Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1


"Aku terjebak. Pada bola mata teduh yang kerap kali memandangku penuh arti."

***


Bibir tipis itu terus menyenandungkan lagu potong bebek angsa sepanjang kakinya melangkah. Tepat di depan gerbang SMA Jaya Bakti, langkahnya berhenti. Kepalanya mendongak, tampak percaya diri. Tanpa sungkan menyunggingkan senyum selebar mungkin pada siswa-siswi yang lewat.

Tin.

Kayla-gadis itu masih tidak menghiraukan klakson motor yang sejak tadi berbunyi di belakangnya. Ia masih betah memandangi hiasan gerbang di atasnya. Menurutnya, itu sangat keren. Jauh berbeda dengan gerbang SMP-nya dulu.

Tin.

Lama-lama, Kayla kesal dengan suara klakson yang cukup memekakkan telinga.

"Ish, siapa sih yang ... eh, selamat pagi calon pacar, eh salah. Selamat pagi Kak Rangga." Niat awal ingin memaki rupanya langsung teralihkan setelah melihat siapa pelakunya. Bisa-bisa, Kayla kena sambit oleh kakak kelas galak itu.

"Minggir," usir Rangga tanpa membalas sapaan Kayla.

"Ih, balas dulu sapaan Kayla," seru Kayla tanpa merasa takut sedikit pun.

"Lo minggir atau gue tabrak?" kata Rangga dengan bersungut-sungut.

Gadis di depannya ini memang perusak suasana. Masih pagi, dan ia sudah membuat kepala Rangga serasa mendidih. Lihatlah sekarang, Kayla menggembungkan pipinya. Mungkin bagi sebagian orang Kayla tampak imut. Kalau kata Rangga sih amit-amit.

"Kak Rangga jangan galak-galak. Nanti Kayla makin cinta lho."

Tanpa mempedulikan ucapan Kayla, Rangga segera menstarter motornya; berniat ke parkiran. Aksi Rangga yang tiba-tiba melajukan motornya membuat Kayla berjengit kaget dan beringsut mundur tanpa melihat ke belakang. Alhasil, ia jatuh terduduk karena menginjak batu.

"Aduh!" Kayla meringis kecil begitu merasakan perih pada telapak tangannya yang tergesek kerikil sehingga menimbulkan luka-luka kecil.

Di sisi lain, Rangga belum turun dari atas motornya. Ia menatap iba pada Kayla yang masih betah duduk di pinggir gerbang seperti orang hilang. Rangga segera turun dari motor, berniat menghampiri gadis mungil itu. Namun, urung begitu melihat Ken berhenti di sana.

"Kak Ken?" cicit Kayla.

"Kenapa kakinya berdarah? Itu juga, tangan sampai lecet begitu," tanya Ken sambil memperhatikan tangan Kayla.

"Jatuh, Kak," jawab Kayla dengan cengiran lebarnya.

"Jatuh kok ketawa. Yuk, gue bantu." Ken mengulurkan kedua tangannya di depan Kayla.

"Nggak usah, Kayla bisa jalan sendiri. Kak Ken duluan aja," tolak Kayla sungkan. Ia berusaha untuk bangkit. Namun, kembali meringis begitu merasakan getaran hebat pada bagian lututnya.

Melihat usaha Kayla yang tak membuahkan hasil, Ken berujar, "Ya udah, lo tunggu di sini dulu. Gue mau markirin motor, jangan ke mana-mana."

Kayla mengangguk pasrah sambil bergeser dari posisi sebelumnya.

"Yuk!"

Gadis itu terkesiap untuk sesaat. "Cepet banget," gumamnya.

Ken memapah Kayla dengan hati-hati. Sebenarnya ia bingung, bukankah tadi Kayla bilang hanya jatuh, tapi kenapa lukanya bisa separah ini?

"Lo beneran cuma jatuh di dekat gerbang?" tanya Ken di tengah perjalanan.

"Iya, Kak Ken. Nggak percayaan banget sih," cibir Kayla.

"Ya aneh aja gitu, cuma jatuh di situ masa lukanya bisa separah ini."

"Ya namanya juga jatuh. Kalau disuruh milih juga Kayla pasti milihnya yang nggak parah. Aneh-aneh aja deh Kak Ken."

"Iya-iya maaf, gitu aja ngambek."

"Nah, sampai deh," ucap Ken setelah membantu Kayla untuk duduk.

Setelah berbincang cukup panjang, Ken memutuskan untuk pergi ke kelasnya karena sudah masuk jam pelajaran.

Sepeninggal Ken, Kayla kembali melamun. Bolehkah Kayla geer untuk saat ini? Sebab ia merasa ada tatapan khawatir di mata Rangga saat tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Ngomong-ngomong soal tatapan, ia jadi menyesal harus memutuskan kontak matanya dengan Rangga. Padahal, itu kesempatan emas yang amat disayangkan untuk jika lewatkan begitu saja.

"Kay, temenin ke toilet, yuk. Kebelet boker gue."

Sontak, Kayla menoleh ke asal suara. "Ih, Tyas. Jorok banget omongannya," sungutnya.

Tyas tergelak. Untubg tidak ada yang sedang makan di kelas. "Kenapa? Emang ada yang salah, ya? Udah ah, Kayla lama. Bye!"

Sudah lima belas menit lebih, Kayla heran karena Tyas tak kunjung kembali. Dia jadi tidak ada teman ngobrol. Teman-temannya yang lain masih berada di luar. Sedangkan Elsa izin tidak masuk karena harus mengantar abangnya ke bandara. Lama kelamaan rasa kantuk melandanya yang membuat Kayla tak tahan untuk segera menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Selang beberapa menit, muncul seseorang dengan membawa kotak P3K dan meletakkannya di atas meja Kayla. Setelah itu, ia langsung pergi entah kemana.

"Kayla, bangun. Sebentar lagi jamnya Bu Hera," panggil Tyas seraya mengguncang tubuh sahabatnya dengan tidak santai.

Kayla mengerang karena tidurnya terganggu. Padahal, ia baru saja terlelap beberapa menit. Matanya tampak merah karena masih mengantuk. "Iissh ... Tyas ganggu deh," desisnya. Saat akan menelungkupkan kepalanya kembali, tatapannya terpaku pada kotak P3K di depannya.

"Aaaa ... Tyas baik banget deh. Kayla nggak nyangka Tyas se-sosweet ini. Jadi, Tyas sengaja pura-pura ke toilet demi bawain kotak P3K ini? Ih, makin gemes deh," seru Kayla sambil mencubit kedua pipi Tyas cukup kencang.

"Aduh, Kayla, lo geer banget sih. Gue emang ke toilet tadi. Waktu gue masuk, ni kotak udah ada di meja lo," sahut Tyas sambil menepis tangan Kayla dari pipinya.

"Lah, terus ini punya siapa?" tanya Kayla bingung.

"Mana gue tau, coba dibuka. Siapa tau ada suratnya," ucap Tyas.

Benar saja, di dalamnya ada beberapa obat luka dan selembar kertas.

Cepet diobatin, biar nggak infeksi.


#S

Kayla dan Tyas sama-sama mengerutkan dahinya bingung. Siapa pemilik inisial S ini? Kenapa ia baik sekali pada Kayla? Kalau sudah begini, bagaimana cara Kayla berterima kasih? Apa ia harus menanyai setiap kelas? Tidak mungkin, kan?

"Siapa tuh inisial S? Gebetan lo, ya?" goda Tyas sambil menaik-turunkan alisnya.

"Apaan, sih? Kayla aja nggak kenal."

"Coba inget-inget dulu. Lo punya kenalan dengan awalan huruf S, nggak?" tanya Tyas.

"Ya kalau itu mah banyak, Tyas. Ada Safi'i, Satria, Sam, Sigit, Shela, Sherlin, Sinta, So'im. Lagian semisal mereka mau kasih ini, kenapa harus sembunyi-sembunyi?" seru Kayla. Ah, dia jadi bingung sendiri.

"Iya juga, ya. Atau mungkin itu dari fans lo," ungkap Tyas asal-asalan.

"Iya kali, ya. Udah ah daripada mikirin si S S yang misterius itu, mending ngobatin luka ini," ucap Kayla.

"Lagian, jatuh doang kok sampai separah ini si Kay lukanya?" tanya Tyas penasaran.

"Ya mana Kayla tau, Tyas. Kalau Kayla tau bakalan jatuh dan luka begini, mending Kayla nggak jadi berangkat sekolah," kata Kayla dengan tangan kiri yang sibuk membersihkan sisa-sisa darah di lututnya.

Tyas yang tidak tega melihatnya langsung menbantu. "Sini tangan lo, biar gue aja yang bersihin. Abis itu, gue anterin ke UKS."











Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro