Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BRIDGE SCHOOL

Namanya Igni Bayanaka Bazyli, dia adalah cucu satu-satunya dari Dann Bazyli pemilik Perusahaan Venus, Keluarga Bazyli adalah penyumbang dana terbesar sepanjang sejarah Bridge School. Sekolah tersohor yang memiliki fasilitas serba teknologi dan canggih, sehingga hanya anak-anak dari kalangan atas saja yang dapat mengenyam pendidikan elite di Bridge School.

Hari ini adalah hari pertama Alesha masuk sekolah, menjadi bagian dari Bridge School. Sebagai cucu kesayangan dari Jarvis, Alesha akan berusaha untuk tidak mempermalukan diri, dan juga nama besar Keluarga Shaenette. Alesha bingung, kenapa semua mata tertuju padanya. Hal itu sebenarnya bukan hal aneh, karena dari dulu, bahkan sejak ia masih kecil, banyak orang yang seolah kagum dengannya. Tetapi, Alesha justru tidak pernah tahu kenapa bisa begitu?

Alesha hanya bersyukur atas semua perhatian yang setiap kali diberikan orang kepadanya. Dia hanya tidak tahu, kalau ia telah dikaruniai paras yang jelita, tubuh yang tinggi dengan kaki jenjang semampai, juga—rasanya Tuhan begitu sayang pada Alesha, karena gadis itu bahkan diberkahi dengan otak yang cemerlang—sungguh paket komplet.

Seperti layaknya siswa baru, ia beserta ratusan siswa lainnya dikumpulkan di sebuah ruangan, untuk mengikuti sambutan dari kepala yayasan dan jajarannya. Selebihnya, seluruh siswa baru akan diberikan waktu untuk dapat saling mengenal setiap sudut tempat yang ada di Bridge School dari gelang yang diberikan secara khusus kepada setiap siswa di Bridge School. Melalui gelang tersebut, setiap siswa akan memperoleh seluruh informasi mengenai sekolah, lewat produk dari teknologi holografi yaitu hologram—informasi optik yang disajikan dalam bentuk gambar, pemandangan maupun suatu adegan mengenai Bridge School lengkap disajikan dengan mengakses dari gelang tersebut.

Selama mengampu pendidikan di Bridge School setiap siswa baru diwajibkan untuk tinggal di asrama selama dua semester di jenjang pertama, tanpa terkecuali. Setiap siswa hanya diperbolehkan dikunjungi 2 kali oleh pihak keluarga. Kunjungannya pun bersifat terbatas, hanya dua orang dari anggota keluarga saja yang diperbolehkan melakukan kunjungan. Siswa diperbolehkan untuk berkunjung atau pulang ke rumahnya masing-masing hanya 2 kali saja, pada hari libur. Selebihnya saat hari libur tiba, siswa jenjang pertama di Bridge School hanya diperbolehkan untuk bermain dengan bebas di dalam Bridge School. Semua akses yang ada di Bridge School, dapat dinikmati hanya dengan menggunakan gelang serba guna yang dinamakan Osiris.

Osiris bukan hanya gelang penyedia informasi, seperti namanya yaitu Osiris—salah satu Dewa Mesir Kuno, dewa yang menyediakan kehidupan bagi masyarakat Mesir Kuno. Bagi siswa Bridge School, gelang Osiris juga berfungsi sebagai gelang kehidupan bagi mereka. Segala macam bentuk transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para siswa hanya perlu memperlihatkan gelang Osiris pada layar scan, lalu secara otomatis akan muncul tanda barcode dari siswa pemilik gelang tersebut.

Alesha baru saja menyelesaikan soal tes kemampuan akademik, setelah ia selesai mengisi data diri untuk mengaktifkan gelang Osiris. Tes kemampuan akademik wajib dilakukan dan diikuti oleh seluruh siswa, sebagai syarat tambahan untuk menentukan penempatan kelas, terutama kelas unggulan.

Alesha mencari letak asrama putri, dan juga letak kafetaria. Aku sangat lapar. Alesha berucap dalam hati.

Akhirnya Alesha tiba di sebuah kafetaria yang begitu luas, aku bingung bagaimana caraku untuk mendapatkan makanan di sini? Alesha melihat ada begitu banyak mesin di sana. Di atas mesin-mesin itu tertera gambar yang menunjukkan menu yang dapat dipesan dari mesin-mesin tersebut.

"Bisakah kau lebih cepat sedikit? Aku juga ingin memesan salad buah," ucap seseorang yang berdiri tepat di belakang Alesha.

Alesha menengok ke arah sumber suara, ternyata di belakangnya telah berdiri sosok dewi, "Cantik sekali." Satu kata itu, lolos begitu saja dari mulut Alesha, dia memuji gadis cantik yang terlihat tengah mengantre di belakangnya.

Gadis itu melihat ke arah Alesha, tinggi Alesha yang melebihi dirinya membuat gadis itu tidak dapat melakukan intimidasi lewat tatapannya—setidaknya gadis itu selalu berhasil melakukan hal itu kepada gadis lain, yang tidak lebih tinggi secara fisik maupun secara status sosialnya. Gadis itu mengira tubuhnya yang tinggi semampai bak model adalah yang paling sempurna di Bridge School. Tetapi ternyata gadis yang terlihat udik di depannya, memiliki tubuh lebih jangkung daripadanya.

"Gue udah cantik sejak lahir. Jadi, bisa tolong menepi, karena gue nggak ada waktu untuk melihatmu terpesona." ujar gadis itu, "Hus hus!" tambahnya seraya mengibaskan telapaktangannya ke kiri dan kanan.

Serta-merta Alesha melangkah ke samping dan memberikan gadis itu jalan ke mesin makanan. Setelah gadis itu selesai dengan salad buahnya, Alesha kembali ke mesin untuk memesan menu yang sama dengan gadis itu.

"Lo lama banget sih, Jess!" tegur seseorang pada gadis tadi.

Rasanya aku kenal suara cowok itu. Segera Alesha menengok ke arah sumber suara, lalu dia mendapati seseorang yang ia kenal belum lama ini—Tuan muda Bazyli. Alesha menepuk jidatnya, "Holy shits!" celetuk Alesha, saking kesalnya harus bertemu dengan Igni, dia bahkan tidak mengontrol volume suaranya.

"Oh, lo lagi?" ucap gadis yang tadi sempat terlibat antrean kecil di tempat salad buah dengan Alesha.

"Jesslyn, lo kenal dia?" tanya seorang anak laki-laki yang berada tepat di samping Igni.

"Gue kenal." kalimat itu meluncur bersamaan dari mulut Igni sekaligus gadis yang ternyata bernama Jesslyn.

Serempak, baik Jesslyn dan juga teman laki-lakinya memandangi Igni. Mereka tidak percaya ada orang lain yang Igni kenal di lingkungan barunya, selain mereka berdua—Jesslyn Victoria, dan Lander Hesperos yang merupakan teman masa kecil Igni.

Tidak sopan rasanya jika harus meninggalkan mereka, karena Alesha sudah terlanjur ketahuan mengumpat atas keberadaan Igni. Jadi, di sinilah sekarang Alesha berada, di antara dua yang tampan, serta satu yang kecantikannya bak Dewi Yunani.

Mereka berempat tengah duduk di salah satu meja kafetaria.

"Berhubung lo kenalannya si Igni, nggak ada salahnya kalau kita juga saling kenal kan." ucap satu yang tampan di antara mereka, "Gue, Lander. Lo siapa?" tanya Lander Hesperos setelah memperkenalkan dirinya.

"Gue, Alesha. Bukan kenalan Tuan muda Bazyli, tepatnya. Gue juga baru kenal dia tempo hari."

"Oh ... " Lander membulatkan mulutnya membentuk huruf—O.

Lalu Lander menyikut gadis cantik di sebelahnya, "Apa sih?" tanya gadis itu, tak acuh. Lander bukannya tidak tahu dengan sikap Jesslyn yang terlihat kesal dan tidak peduli terhadap keberadaan gadis lain yang tengah bergabung bersama mereka, tetapi rasanya salah jika Jesslyn tidak memperkenalkan diri kepada Alesha yang merupakan kenalan Igni.

"Cewek ketus yang cantik ini namanya Jesslyn. Doi biasa judes kalau sama orang yang baru dikenal, apalagi kalau orang itu adalah cewek cantik kayak lo ... Jesslyn akan merasa tersaingi." ucap Lander mencoba untuk mencairkan suasana canggung yang terjadi alamiah begitu saja di antara mereka.

"Tunggu, lo bilang gue takut tersaingi sama dia? Oh come on, really! I can't possibly be jealous of her!" kata Jesslyn kesal sembari mendelik ke arah Alesha.

Lander hanya tertawa saja menanggapi ucapan sinis Jesslyn. Sementara Igni, entah ada apa dengan dia—ekspresinya tidak adapat ditebak. Alesha memutar arah pandangnya dari Igni, lalu buru-buru ia memakan salad buahnya, dia tidak ingin terlibat lebih lama lagi dengan mereka.

"Well, gue udah selesai. Gue kembali ke asrama dulu. Terima kasih atas waktunya, senang bertemu dengan kalian." ucap Alesha dusta. Ia beranjak dari duduknya. Tetapi, belum sempat ia menjauh dari ketiga makhluk super glow itu, tangan Alesha ditahan oleh Igni.

Alesha melotot kepada Igni, "Apa yang lo lakuin? Lepasin tangan gue!" pinta Alesha, sembari berusaha untuk melepaskan pergelangan tangannya yang dicengkram oleh Igni.

Igni menaikkan sebelah alisnya, "Tinggal dulu lebih lama, di luar hujan."

Alesha tahu kalau di luar tengah hujan, tetapi biar bagaimanapun dia lebih senang bersama hujan menuju asrama, daripada harus bersama dengan Igni dan kawan-kawannya. Pandangan Alesha beralih ke arah Jesslyn yang tengah menatapnya dengan kobaran api, Alesha yakin kalau gadis itu pasti suka dengan Tuan muda Bazyli.

"Terima kasih atas tawarannya, tapi gue butuh untuk berkemas di asrama. Gue rasa barang-barang gue sudah sampai di sana." Alesha susah payah menarik tangannya hingga terasa perih di pergelangan tangannya—dan hal itu berhasil. Segera Alesha berlari meninggalkan kafetaria, meninggalkan Igni dan teman-temannya.

*****

"Aku benar-benar tidak percaya, hari pertamaku di sekolah diakhiri dengan menyebalkan karena harus bertemu dengan Tuan muda Bazyli. Dia pikir, dia itu siapa?" ucap Alesha mencak-mencak.

"Aku berharap, aku tidak akan satu kelas dengan Tuan muda Bazyli dan gengnya. Juga tidak satu asrama dengan si Jesslyn yang super menyeramkan dengan kuku-kuku tajam warna-warni miliknya—yang ada, bisa-bisa kuku-kuku itu menggores indah pada tubuhku—ugh! Aku sangat berharap, itu tidak akan terjadi." Alesha berdoa tepat di depan pintu kamarnya.

Siswa perempuan di bagi ke dalam 10 gedung asrama, yang di dalamnya terdapat 10 penghuni saja. Begitu juga dengan siswa laki-laki. Penempatan gedung asrama didasarkan kepada status keluarga dari setiap siswa. Mereka dibagi berdasarkan rank status sosial keluarganya masing-masing. Gedung-1 diprioritaskan untuk anak-anak dengan status sosial tertinggi, dengan dihuni oleh 10 orang pertama siswa dari kalangan atas. Begitu seterusnya hingga Gedung-10, baik asrama perempuan maupun laki-laki.

Alesha mendapatkan kamar nomor 15, ia berada di Gedung 2. Jadi sudah pasti doanya untuk tidak bertemu muka setiap hari di asrama dengan Jesslyn, sudah terkabul. Kamar itu akan menjadi tempat Alesha untuk pulang setelah harinya di sekolah, kamar yang akan ia tempati selama menjadi siswa jenjang pertama di sekolah.

Alesha masih belum dapat info mengenai pembagian kelas, karena pembagian kelas akan diumumkan pada malam nanti. Pengumuman disiarkan lewat tayangan hologram yang muncul di langit Bridge School.

Barang-barang Alesha sudah ada di dalam kamar. Selama para siswa baru berkeliling sekolah tadi, barang-barangnya sudah dibawakan ke dalam kamar masing-masing oleh para penanggungjawab setiap asrama.

Alesha baru saja masuk ke dalam kamarnya, dengan kartu seperti kartu masuk untuk kamar hotel. Segera ia membuka kopernya, mencari ponselnya di sana, lalu ia tekan tombol video call. Tidak berapa lama video callnya tersambung dengan Anne, dan juga Jarvis.

"Halo sayang, bagaimana hari pertamamu di sekolah?" tanya Jarvis.

Alesha mengembuskan napas ke udara, "Halo, Kek. Satu kata untuk sekolah yang sudah kakek pilihkan untukku—WOW." jawab Alesha mendeskripsikan hari pertamanya di Bridge School.

Satu kata itu kiranya dapat mewakili rasa kagumnya pada Bridge School dengan segala kecanggihan dan juga keindahan tempatnya, yang bisa dibilang lebih mirip sebuah kota kecil, dibandingkan sekolah pada umumnya—mengingat betapa komplit fasilitas yang ada di Bridge School.

Alesha melihat senyum mengembang di wajah Jarvis yang keriput. "Aku bersyukur karena kau suka, sayang." ujarnya.

"Bagaimana dengan asramamu?"

"Yah—bagus. Aku suka, bahkan di asrama ini aku tidak perlu mengerjakan apa pun karena akan ada pegawai asrama yang menyediakan segala sesuatunya, mirip seperti di rumah kakek. Aku bisa jadi Tuan Putri di sini." Alesha menjelaskan.

"Baiklah sayang, sekarang kau istirahatlah. Besok kau harus mulai belajar. Besok kita tidak mungkin bersua kabar, sampai weekend tiba. Jadi, nikmati waktumu di sekolah sayang, jangan lupa bersenang-senang dan belajarlah dengan tekun, buat kakek dan Keluarga Shaenette bangga."

"Baik, Kek." Alesha menjawab sembari mengambil posisi duduk di ujung kasurnya.

"Saat di sekolah, kau harus berteman dekat dengannya, ya. Kau tahu kan, dia adalah tuan muda yang memiliki pengarus sangat besar baik saat ini maupun di masa mendatang." ucap Jarvis.

Alesha mengiakan dengan anggukan, "Baik, Kek." hanya kalimat itu yang dapat ia lontarkan kepada kakeknya. Penolakan bukanlah hal baik yang dapat ia lakukan, terutama saat ia berpisah dari ibunya, Anne yang masih ada di kediaman Keluarga Shaenette. Alesha tidak ingin ibunya sampai diusir dari rumah itu, tidak.

Setelah Jarvis memutuskan panggilan video callnya, barulah Anne dapat berbicara dengan Alesha.

"Ibu!" air wajah Alesha berubah derastis, saat ia berhadapan berdua saja dengan ibunya.

Ingin rasanya Anne mendekap putri sematawayangnya itu, tetapi ia harus bersabar. "Kamu pasti bisa, Alesha. Karena kamu anak ibu. Tetap jaga kesehatanmu sayang. Jadilah dirimu sendiri, nak. Gapai impianmu, hm." ucap Anne, ia merasa kalimat penyemangat sangat diperlukan Alesha saat ini. Alesha mengangguk mengiakan. Alesha berjanji dalam hati tidak akan mengecewakan ibunya.

"Selamat beristirahat sayang. Ibu menyayangimu, i love you, honey."

"I love you more, mom."

BIP. Panggilan video call dimatikan.

Alesha menghempaskan diri ke kasur, lalu bermaksud untuk tidur sejenak. Rasa kantuknya lebih kuat dibanding keinginannya untuk mandi. Tidak lama, Alesha tertidur. 


Terima kasih sudah baca.. Ditunggu ya kelanjutan Alesha dan Igni... ^^ 

Semoga suka ceritanyaaa ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro