Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BERANJAK

Sampai kemarin aku merasa, kalau aku adalah gadis paling beruntung sebab di sisiku ada Arjuna. Tetapi di hari yang sama, aku juga merasa kalau semua hal yang kulakukan di kehidupan ini hanya sebatas fana saja.

Hari ini, saat melihat mobil Arjuna menghilang dari pandanganku, aku baru tahu kalau, luka paling dalam bisa berasal dari dia yang sudah kuanggap paling dekat. Aku tidak dapat berbuat apapun, selain melihat sosok itu pergi dari rumahku, dari hidupku dan juga hatiku.

Alesha menyimpan tablet di dalam laci mejanya, "Hari yang aneh," gerutu gadis itu, sembari menutupi wajah dengan telapak tangannya.

"Bisa-bisanya aku berciuman dengan Igni tadi!"

"Sayang, kamu sudah tidur, Nak?" Suara Anne mengalihkan lamunan gadis itu.

Alesha beranjak dari tempatnya menghampiri suara dari balik pintu, "Belum, Bu." Gadis itu menjawab tanya ibunya sambil membuka pintu kamar.

Ada raut khawatir dari wajah Anne, "Sayang, kamu tidak apa, Nak?" wanita itu mengusap wajah putrinya.

Gadis itu menyentuh tangan yang kini sudah tampak keriputnya, "Aku sudah tidak apa, Ibu. Lagipula, aku tidak ada waktu meratapi orang yang tidak ditakdirkan bersama denganku. Aku sudah bertekad, bahwa aku harus segera menyelesaikan kuliahku, aku ingin bekerja." Alesha berucap dengan mantap, wajah cantik itu mengumbar senyum kepada ibunya.

"Ibu bangga padamu, Nak. Semoga kamu dipertemukan dengan laki-laki yang baik kelak." Anne ikut tersenyum mendengarkan ucapan Alesha, dia lalu mengecup pipi anak gadisnya.

Alesha tersenyum, "Aku akan beranjak, bergerak dan melangkah ke depan. Aku akan menjadi sukses dan membuat Ibu bangga kepadaku, itu janjiku, Bu. Doakan aku dan teruslah berada di sisiku."

Mata coklat itu memancarkan sebuah harapan dan juga kebulatan tekad. Anne mengelus rambut Alesha, "Tentu saja sayang," ucap wanita itu. "Sekarang, tidurlah, Nak. Besok kamu masih harus ke kampus kan?"

"Iya, Ibu."

Setelah Anne beranjak pergi, Alesha kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk segera tidur. Melepaskan segala penat yang dirasakan hati dan juga tubuhnya secara bersamaan. Semoga hari esok lebih baik, gadis itu mendoa dalam hati sebelum lelap menguasainya.

*****

Hari itu adalah hari di mana Alesha memutuskan untuk menutup kisah cintanya yang karam dengan Arjuna. Seperti tekadnya, dia berusaha untuk menepiskan kata pacaran atau cinta dari hidupnya. Dia benar-benar ingin fokus menyelesaikan kuliahnya, satu tahun sudah yang gadis itu lalui, menjalankan hari tanpa Arjuna. Meski sulit pada awalnya, sebab tidak mungkin dia menghindari laki-laki itu, apalagi mereka satu jurusan.

Untungnya, para manusia penghuni kampus, terutama mereka yang berada satu jurusan dengan Alesha dan Arjuna, tidak terlalu banyak ikut campur dan cenderung cuek. Hanya beberapa dari mereka saja yang berbisik berisik, tetapi semua itu segera berlalu saat seorang laki-laki muda, berparas tampan, dengan otak cemerlang berhasil menyita perhatian publik, namanya Igni Bayanaka Bazyli. Pemuda itu berhasil memimpin perusahaan yang bergerak dibidang fashion. Perusahaan yang ia dirikan tidak lepas dari perusahaan kakek dan juga ayahnya terdahulu sebagai inspirasinya meniti karier.

"Igni hebat! Dia cocok memimpin Perusahaan Venus milik mendiang ayahnya. Aku kagem padanya. Semoga aku juga bisa segera lulus dan bekerja." Ucap Alesha, ia lalu mematikan layar ponselnya, lalu kembali fokus pada kegiatan kuliahnya.

*****

Sudah satu tahun lamanya, wajah Igni selalu muncul di mana-mana baik itu media cetak maupun elektronik dan menjadi buah bibir hingga pelosok negeri. Sosok Igni berhasil menjadi sosok motivator yang membangkitkan para muda-mudi dalam mencapai impi mereka, termasuk Alesha. Gadis itu bertekad untuk sukses. 

Tepat hari ini, setelah 4 tahun lamanya ia menghabiskan waktu berkutat sebagai mahasiswa, akhirnya dia berhasil lulus, mewakili jurusannya menjadi predikat terbaik. Perasaan bangga dan haru bersahutan di dalam diri Anne saat putrinya itu menghampiri dengan air mata berurai dan senyum terpatri di wajahnya. Wanita itu mendekap erat tubuh anak gadisnya, mendaratkan ciuman demi ciuman secara bertubi. Segera mereka memutuskan untuk pulang dan berbagi kebahagiaan bersama orang-orang terkasih.

Keduanya merayakan kebahagiaan yang tengah membuncah dengan mengunjungi rumah lama mereka. Di sana Kakek dan nenek, orang tua dari Anne, menyambut dengan suka cita. Malam itu mereka putuskan untuk menginap di sana.

Gadis itu menyalakan laptopnya, lalu dia mencoba peruntungannya untuk mengirimkan surat lamaran pekerjaan ke salah satu perusahaan yang sedang naik daun belakangan ini, Pandora. Alesha tahu kalau dibuka lamaran besar-besaran di perusahaan baru tersebut, termasuk rekrutmen sebagai seorang sekretaris. 

"Semoga aku bisa segera mendapatkan pekerjaan, amin." Gadis itu mendoa sebelum tidur.

*****

Sayup-sayup Alesha mendengar, kicauan burung yang beradu dengan kokokan ayam, begitu merdu bagaikan nyanyian Nina Bobo, yang membuatnya enggan terjaga. Saat malas membujuk penuh rayuan, gadis itu begitu menikmati rasa malas yang menjalar hingga seluruh tubuh. Rasanya, ingin lebih lama bermanja dengan kasur yang tengah memeluknya manja. Sejenak menikmati sejuknya udara pagi yang mendesak lewat celah-celah ventilasi dekat jendela kamar.

Sebelum fajar menyingsing lebih tinggi di atas sana, tidak ada yang lebih baik selain kembali membungkus dirinya dengan selimut. Namun rupanya, sang fajar di atas sana tengah tersenyum sangat lebar, penuh kemenangan. Mata coklat Alesha terbelalak saat suara alarm yang sengaja ia atur dari ponselnya sebelum terlelap, berhasil menghardik telinganya.

Alesha menepuk jidatnya, "Aku lupa hari ini aku ada interview kerja!"

Buru-buru dia menuju kamar mandi untuk menyiapkan dirinya. Setelan tiga potong ia kenakan mulai dari celana panjang, blus berwarna krem, blazer. Sementara untuk rambutnya gadis itu hanya menguncirnya seperti ekor kuda. Dia melihat pantulan dirinya di cermin, "Semangat, Alesha! Kamu pasti bisa!"

Kata-kata itu adalah sebuah sugesti yang selalu menjadi mantra ajaib untuk membangun rasa percaya dirinya. Bermodalkan rasa optimis, Alesha selalu berpikiran bahwa apapun yang akan dilakukannya, harus didasarkan dengan rasa suka, rasa cinta, dengan begitu pekerjaan yang dilakukan akan berjalan dengan mulus.

Sudah lewat sebulan setelah kelulusannya, Alesha mengirimkan berkas lamaran ke perusahaan Pandora. Mengikuti serangkaian tahapan perekrutan karyawan di perusahaan itu. Menjadi karyawan Pandora adalah impian bagi sebagian besar orang, termasuk dirinya. Tentu saja hal itu adalah obsesi, mengingat gaji yang diraup sangatlah besar, walau statusmu adalah seorang OB sekalipun.

Gadis itu berjalan menuju Ibu, Kakek dan neneknya yang terlihat di meja makan. Sebelum pamit, Alesha mengecup pipi mereka bergantian, meminta doa supaya interview kerjanya dapat berjalan lancar.

"Mulai hari ini, kamu bawa mobil Ibu, Nak."

"Tapi, Bu, nnati bagaimana dengan Ibu kalau mau bekerja?"

Alesha menggigit kukunya, ada rasa cemas dan juga bingung mengetahui kendaraan yang merek apunya hanya dua buah, satu mobil yang biasa mereka gunakan jika melakukan perjalanan berdua. Satu lagi adalah kuda besi bertubuh gagah segesit ninja, milik gadis itu. Membayangkan ibunya mengendarai motor miliknya membuat tubuhnya bergidik.

Senyum merekah menghias wajah Anne, "Tenang Sayang, Ibu sudah punya yang baru." Wanita itu mengangkat sebuah kunci motor sambil menggerakannya ke kiri dan kanan.

Anne menyodorkan dua buah kunci, satu kunci mobil satu kunci motor barunya, "Kalau kamu tidak mau menggunakan mobil, kamu bisa menggunakan motor barunya, Sayang. Pilihlah, Nak."

Gadis yang menjadilawan bicaranya sampai dibuat melongo, dia lalu menghamburkan diri memeluk tubuh ibunya, "Aku sayang Ibu!" Pekik Alesha seraya memilih kunci motor yang ditunjukkan oleh ibunya.

"Aku pergi dulu!" Seru gadis itu dengan senyum mengembang di wajahnya.

Beranjaklah dengan senyum di wajahmu, buat dunia tahu bahwa apapun yang tengah menggelayuti pergelangan kakimu, semua itu tidak lantas membuatmu terjerembab dalam kata terpuruk. Katakan pada dunia, tidak ada yang bisa mengalahkan dirimu jika itu bukanlah dirimu sendiri, kemalasanmu, atau bahkan ambisimu yang tidak sejalan dengan usahamu. Musuh abadimu adalah kamu! Coba katakan baik dalam diammu, atau dengan suara lantang, katakan, "Aku siap menghadapi hari ini!"

Sederet kalimat panjang itu terus menerus dilafalkan Alesha di dalam hatinya, sembari memarkirkan motornya, gadis itu mengepalkan telapak tangannya, mengucapkan mantra terakhir untuk menguatkan langkahnya, "Aku bisa, aku yakin bisa, dan aku pasti bisa!"

Melihat begitu banyak orang berlalu lalang di perusahaan besar bernama Pandora itu, tidak lantas membuat Alesha beringsut lalu kabur. Kakinya sedikit gemetar, tetapi dia sudah berulang kali mengucapkan matra, berulang kali bertekad dan menatap liontin dengan foto dia dan keluarganya di dalam kalung yang menggantung indah di leher gadis itu.

Bibirnya menukik ke atas, memerhatikan setiap orang yang juga sedang berjuang untuk bisa masuk ke perusahaan Pandora. Hari ini adalah tahap terakir setelah tiga hari sebelumnya, dia berhasil melalui fase test tertulis pada proses seleksi dan rekrutmen pekerjaan di Pandora. Ada kebanggaan tersendiri yang ia rasakan hingga sampai di fase ini, karena berhasil menyingkirkan ribuan calon kandidat karyawan Pandora sebelumnya.

Pandora melakukan dua test untuk interviewnya, yaitu interview HRD dan interview user. Nilai akademis yang bagus dan pengetahuan teknis yang mempuni saja, tidak cukup menjamin lolos dalam interview HRD.

Gadis itu terkena serangan gugup, saat melihat para calon kadidat yang tengah menunggu di ruangan khusus sebelum dipanggil untuk interview dengan HRD. Beberapa dari mereka ada yang terduduk saat pintu ruangan dibuka, tepat saat kaki melangkah ke luar, tubuh serta-merta menghantam lantai. Hal itu bahkan dialami oleh Alesha.

Tidak lama setelah semua orang nyaris selesai dipanggil oleh HRD, sekarang giliran interviewoleh user dari Pandora.

Entah kenapa, rasanya lemas menjalari seluruh tubuhnya, terutama kakinya. "Tuhan, aku pasrah!"

"Silakan masuk, Nona, CEO kami sudah menunggu di dalam." Ucap seorang wanita yang duduk tepat di sebelah ruangan tersebut.

Alesha mengangguk, dia menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan, "Permisi," kata gadis itu sembari sedikit menundukkan kepalanya sebagai bentuk hormat kepada CEO.

"Alesha."

"Iya." Gadis itu menjawab ragu-ragu saat nama kecilnya dipanggil oleh seorang laki-laki yang Alesha yakini sebagai CEO Pandora.

"Halo, saya adalah GM Pandora."

Alesha terkejut saat mengetahui laki-laki yang mengenalkan dirinya sebagai GM Pandora adalah anak majikan dari tempat ibunya bekerja. Sialnya lagi, interview user adalah tahap terakhir yang harus dilalui olehnya. Dia tidak ingin membuang kesempatan emas, untuk menjadi sekretaris Pandora begitu saja.

Belum hilang rasa terkejutnya, di saat bersamaan, Alesha juga bertemu dengan Igni Bayanaka Bazyli yang merupakan CEO Pandora. Pria yang mendapatkan predikat paling tampan seantero jagat raya dan jagat maya, yang wajahnya selalu muncul di mana-mana baik itu media cetak maupun elektronik. Pria yang dengan mudah mengalihkan dunianya yang hancur oleh Arjuna hanya dengan satu kecupannya di pagi hari tahun lalu. Juga pria yang dengan sengaja Alesha coba untuk hindari, justru adalah pria yang akan menentukan nasibnya sebagai salah satu karyawan Pandora dalam beberapa waktu lagi. 

"Apa kabar?" tanya pria itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro