Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MAAF

"Tuan muda, buka pintu, ini gue!" Dengan bar-bar Alesha berteriak di depan pintu kamar Igni di asrama putra. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya selama satu semester ini, seluruh penghuni asrama Gedung-1 putra bahkan sudah kenal dengan Alesha yang selalu mampir ke tempat Igni, menunggu di taman asrama sampai cowok itu datang dan mengajaknya ke sana kemari layaknya setrikaan mondar-mandir mengunjungi tempat-tempat yang difasilitasi oleh sekolah.

"Aku tunggu di ta—" belum sempat Alesha menyelesaikan kalimatnya, orang yang dituju membuka pintu kamar dan menarik tangan gadis itu hingga terseret masuk ke dalam.

"Astaga! Lo nggak umum banget sih! Udah kayak penjahat aja lo main tarik, bawa-bawa anak gadis ke dalam kamar, mesum lo!" ucap Alesha jengah.

"Hah? Sejak kapan tepatnya selera cewek gue turun level?"

"Entah! Lo pikir aja sendiri sejak kapan!"

"Aduh babu, lo nggak usah kegeeran dulu deh. Lagian kalau pun gue mau mesum, yang jelas ceweknya bukan lo."

"Gue juga ogah kali!" sergah Alesha, "Mana sini hp gue, balikin ...!" pinta gadis itu menengadahkan telapak tangannya pada Igni.

"Tunggu, gue ambil dulu." Segera Igni menuju meja tempat ia meletakkan ponsel milik Alesha.

"Gue tunggu di luar ya," ucap Alesha merasa tidak nyaman masuk ke dalam kamar yang semerbak menebarkan wangi Igni—wangi khas laki-laki itu—wangi yang selalu mampir ke indra penciumnya setiap kali ia tengah berada bersama dengan Igni.

"Lo duduk saja di mana pun lo merasa nyaman, gue nggak akan bukain pintu," kata laki-laki itu sembari menuju sebuah ruangan. Alesha memutar bola matanya, lalu ia duduk di sebuah kursi panjang bertangan dan bersandaran yang dibungkus kain beledu. Tidak lama Igni datang, dia sudah siap dengan baju kaus berlengan pendek berwarna putih berbalut sebuah jaket berwarna hitam.

Alesha memandangi laki-laki itu dari atas sampai bawah. Alesha mengembuskan napas ke udara, ujung bibirnya turun ke bawah, ia sangat tidak suka melihat Igni dalam keadaan siap seperti itu, sudah pasti laki-laki itu akan melakukan hal-hal yang akan membuatnya lelah baik hati, pikiran dan juga fisiknya secara serempak.

"Mau kemana kita hari ini?" Akhirnya hanya kalimat itu yang meluncur dari mulut Alesha.

"Lo cukup ikut kemanapun gue pergi, dan seperti biasa, tidak ada kata penolakan," kata Igni sembari memakaikannya helm berwarna pink. Helm itu terlihat sangat feminim dan terlihat kontras dengan pakaian black shirt dan ripped jeans yang ia kenakan.

"Pakai ini!" ucap Ingi memberikan jaket berwarna hitam kepada Alesha. Gadis itu mengambil jaket yang diberikan oleh laki-laki super menyebalkan yang selalu memberinya perintah tidak masuk akal. Mau tidak mau, Alesha mengenakan jaket.

Ikut gue!" titah Igni.

*****

Alesha duduk di belakang jok motor besar milik Igni, dia pasrah saat laki-laki itu tidak memberitahukan tujuannya. Sepeda motor yang dikendalikan oleh Igni melaju dengan cepat meninggalkan sekolah. Alesha sempat terkejut karena setahu dirinya, laki-laki egois itu tidak akan memakai jatah waktu dua hari miliknya untuk pergi dari lingkungan sekolah.

Gadis itu bukan orang tolol yang akan menyerahkan nyawanya begitu saja saat laki-laki gila membawa motornya dengan kecepatan penuh, sehingga tanpa aba-aba ia mendekap tubuh di depannya dengan erat. Menutup mata, dan berharap bahwa dia tidak mati muda sia-sia karena mengikuti perintah laki-laki itu.

Seutas senyum tersuguh dari wajah tampan yang saat ini tengah tertutup helm hitam miliknya, saat tubuh di belakangnya dengan suka rela menghambur di punggung. Belum lagi, saat laki-laki itu merasakan kedua tangan tengah mengunci perutnya dari belakang. Dia hanya tidak sadar. Perlakuan spontan dari gadis itu mampu membuat satu senyum lolos tanpa mamu ia kontrol. Tanpa mengurangi kecepatan, pandangannya tetap fokus pada jalan yang membentang di hadapannya.

Igni menghentikan laju sepeda motornya saat ia tiba di rumah kediaman Keluarga Bazyli. Sekali lagi senyum mengembang di wajahnya saat mendapati Alesha masih memeluknya dengan erat, "Nyaman ya?" tanya Igni, sembari melepas helmnya.

Suara laki-laki itu berhasil membuat mata gadis di belakangnya terbelalak. Serta-merta gadis itu melepaskan tangannya dari tubuh Igni. Tidak sadar kalau ternyata dirinya sudah sampai di tempat yang menjadi tujuan laki-laki itu. Kepala Alesha bergerak ke kiri dan ke kanan, melihat dimana tepatnya ia berada.

"Ini di mana?" tanya gadis itu seraya meletakkan helm pink di atas jok motor yang tadi didudukinya.

"Rumahku," jelas Igni, "Ralat. Rumah kakekku," tandasnya.

Alesha menelan salivanya. Begitu takjub dengan ukuran rumah itu. Belum lagi saat para pelayan berjejer telah siap menyambut kedatangannya. Gadis itu bingung, kenapa tuan muda satu itu justru membawanya ke rumah kediaman Keluarga Bazyli.

"Kenapa kita ke sini?" tanya Alesha setelah berlari kecil mengejar Igni yang sudah berada cukup jauh di depannya.

"Berkunjung," jawab laki-laki itu dengan kedua tapak kaki yang tidak berhenti melenggang masuk.

"Iya, makusdnya, kenapa harus berkunjung ke—" Alesha dipaksa untuk menghentikan ucapannya saat telunjuk Igni mendarat tepat di bibirnya.

"Hai, Bun!" Satu kata sapa terlontar, saat Igni mendapati ibunya sedang mengatur para pelayan menyiapkan hidangan santap malam.

"Oh, hai, Sayang ...!"

Igni mendekat, lalu ia mendaratkan cium singkat dipipi wanita itu. Wanita itu mengusap sayang rambut Igni. 

Melihat adegan itu, Alesha bingung harus melakukan apa, "Hai, tante," kata gadis itu saat empunya rumah melayangkan senyum padanya.

"Halo, Sayang," jawab wanita cantik itu, lalu membuka kedua tangannya, membiarkan gadis itu mendekatinya lalu mendekapnya. 

Sebuah kecupan mendarat di pucuk kepala Alesha, "Selamat datang, Sayang," ucap wanita cantik itu ramah.

"Maaf ya, Tante tidak bisa menemanimu lebih lama. Padahal kau sudah datang jauh-jauh ke sini," sambung wanita itu, mengusap lembut rambut Alesha.

Gadis itu nampak bingung, "Tidak apa, Tante. Alesha justru yang minta maaf karena datang tanpa diundang disela-sela kesibukan Tante Salsa," katanya merasa sangat tidak enak hati.

Sekali lagi gadis itu melihat senyum di wajah cantik Salsa Bazyli. Wanita itu menghampiri Igni yang tengah sibuk menyantap Eclair yang sebelumnya terlebih dulu ia celupkan ke dalam cokelat panas. Wanita itu mendaratkan kecupan pada kening Igni, "Bunda masih harus bertemu dengan para kolega, have fun ya!" ucap Salsa, seraya berlalu dari tempat itu meninggalkan Igni dan juga Alesha.

"Duduklah." Igni menggapai lengan Alesha, memintanya untuk duduk danbergabung dengannya menikmati hidangan yang telah disajikan oleh para koki di rumahnya, "Makanlah!" lanjut laki-laki itu.

"Gue masih nggak ngerti, kenapa lo bawa gue ke rumah ini?" tanya Alesha, lalu memasukan sesendok puding coklat ke dalam mulutnya.

"Malam ini, kita menginap di sini."  

Alesha menelan salivanya, mulutnya terbuka lebar mendengar perkataan Igni, "APA?" Suara melengking meluncur dari mulut gadis itu, "Lo gila ya?" 

Lagi-lagi Igni tidak membalas perkataan gadis itu, dan berlalu begitu saja menuju sebuah taman terbuka dengan kolam renang mengias indah di tengahnya. Alesha mengekor sampai ke tempat itu. 

Igni menanggalkan baju kausnya lalu menceburkan diri ke dalam dinginnya air kolam. Melihat hal itu Alesha menutupi wajahnya dengan telapak tangan, "Lo boleh nggak menganggap gue sebagai lawan jenis. Tapi tolong dong, lo itu seorang Tuan muda, lo nggak bisa ya berkelakuan normal dikit?" protes Alesha, ia lalu berbalik badan dengan kedua telapak tangan masih menutupi wajahnya.

Laki-laki itu tersenyum jahil, "Kalau lo keberatan dengan aksi gue, kenapa nggak lo bales aja dengan melakukan hal serupa, hm?" celetuk Igni sembari ke luar dari dalam kolam renang, dan perlahan mendekati Alesha yang masih memunggunginya.

Dasar Gila! Umpat Alesha masih pada posisinya. Gadis itu tidak tahu kalau Igni tengah berada di belakangnya, siap membopong tubuh Alesha untuk ikut andil dalam kegilaannya. Lalu, HUP! Tubuh Alesha terangkat, Igni menggendongnya dari belakang ala bridal style. Tanpa permisi gadis itu dibawa hingga ke tepi kolam, "Lepasin gue ...!" sedari tadi Alesha meneriaki kalimat yang sama, meminta agar laki-laki itu melepaskannya.

"Seperti yang lo minta," kata Igni, lalu bersama dengan tubuh Alesha yang masih ia gendong, laki-laki itu menceburkan dirinya ke dalam kolam.

BYURRR.

Gadis itu gelagapan, cepat-cepat ia meraih sesuatu untuk membawanya ke permukaan. Alesha terbatuk, dengan napas tersenggal-senggal, gadis itu menatap wajah Igni dengan pandangan membunuh, "Gue benci sama lo!" celetuk Alesha lalu segera naik ke atas dan berlari ke luar rumah.

Melihat Alesha yang berlari dengan cepat, membuat Igni beranjak dari tempatnya dan segera menyusul gadis itu. Diambilnya handuk yang sudah dipersiapkan oleh pelayan, "Kemana dia?" tanya Igni kepada salah satu pelayan.

"Tadi saya lihat, Nona itu berlari ke arah pintu masuk, Tuan," ucap pelayan itu.

Segera Igni berlari menuju pintu masuk rumahnya. Gadis itu nampak kebingungan melihat sekeliling mencari jalan ke luar. Igni berhasil menggapai gadis itu, ia menarik tangan gadis itu dengan sedikit kasar sehingga tubuh gadis berbalik ke arahnya. Tangan Igni cekatan menutupi tubuh gadis itu dengan handuk yang dibawanya.

"Alesha, dengar ..." laki-laki itu menundukkan tatapannya, dia menyesal karena telah membuat gadis itu marah. Matanya terpejam untuk sekian detik, ia lalu menatap dalam kedua pasang mata indah milik gadis itu, "Maafkan aku," ucapnya.        

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro