggak sopan ya sama kakak kelas. Apa perlu gue ajarin caranya bersikap sopan sama senior?" tukas Melody kesal.
"Terima kasih, nggak perlu."
"Lo kurang ajar, ya."
Melody mengangkat tangannya hendak menampar pipi mulus Kayla. Kayla sudah memejamkan kedua matanya bersiap menerima tamparan keras dari Melody.
"Kayla!" pekik Tyas dan Elsa bersamaan.
Namun, seseorang dengan sigap menahannya.
"Jangan pernah ganggu dia."
Hayoo siapa itu ?
Kalau udah sampe bawah, jangan lupa tekan 'vote' dan 'komentar'😙
To Be Continue➡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro