Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#9 Aku merindukanmu

Hai semuanya!!
Walaupun ga sesering dulu- tapi mayan kaan hehe, kemajuan 🤣

Lumayan panjang nih 😎

Hope u enjoy the story!

Happy reading!

.

.

.

.

.











Di sebuah meja yang terletak pada sudut kantin, Solar tengah menikmati sesi makan siangnya bersama tiga sahabatnya. Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi, masing-masing pun sudah memesan makanannya.

Blaze dan Ice memesan semangkuk bakmi, Taufan memesan seporsi nasi lemak dan Solar seperti biasa memesan kari kesukaannya. Mereka pun makan dengan lahap karena dilanda kelaparan yang disebabkan oleh pelajaran yang berjalan hampir tiga jam non stop.

Namun ada yang aneh.

Sedari tadi, Solar sama sekali tak menyuap makanan ke mulutnya dan hanya memainkan sendok di gundukan nasi kari itu.

Taufan, Blaze dan Ice menatapnya penuh heran. Padahal biasanya Solar akan langsung menghabiskan makanannya kurang dari sepuluh detik jika sudah lapar. Bahkan Taufan, Blaze dan Ice baru saja menyuap sekali sedangkan Solar sudah menghabiskan satu piring. Apalagi itu makanan kesukaannya.

Mengunyah telur di mulutnya, Taufan melirik Solar lalu menyeletuk.

"kalau kau kangen.. telepon aja.." ujarnya.

Solar hanya menggumam.

Taufan hendak berkata lagi namun sesaat ia ragu karena melihat aura hitam yang menyelimuti Solar. Sudah lama sekali sejak ia melihatnya, mungkin terakhir kali pada saat orientasi.

"um- memangnya dia nggak meneleponmu?" Taufan bertanya, suaranya memelan karena takut Solar malah terbawa emosi. Namun rupanya sosok berkacamata visor itu hanya meliriknya dan menggeleng.

"kita udah bicara kok.." ujar Solar "dia harus latihan sungguh-sungguh, aku juga tak ingin mengganggunya. Lagipula dia bilang akan meneleponku jika ada waktu"

"namanya pasangan, itu nggak harus selalu bersama. Pasangan itu ada untuk saling melengkapi dan mendukung disaat berjauhan.."

Taufan dan Solar langsung menengok begitu mendengar suara Blaze berbicara. Aneh sekali, ia tiba-tiba berbicara seperti seorang filosofer sembari menatap layar ponselnya. Tiga orang yang mengelilinginya pun mengernyit keheranan.

"with a great power..come a great responsibility" ia berkata lagi, kali ini Taufan langsung sigap menjitaknya hingga membuatnya kaget dan refleks meringis kesakitan.

"kok kamu mukul?!" kesalnya.

"temen kita lagi sedih- kamu malah bikin suasana tambah sedih!"

"aku kan cuma bacain quotes film!" Blaze mendengus "film spider man- tau kan??"

"ya tapi itu bikin Solar makin kepikiran kan!" sahut Taufan.

"udah sih! kok malah berantem kalian!" potong Solar, menyudahi perseteruan diantara duo troublemaker itu.

"kalian gak usah khawatir soal aku, dia akan nelpon kalau dia nggak sibuk. Kalau dia nggak nelpon..ya berarti dia sibuk.." lanjutnya "lagipula aku juga sibuk beberapa hari ini, kan event 2U udah deket. Jadi kita masing-masing akan fokus sama club, dan nggak memikirkan yang lain"

Mendengar itu, Taufan hanya mengangguk angguk. Sementara Blaze dan Ice kembali sibuk dengan makanan mereka seakan tidak ingin terlalu ikut campur dalam urusan temannya itu. Karena walau teman sekalipun, privasi tetap tidak bisa dilanggar.

"yaudah..abisin kari nya kalo gitu"

"aku kenyang"

Solar membereskan barang-barangnya, lalu bangun dari duduknya sambil membawa tas nya "tolong bereskan untukku, aku hampir telat ke club"

"aw? kalo gitu makanananmu buatku ya??" Blaze menunjuk makanan Solar yang masih utuh itu.

"abisin aja"

Melambaikan tangan pada tiga temannya, Solar pun beranjak pergi dari sana.









***











Malam itu, Solar baru saja pulang setelah lembur mengajar di club pemandu sorak kebanggaannya.

Sudah memasuki H-10 sebelum event 2U dimulai dan semua club yang berpartisipasi benar-benar memperkuat latihan untuk memperebutkan kemenangan.

Tidak terkecuali dengan club Solar. Club pemandu sorak dikenal dengan prestasinya yang selalu menyabet penghargaan setiap tahunnya, karena itu kak Sai banyak menaruh harapan pada Solar sebagai presiden club. Tanpa sadar, hal itu membuat Solar menjadi jauh lebih stress ditambah tugas-tugas kuliahnya yang terbilang tak sedikit.

Namun ia tak dapat protes. Ia setuju untuk mengemban tugas sebagai presiden club, karena itu ia pun harus melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan.

Setelah membuka pintu, ia pun berjalan gontai menuju sofa dan mendudukan dirinya disana. Ia tertegun sejenak mengamati keadaan rumah yang sangat gelap dan sepi, sudah empat hari berjalan keadaannya seperti ini.

Sejujurnya, Solar merasa asing berada disini seorang diri. Rumah ini dibelinya dan ditinggali berdua sejak awal. Mereka tidak pernah berpisah lebih dari satu hari walaupun kesibukan melanda. Karena keduanya tau, bahwa masing-masing tidak bisa menahan rindu.

Menghela nafas, Solar pun beranjak menuju kulkas lalu mengambil sekotak makanan beku di lemari es dan menghangatkannya di microwave. Ia ingat bagaimana ia sering protes bahwa Halilintar memberinya terlalu banyak makanan beku, dan sekarang Solar memakannya selama empat hari berturut turut karena tak ada pilihan lain.

Selagi menunggu makanannya matang , Solar mengambil sekotak jus jeruk dan senyumnya mengembang saat ia memandangi kotak jus di tangannya. Ia teringat beberapa hari lalu..saat ia memergoki Halilintar.









Beberapa hari lalu.

Halilintar sudah lebih dari sepuluh menit duduk di depan kulkas yang terbuka. Entah apa yang ia lakukan namun terlihat ia tertawa kecil sambil memegang sesuatu di tangannya.

Solar yang sedari tadi memperhatikan dari kamar pun menggeleng gemas. Ia diam diam menghampiri Halilintar, berusaha untuk tidak membuat suara. Saat ia tiba di depan pintu kulkas, ia lantas berteriak.

"Hayo! kamu ngapain!"

"oi!" Halilintar tersentak, hampir saja benda yang dipegangnya itu terjatuh. Ia lalu mendengus kesal, menatap tajam pada Solar.

"ih! kalo aku kena serangan jantung, mau tanggung jawab??" kesalnya.

Solar terkekeh "maaf sayang- abis dari tadi kamu disini..ngapain hm?"

Pandangannya beralih pada apa yang tengah dipegang oleh Halilintar, lantas ia terkejut melihat puluhan kotak berisi jus buah yang ada di dalam kulkas. Masing-masing tertempel sticky notes yang rupanya sedari tadi dituliskan pesan satu per satu oleh sang kekasih.

"karena kita bakal pisah selama dua minggu , aku harus pastiin kamu minum sesuatu yang sehat. Kayak aku gak tau aja kelakuan kamu gimana kalo nggak ada aku" ujar Halilintar, menempelkan sticky note yang terakhir kemudian meletakan kotak jus itu didalam kulkas.

"ohh, jadi ceritanya pacarku yang manis ini khawatir nih?" Solar terkekeh.

"Jih- siapa yang-" Halilintar langsung memalingkan pandangannya dan pura pura merapikan kotak-kotak jus itu. Namun Solar cepat-cepat beranjak dan memeluk sosok itu dari belakang.

"Makasih ya, sayang~ kamu memang yang terbaik!"

Halilintar mengerucutkan bibirnya, lalu menutup pintu kulkas itu dan berbalik memeluk Solar.

"kejutanku gagal lagi! semuanya gara-gara kamu!" ambeknya.

Solar tertawa melihat wajah ngambek pacarnya itu. Benar benar menggemaskan. Lagipula, bagaimana bisa ia menyebutnya surprise saat ia menyiapkan kejutan itu secara terang terangan.

Pacar Solar Light memang random, dan sulit dimengerti. Tapi walaupun begitu..

Solar mencintainya lebih dari apapun.













Di meja makan, Solar meminum jus itu seorang diri dengan bayang-bayang Halilintar di benaknya. Mengingat kembali wajah cemberut Halilintar yang menyalahkannya karena kejutan yang gagal, Solar jadi ingin tertawa.

Walaupun Halilintar tak ada di sampingnya sekarang ini.. hanya membayangkan wajahnya saja membuat Solar tersenyum senyum.

Tak dapat memungkiri bahwa ia sangat merindukan pacarnya itu. Namun setidaknya..di titik ini ia masih bisa bertahan.













*** 











Siang yang begitu cerah, beberapa hari yang lalu di hari kepergian Halilintar untuk tinggal di rumah Gempa selama dua minggu sungguh bukanlah waktu yang baik bagi Halilintar. 

Baru saja Halilintar dan anggota band yang lain menginjakan kaki di perkarangan rumah Gempa, tiba-tiba saja Gempa mengambil rantai dan gembok lalu mengunci gerbang dengan rapat seakan sedang menyegel rumah tahanan. Tak tau apa motifnya. 

"oi Gem! kenapa digembok gitu heh??" salah satu anggota band dan pemain bass, Theo memprotes. 

"biar kalian gabisa kabur! terutama kau- Hali. Kayak aku gatau aja kamu gabisa diem kalo nggak ketemu pacarmu si pertamax itu!" ujar Gempa, tau-tau saja menuduh Halilintar yang sedari tadi diam. 

"kok aku??" Halilintar angkat bicara.

"gapapa kak Hali- kalo kangen kak Solar, kan aku ada" sang pemain drum, Supra tau-tau saja menggoda hingga membuat semua orang termasuk Halilintar kebingungan menatapnya. 

Kenapa lagi ini bocah..

"kawasan dilarang bucin membucin! awas aja kau, sup!" Gempa mendengus selepas mengunci rapat gembok besar yang menyegel rantai itu lalu mendahului semuanya untuk melangkah lebih jauh masuk ke dalam rumah. 

"Bilang aja ngiri gabisa ikut bucin sama Thorn.." Supra mencibir.

"Apa kau bilang?!" Gempa menyahut cepat.

Supra hanya cengegesan "ngga ngga"

Usut punya usut, junior berlabel motor ini memang katanya ngincer senior Halilintar. Imut imut tsundere- katanya. Tapi walaupun begitu, gombalannya tak pernah dianggap serius oleh para anggota club termasuk Halilintar sendiri. Padahal junior satu ini cukup berani dalam menggombal dan tak ragu untuk melakukannya di depan banyak orang. 

Semua anggota yang awalnya kesal karena kelakuan Gempa, perlahan lahan mulai teralihkan perhatiannya dengan kawasan rumah Gempa yang ternyata lebih luas dari yang mereka bayangkan.

Sejak awal mereka tau kalau Gempa itu anak orang kaya. Namun karena ia tinggal di dorm, tak ada yang tau dimana ia tinggal, termasuk sahabatnya sendiri. Rumah empat lantai yang berdiri megah dan perkarangan hijau yang cukup luas, ditambah tiga mobil model terbaru yang terparkir di garasi. Semua anggota band berdecak kagum melihatnya. 

Hingga mereka tiba di kawasan teras rumah, Supra tiba-tiba saja tertawa. Semua anggota band termasuk Gempa pun menengok heran. 

"jadi ini toh..teras yang pernah dibilang Thorn.." ia terkikik geli. 

Gempa menaikan sebelah alisnya "hah?" 

Seakan teringat sesuatu yang mengejutkan, Theo tiba-tiba ikut tertawa sambil menunjuk nunjuk bangku panjang yang ada di sana. 

"itu-- tempat kak Gempa sama Thorn..hahahaha!" 

"woii! sst ssttt!" Gempa buru-buru menghampiri Theo dan membungkam mulutnya sebelum ia sempat berkata lebih jauh. 

"tempat Gempa sama Thorn..apa?" Halilintar, si (polos) memiringkan kepalanya, bingung. 

"tempat kak Gempa eue Thorn, kak.. ala-ala nature gitu" Cindy, satu-satunya wanita di band itu yang juga sepantaran dengan Thorn menyahut tanpa dosa. 

Halilintar yang mendengarnya langsung ternganga tak percaya. Netra ruby nya auto menyorot Gempa yang tengah panik seakan keciduk nyolong kambing di rumah sebelah.

"astaga Gemgem! kamu berdosah!!" Halilintar menjerit histeris.

Gempa langsung melotot "diam kamu yang tiap malem ngedesahin nama bensin!"

"gak tiap malem ye bambang!" Halilintar nyolot tak terima "daripada ente yang di balkon, di tangga, di teras- kayak gapunya kasur aja upss!" 

Wajah Gempa langsung memerah padam. 

"sini kauuu pikachu merah!!" 

Tubuh anak malang bernama Theo itu dihempaskan dan dua senior tertua itu langsung gelud adu bacot dan gegulingan di hamparan rumput hijau. Empat junior lainnya, termasuk Glacier yang sedari tadi hanya diam mengurusi game ponselnya hanya bisa geleng geleng kepala dan mundur beberapa langkah menyaksikan pemandangan yang indah di siang bolong. 

"kenapa kita punya senior kayak gitu betewe? salah club gak sih?" Glacier berbisik. 

"salah kampus sih kayaknya-" cindy menimpali. 

"sakit dih pantat aing! jahat kalian- Theo yang imut ini gak ditolongin!" Theo, yang baru saja dihempaskan Gempa dan menubruk batu bata,  mengeluh dramatis.

"aing ga peduli! yang penting ada kak Hali aing rela kemanapunn!" Supra tau-tau berseru dan langsung disoraki oleh tiga orang lainnya. 

"serah kau sup serahh!" Cindy merotasikan bola matanya. 

"terus ini HaliGem mau diapain??" Glacier menyenggol pundak Supra, menunjuk nunjuk pada dua senior yang nampaknya masih setia bergelud "sendirinya ngajakin fokus latihan- sendiri malah gelud.. piye atuh-"

"aing denger ye batu es!" Gempa berteriak ditengah tengah pergelud-an nya. Semuanya berdecak kagum dengan pendengaran super seniornya itu.

"woi kak!! kapan latihannya!!" teriak Theo seraya menghentak hentakan kakinya. Sejujurnya sih pemandangan dua seniornya gelud itu seru, tapi cuaca diluar panas banget dan rasanya sekujur tubuh terpanggang oleh panas ekstrim di musim panas. 

Supra sebagai anak (baik) tentunya langsung maju dan berusaha memisahkan kedua senior yang masih beradu bacot itu. Dan tentu saja, ia langsung membela dan menarik Halilintar menjauh hingga Gempa melotot dibuatnya. 

Disamping Halilintar yang kebingungan dengan tingkah juniornya yang kok akhlaknya makin ilang- Gempa mendengus dan akhirnya mendahului mereka semua untuk masuk ke dalam rumah. 







***









Kringggg

Suara dering jam beker membangunkan Solar dari tidur nyenyaknya.

Seperti kebanyakan orang pada umumnya, tangan Solar otomatis terulur dan mencari-cari letak jam beker yang tidak berhenti berbunyi itu. Namun ia tak kunjung menemukannya hingga ia merengut karena dering jam itu mengganggunya.

"ngg- kak Halii~ matiin dong jam nya.." Solar secara refleks memanggil sang kekasih, lalu tangannya meraba kasurnya dan langsung terbangun saat menyadari tempat di sebelahnya kosong.

Sesaat, ia tertegun. Kemudian dirinya tersadar akan Halilintar yang sedang tidak bersamanya.

Solar menghela panjang , menatap kosong pada ruang kosong di kasurnya. Kasur yang sama yang selalu mereka tiduri bersama, namun sejak kapan kasur ini terasa begitu luas ?


















Sore harinya, seperti biasa Solar kembali pada kegiatan dan kewajibannya sebagai presiden club pemandu sorak.

Latihan hari itu berjalan cukup lancar. Tidak ada hambatan , tidak ada suara yang mengganggu, tidak ada pertengkaran yang bodoh, tidak ada ketua club musik yang mendatangi club pemandu sorak untuk protes soal suara.

Saat latihan usai dan semua anggota club sudah pulang ke rumah masing-masing, Solar masih berdiam dan bertahan di ruangan club.

Bukan tanpa alasan, namun ia benci berada sendirian didalam rumah itu.

Sejak kapan ya.. ia terbiasa untuk memiliki seseorang yang menemaninya, berada di sisinya selama yang ia ingat.

Bahkan saat ia keluar dari ruangan club dan menguncinya, pandangannya tak lepas dari ruangan club musik yang terletak tepat di sebelahnya.

Ia terdiam disana untuk sesaat, memandangi stiker pororo yang menutupi hampir setengah pintu ruangan club musik dengan tatapan kosong kemudian berbalik dan berjalan pulang.















Pagi datang kembali dan entah sudah pagi yang keberapa, ia melaluinya tanpa kehadiran sang kekasih yang berbaring di sebelahnya.

Solar terbangun di pagi itu dengan perasaan campur aduk. Hati dan tubuhnya terasa berat untuk sekedar bergerak. Namun anehnya, ia bangun sebelum waktu yang disetel pada jam bekernya tiba.

Saat ia menengok pada ruang kosong itu dan mendapati sosok Halilintar yang tertidur pulas dengan kaus merah kesayangannya, seulas senyum tipis muncul di wajahnya. Dan saat ia berkedip, kini ia sadar bahwa ia hanya berada disana seorang diri.



solar_light13

Liked by SmartYing.30 and 4679 others

solar_light13 Akhir-akhir ini, kasur terasa begitu luas.

















Solar berada di kamar mandi, menyikat giginya dan mencuci muka seperti biasanya.

Yang membedakan hanyalah ia tidak terpesona melihat wajah tampannya yang terpantul pada cermin di depannya. Alih-alih, pandangannya malah tertuju pada gelas putih yang terduduk manis di sebelah miliknya.

Gelas dengan inisial H , yang selalu digunakan Halilintar untuk berkumur. Sebuah pasangan sempurna yang sama seperti kepunyaan Solar, satu-satunya yang membedakan hanyalah insial nama-nya.

Ia tersenyum menatapi gelas itu, mengingat bagaimana ia dan Halilintar selalu melakukan hal ini bersama sama setiap pagi dan malam hari.


solar_light13

Liked by FlywithYaya25 and 5772 others

solar_light13 Kau pasti kesepian ya..















Hari selesai, latihan hari itu pun selesai.

Semua anggota saling mengucapkan selamat tinggal, masing-masing berpisah satu sama lain. Solar adalah orang yang terakhir keluar dan kembali memandangi ruangan sebelah dengan perasaan yang sulit dimengerti.

Entah kenapa, bayangannya saat kedua club mereka bertengkar dan kedua presiden club saling berhadapan ditengah pertengkaran tidak berarti itu.. kembali muncul di benaknya.

solar_light13


Liked by Starwars.Ppang and 5401 others

solar_light13 Kita memulai pertengkaran bodoh.. dan sekarang kau pergi.












Solar baru saja kembali ke kamar setelah membeli makanan di luar.

Memandangi rumahnya yang gelap, kosong tanpa siapapun, ia mendesah kasar. Kemudian meletakan makanan dan minuman yang dibelinya di atas meja dan menaruh tas-nya sebelum duduk dan makan.

Botol kecil berisi cairan berwarna pink terang itu ia pandangi sambil mengulas senyum. Tanpa sadar, ia membeli dua buah saat mengingat minuman itu adalah kesukaan Halilintar.

Sungguh, setelah sesedot dua sedot, rasanya ia tak bisa meminumnya lagi. Rasanya terlalu manis bagi Solar yang terbiasa meminum kopi pahit.

Namun apa yang dikatakan Halilintar memang benar bahwa warna merah muda itu terlihat cantik.



solar_light13

Liked by Florafauna77 and 3367 others

solar_light13 Aku lebih menyukai warna merah.
















Kelas berakhir, latihan pemandu sorak pun dimulai.

Hari ini, cuaca begitu cerah. Acara 2U semakin didepan mata, dan ia sebagai ketua pun semakin gencar untuk mencapai kesempurnaan.

Namun Solar terus menerus menemukan kesalahan pada gerakan para anggota pemandu sorak, terutama pada seorang laki-laki bernama Felix. Sudah kesekian kalinya ia kehilangan timing untuk menyamakan gerakannya dengan teman-temannya yang lain.

Awalnya, Solar mendiamkannya, namun semakin lama ia sudah tidak tahan. Beban hatinya yang menumpuk, ditambah emosi yang menunggu untuk meluap pun akhirnya pecah.

"Felix!!"

Solar meneriaki anak itu, wajahnya dipenuhi amarah.

"gerakanmu terlambat!! sudah keberapa kali, hah?!" omelnya.

"maaf, kak.." anak itu merunduk, tak berani menatap Solar yang marah.

"kalau kau tidak serius, kau bisa meninggalkan tim sekarang juga!" Solar membentak lagi. Kali ini, Thorn langsung berusaha menenangkannya.

"Solar-- jangan begitu! Dia udah berusaha yang terbaik kok.." ucap Thorn berusaha selembut mungkin "jangan terlalu menekannya.."

Solar menyeka rambutnya kasar "tapi kita sudah memberinya banyak waktu!! tapi kenapa- argh! Thorn, kau urusi mereka!"

Tanpa mendengarkan panggilan Thorn, Solar langsung berbalik dan beranjak pergi. Perasaan dan emosinya benar-benar kacau, ia tak bisa mengontrolnya seperti biasanya.

Ini benar benar bukan dirinya. Ia bahkan tidak tau mengapa ia bisa bersikap sejahat itu pada juniornya sendiri.





solar_light13

Liked by NinisaBunga1 and 3399 others

solar_light13 Aku benci diriku hari ini...




***











"ya ya ya! udahan istirahatnya!! - sini kalian anak-anak bebek!"

Halilintar dkk yang tengah bersantai menikmati waktu bersama anggota lain di ruang tamu Gempa langsung bersungut sungut begitu mendengar suara cempreng Gempa menggema di belakang mereka.

"ah elah kak Gem! baru juga pantat nemplok 5 menit lalu!" sungut Theo, yang mau tak mau mengikuti anggota band lainnya yang berwajah malas seperti dirinya berjalan menghampiri Gempa.

"jangan bawel kau burung beo! jadi gini yaa anak anak manis- karena kalian latihan di rumah Gempa, kalian bakal ikutin peraturan Gempa--"

Halilintar dan yang lainnya auto meneguk ludah. Entah kenapa feeling mereka sangat buruk dengan kalimat terakhir yang diucapkan Gempa walaupun belum ada kelanjutannya.

"pertama! kita latihan 8 jem perhari! jam 9 sampai jam 5 sore! dan bisa lebih kalo kalian masih ngawur mainnya!"

Baru saja mendengar peraturan pertama, semua anggota band sudah menghela nafas membayangkan latihan intens yang akan mereka jalani, sama durasinya seperti orang kantoran.

"kedua! gaada yang boleh keluar rumah selama 2 minggu ini! seluruh pintu udah ku kunci jadi jangan harap bisa kabur!"

Peraturan yang kedua ini sejujurnya sudah tidak mengagetkan. Mereka sudah tau Gempa pasti akan membuat peraturan semacam ini, mengetahui sifat Gempa.

"dan yang terakhir..."

Gempa tau-tau saja mengambil sebuah kotak hitam dan menunjukannya di depan semua anggota dengan senyum yang tidak biasa.

"handphone kalian.. aku sita selama dua minggu kedepan" 

"HAAAH???!!!" 

Kali ini, semua anggota band auto berteriak protes begitu Gempa memaparkan peraturan terakhir yang terdengar tak masuk akal itu. Masing-masing langsung menyembunyikan ponsel yang mereka pegang di belakang tubuh mereka. 

"jangan coba-coba umpetin ye! sini sini kumpulin hapenya!" Gempa menyodorkan kotak hitam itu secara paksa pada masing-masing anggota. 

"Gem! apa-apaan-- ngga mau ah!" protes Halilintar tak terima. Padahal ia sendiri bukan tipe orang yang sering menggunakan ponselnya kecuali ada sesuatu yang penting , tapi..

"justru kamu yang paling wajib, pikachu! kalo nggak pasti kerjaan kalian bakalan bucin mulu sama pacar-pacar kalian!" 

"aku harus kabarin Solar!" Halilintar berusaha berdalih. Namun Gempa langsung merebut paksa ponsel Halilintar dan mengangkatnya tinggi-tinggi. 

"kamu bisa kabarin dia dua minggu lagi!" 

Dan ponsel Halilintar langsung dimasukannya ke dalam kotak hitam itu, kemudian tangan Gempa meneladah pada anggota band lainnya. 

"mana punya kalian??" tagihnya.

Theo, Supra dan Glacier mendengus seraya menyerahkan ponsel mereka dengan berat hati. Terutama bagi Glacier yang penggila game,  ketinggalan hape di kelas saat jalan ke kantin aja bikin dia panik setengah mati. Saat ini juga, rasanya roh nya telah hilang separuh.

"eits- tapi aku gak punya pacar kak! jadi aman dong!" Cindy tersenyum penuh kemenangan. 

"gaada gaada! kayak aku gatau aja kamu kerjaannya tiktokan mulu setiap waktu!" 

Cindy melengos dan dengan sangat terpaksa akhirnya menyerahkan ponsel kesayangannya untuk disimpan Gempa. 

Kotak hitam berisi ponsel-ponsel itu lalu disimpan Gempa pada sebuah berangkas di lemari ruang tamu yang langsung dikunci rapat rapat oleh Gempa. Semua anggota hanya bisa pasrah. Dengan keadaannya seperti itu, mustahil mereka bisa diam-diam mengambil ponsel mereka kembali.

"karena udah siang- kita makan siang dulu terus baru lanjut latihan! tadi aku udah pesen makanan delivery" ujar Gempa, berkata dengan tangan di pinggang persis seperti boss, dan hanya disambut dengan lenguhan malas dari para anggota lainnya. 











*** 











Hari demi hari berlalu, tak terasa event 2U akan dilaksanakan 3 hari lagi.

Para club yang berpartisipasi dalam event itu, club sepak bola, club pemandu sorak, dan club musik mendorong latihan mereka lebih keras dari biasanya. Tentu saja, karena masing-masing berharap dapat mencetak kemenangan pada lomba-lomba yang diikuti.

Seperti biasa, Solar sang presiden club kini berdiri dihadapan para anggota yang tengah menari mengikuti irama musik. Ia cukup kagum melihat perkembangan dari para anggota, bahkan Felix yang tadinya sulit mengikuti gerakannya, kini dapat menari tanpa masalah.

Ia senang melihat semangat dan antusiasme dari para anggotanya, hanya saja tubuhnya terasa sangat berat hari ini. Ia sudah sadar sejak ia bangun tidur di pagi hari. Sekujur tubuhnya lemas dan kepalanya sakit. Namun ia memaksakan dirinya untuk bangkit dari kasur mengingat pertandingan yang sudah dekat.

"Satu dua tiga satu dua tiga who are we!! Who are we!!"

Thorn, selaku asisten Solar saat itu sibuk mengarahkan dan memberi aba aba bagi para anggota. Akhir-akhir ini, Solar memberikan Thorn kepercayaan untuk mengatur para anggota karena melihat kemampuan Thorn berbaur dengan para anggota. Sekaligus meringankan beban Solar yang mengurus club seorang diri.

Namun tak dapat dipungkiri, cuaca hari itu benar benar panas dan menyengat. Sudah beberapa hari mereka berlatih di lapangan yang akan dijadikan lokasi lomba untuk beradaptasi dengan lingkungan lomba.

Dibalik wajah ceria dan semangat para anggota, Solar mulai merasakan pusing yang luar biasa. Ia mengerjapkan matanya berkali kali, berusaha memulihkan pandangannya yang kian kabur karena sakit kepala yang menyerangnya.

"Sol.."

"Solar.."

"Oh Jesus, Solar Light!!"

Satu panggilan keras dari Thorn membuatnya sedikit tersadar.

"hey! wajahmu pucet banget sol- kamu yakin baik baik aja??" Thorn bertanya khawatir melihat wajah Solar yang kian memucat nyaris seperti mayat hidup.

"ngg- iya... sepertinya.." Solar menjawab lirih, namun jawaban itu membuat Thorn semakin khawatir. Apalagi ia melihat cara berdiri Solar yang seakan siap oleng kapan saja.

"dengar- kamu duduk aja disana, biar aku yang mengawasi mereka" perintah Thorn, menunjuk kursi panjang yang ada di pinggir lapangan.

Solar menggeleng "tak perlu..aku bisa--"

"bisa membuat anggota-mu khawatir melihatmu seperti ini?? kau mau mereka kehilangan semangat karena khawatir padamu, hah?!" potong Thorn, berkata dengan suara meninggi. Baiklah, Thorn benar-benar terlihat seperti ketua sekarang. Bahkan Solar pun sedikit bergidik melihat Thorn yang nyaris murka.

Mendengus, Solar akhirnya mengangguk lemah. Namun belum sempat ia melangkah, kegelapan tiba tiba menyelimuti pandangannya dan hal terakhir yang ia ingat hanyalah sosok Thorn yang menjerit heboh dan tubuhnya yang kehilangan kekuatannya dan terjatuh ke tanah.










To be continued. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro