#6 Happy Birthday 🔞
Hai XD
Maaf lama ga update- haha
Aku sempet sakit kemarin terus agak stuck juga..
I don't know what's going on tapi kayaknya kok aku skrg agak sulit bikin adegan dewasa ya 🤣
But ya.. I tried my best.
Which means, chapter ini mengandung adegan DE WA SA 😌
Semoga suka!
Happy reading!
.
.
.
.
.
Malam itu, Halilintar baru saja pulang dari acara makan makannya dengan Gempa dan lain lain.
Saat ia membuka pintu, ia dibuat bingung dengan keadaan ruangan yang gelap dan tak ada tanda tanda kehidupan. Solar yang seharusnya sudah ada dirumah pun tidak tampak dimanapun.
Meletakan tas ranselnya di atas meja dengan penuh tanda tanya, pandangannya segera beralih pada sebuah sticky note yang ditempelkan di kulkas.
"temui aku di Rooftop"
Tersenyum, Halilintar pun bergegas keluar dan menuju tempat yang diarahkan kekasihnya.
Setibanya ia di Rooftop, ia sekali lagi dibuat terkejut dengan suasana rooftop yang biasanya gelap dan sepi , kini telah disulap menjadi sebuah tempat penuh lampu-lampu kecil seperti yang digunakan saat natal. Ia seakan tengah berada di dunia dongeng.
Melangkah lebih jauh, netra ruby nya berbinar saat ia melihat dua buah boneka yang tergeletak di sebuah meja kecil. Lantas ia mengambilnya, dan senyumnya semakin melebar begitu melihat masing-masing nama yang terukir pada baju boneka itu.
"Happy birthday to you~ Happy birthday to you~"
Dari belakang , suara nyanyian Solar menggema memasuki pendengaran Halilintar. Halilintar pun berbalik dan bertemu pandang dengan Solar yang berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah kue kecil dengan lilin.
"happy birthday.. happy birthday~ happy birthday.." setelah percobaan ke sekian kali, akhirnya lilin berhasil dinyalakan dan Solar menyodorkannya pada Halilintar "to you~"
Sebelum lilin itu mati karena angin, Halilintar cepat cepat meniupnya. Keduanya saling tertawa dan bertukar pandangan mesra begitu lilin mati.
Mengelus lembut rambut Halilintar, Solar berkata lembut "aku berharap.. Halilintar Thunderstorm selalu dikelilingi oleh kebahagiaan, dan orang orang baik.. dan.. aku berharap, aku dapat bersama denganmu dan mencintaimu selamanya"
Mendengar kata-kata terakhir itu, Halilintar tersenyum lebar dengan kedua pipi yang memerah.
Solar kemudian menunduk, dan menatapi kue yang ada ditangannya dengan miris.
"bagaimana bisa.. kue yang besar itu jadi sekecil ini.." sedihnya.
Halilintar terkekeh "ini sudah lebih dari cukup.."
Menghela panjang , Solar tersenyum tipis "sebenarnya.. aku ingin memberimu sesuatu yang lebih indah.. namun rencana main gitar tempo hari gagal, dan kita berdua disibukan dengan kegiatan lain.. jadi..maaf.."
"bodoh.." tanpa kehilangan senyumnya, Halilintar memainkan boneka di tangannya dengan gembira "kehadiranmu di sisiku saja.. itu udah jadi hadiah yang terindah untukku.. aku bersyukur punya kamu. Terima kasih ya, Solar.."
Solar mendadak salah tingkah, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain karena merasa malu dengan pernyataan Halilintar barusan.
"i-ini aku yang mau ngasih hadiah- tapi malah aku yang dibuat salting sama kamu!" cetusnya. Halilintar tertawa melihat reaksi lucu kekasihnya.
Lalu sedetik kemudian, Solar kembali berbalik dan merentangkan kedua tangannya selebar mungkin.
"Happy birthday, na.." ucapnya.
Halilintar tersenyum lalu mengangguk kecil, kemudian ia berjalan kian mendekat dan masuk kedalam pelukan hangat kekasihnya.
"aku mencintaimu, hari ini, besok, dan selamanya"
***
Kedua insan itu kembali ke kamar mereka dengan hati berbunga bunga. Sepanjang perjalanan mereka diisi dengan canda tawa dan godaan-godaan ringan. Seperti hari-hari mereka biasanya.
Begitu meletakan kedua boneka itu di rak buku, rasanya lucu sekali. Kini mereka memiliki boneka yang menyerupai rupa masing masing.
"Ulang tahunku yang sebelumnya.. aku melaluinya tanpa kamu. Tapi sekarang.. aku punya kamu di sisiku.." senyum Halilintar, menoleh menatap Solar di sampingnya.
"Sudah tidak kesepian lagi.. rasanya hari-hariku terasa jauh lebih indah..jauh lebih berwarna.."
Halilintar meraih tangan Solar dan menggengamnya "aku cinta kamu.."
Detik selanjutnya, kedua lengan Halilintar dikalungkan pada leher Solar saat kedua insan itu mulai menutup jarak satu sama lain.
Membisikan kata kata manis, keduanya semakin gencar melumat bibir satu sama lain. Kedua netra mereka terpejam, masing-masing menikmati cumbuan lembut yang telah menjadi candunya.
Rasanya sudah lama sekali sejak mereka benar benar memiliki momen romantis seperti hari ini. Hal ini membuat hasrat yang telah lama dipendamnya semakin meluap luap.
"Mmng~ haah.."
Halilintar mendesah malu malu saat merasakan Solar mulai mengigit bibirnya, dan langsung memasukan lidahnya begitu menemukan celah pada bibir Halilintar.
Ia menjelajahi rongga mulut kekasihnya, mengabsen deretan giginya, serta bermain dengan lidahnya hingga suara decakan manis menggema disertai saliva keduanya yang menetes.
Desahan Halilintar kian menjadi saat tangan Solar mulai menjalar masuk ke dalam kemejanya. Meraba punggung mulusnya, kemudian menggerayangi dadanya yang cukup terbentuk. Di saat itulah keduanya memutus ciuman mereka, bertukar pandang dengan netra yang sayu dan benang saliva yang menghubungan bibir keduanya.
Tak membuang waktu, Solar menanggalkan kaus putih yang dikenakannya, menampilkan dada dan perutnya yang terbentuk sempurna. Selain itu, ia juga membantu pacarnya menyingkirkan kemeja putih yang melapisi tubuhnya hingga kedua tubuh itu terekspos satu sama lain.
Ini bukan yang pertama kali mereka melakukannya. Namun tak pernah sekalipun Solar tidak tertegun dengan keindahan Halilintar. Kulit yang putih mulus samar-samar berhiaskan beberapa love bite hasil karyanya, tubuh yang langsing dan sedikit terbentuk itu terlihat begitu molek di mata Solar.
"Bolehkah aku.." Solar merangkul pinggang kekasihnya, lalu menciumnya sekilas. Kedua netra silver itu sekali lagi tertegun begitu bertemu dengan netra ruby yang bersinar begitu indah.
Halilintar yang ditatap intens oleh Solar pun mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan pipi yang memerah. Ia malu.. padahal setahun sudah dilalui mereka saling mengagumi keindahan masing-masing.
Melihat reaksi malu malu sang pacar, Solar mengelus sebelah pipi Halilintar. Merengkuhnya dengan erat seolah ia adalah berlian yang paling berharga. Dalam hati, Solar memuji ciptaan Tuhan yang ada di depannya. Halilintar benar benar indah.. begitu indah hingga ia ingin melindunginya untuk waktu yang lama.
"aku milikmu, Solar.."
Satu bisikan lirih dari sang kekasih men-trigger nafsu yang selama ini terpendam dalam diri Solar. Ia lantas mengangkat tubuh Halilintar dan membawanya menuju kasur. Ketika sampai, tubuh itu langsung dijatuhkan ke kasur dan Solar mengungkung tubuh mungil yang terlihat begitu seksi di matanya.
Tangan Solar mulai menggerayangi dada mulus itu, dan dihadiahi desahan lembut begitu jari-jari Solar bersentuhan dengan dua tonjolan pink di dadanya, memberinya rangsangan nikmat seperti kejutan listrik.
Melihat reaksi Halilintar yang gemetaran menahan nikmat membuat Solar menyeringai. Ia mendekatkan belahan bibirnya pada salah satu tonjolan itu, kemudian mengulum, mengisap, dan sesekali ia mengigit puting Halilintar yang membulat.
"suara nyanyian mu memang indah.." Solar berkata sembari berpindah pada puting Halilintar yang satunya lalu tanpa aba aba ia mengigit gigit kecil tonjolan itu hingga Halilintar kembali mendesah nikmat.
"tapi suara desahanmu itu, jauh lebih indah..sayang"
Lidah Solar terjulur, menjilat turun hingga ke perut mulus Halilintar. Selain itu, tangan Solar juga menarik turun celana Halilintar dengan terburu buru dan setelah itu ia melemparkannya ke sembarang tempat.
"ahhn- s-solar..haa.."
Desahan Halilintar mulai tak terkontrol terlebih saat Solar mulai menjelajahi paha hingga ke selangkangan Halilintar. Halilintar meremas rambut Solar sebagai pelampiasan dari sensasi nikmat yang diberikan sang pacar, sesekali ia meringis begitu jari-jari panjang Solar mencolek colek kejantanannya yang masih terbalut celana dalam.
"s-solar.. lepasin celanaku.." lirihnya.
Solar terkekeh "adikmu minta dimanja ya, sayang? aduh kasian.."
Solar yang dasarnya usil pun dengan sengaja menyentuhkan tangannya pada kejantanan Halilintar yang sudah mendesak untuk dilepaskan dari sangkar. Ia tersengih saat Halilintar sekali lagi menggeram padanya. Karena sayang dan nggak tega melihat kekasihnya itu menderita, akhirnya Solar pun menuruti kekasihnya dan menarik turun celananya itu.
Kejantanan Halilintar langsung mengacung tegak dengan precum yang mulai membasahi ujungnya. Ia benar benar terhibur bagaimana kekasihnya itu cukup mudah untuk dirangsang hanya dengan afeksi-afeksi kecil yang ia berikan. Halilintar memang benar benar imut.
"s-sudahlah.. berhenti menggodaku.." pinta Halilintar dengan wajah memelas. Netra ruby yang cantik itu berkaca kaca dan menghidangkan pemandangan yang indah bagi kekasihnya.
"lalu- apa yang kau inginkan sayang.. beritahu aku"
Solar menyeringai jahil lalu kembali mengelus elus rambut Halilintar yang sudah basah karena keringat. Ia memekik kecil dan mencium Halilintar sekilas saat kekasihnya itu lagi lagi menatapnya dengan netra yang membulat seperti anak anjing.
Halilintar memajukan bibirnya, lalu menarik kecil celana jeans Solar yang masih terkancing rapat. Solar terkekeh melihatnya, ia lalu turun dari tempat tidur dan bergegas membuka celana jeans beserta dalamannya hingga terpampang jelas kejantanan Solar yang telah tegang.
Memandangi batang kejantanan itu, Halilintar tersenyum tipis. Ini bukan pertama kalinya ia melihat milik kekasihnya itu, tapi entah kenapa rasanya selalu gugup saat membayangkan milik Solar yang panjang dan besar itu menembus lubangnya.
"liatin apa, hm?"
Halilintar tersentak karena ketahuan memelototi milik Solar tanpa berkedip. Atas nalurinya, Halilintar pun mulai merangkak mendekati Solar kemudian ia sempat melirik Solar sebelum menggengam kejantanan Solar dan menggerakan tangannya naik turun.
"sshh hnn- t-terus sayang.."
Senyum di wajah Halilintar mengembang saat mendengar desahan Solar yang berarti kekasihnya itu menikmati tindakannya. Ia semakin gencar mengocok kejantanan Solar, jari-jarinya dengan lembut memijat benda itu dan dapat ia rasakan benda itu semakin licin karena lendir pre-cum yang mulai membasahi tangannya.
"c-cukup sayang.."
Solar menyudahi kocokan tangan Halilintar sebelum ia mencapai klimaksnya. Halilintar pun memiringkan kepalanya, bingung. Namun sedetik kemudian, tangannya ditarik dan Solar mendekatkan kejantanannya itu pada wajah Halilintar.
"kamu tau apa yang harus kamu lakukan, kan?"
Halilintar mengerjapkan matanya kemudian mendongak dan menatap Solar dengan tatapan polos. Ia mengangguk semangat lalu mulai mendekatkan mulutnya dan menjilat kepala kejantanan Solar.
Bagaikan ada dua Halilintar, Halilintar sebagai senior dan Halilintar saat berhubungan seks bagaikan dua orang yang berbeda. Jika Senior Halilintar adalah orang yang cool dan galak, Halilintar saat di kasur adalah orang yang sebaliknya.
Tanpa ragu, Halilintar memasukan seluruh kejantanan Solar kedalam mulutnya hingga ia merasa sangat penuh. Lidahnya bermain di sekitar benda panjang berurat itu sembari ia mengulum kejantanan Solar layaknya permen.
"ummhh- begitu.. t-terus..sayang.."
Mencengkram rambut Halilintar dan menggerakan kepala Halilintar semakin cepat, Halilintar mendongak ngelihat ekspresi Solar yang menggeram nikmat. Melihat itu membuat Halilintar semakin semangat untuk membuat kekasihnya segera klimaks.
Tangan Solar menekan bagian belakang kepala Halilintar agar kejantanannya masuk semakin dalam ke liang hangat itu. Kepala kejantanan Solar pun semakin liar menyodok tenggorokan Halilintar hingga pacarnya nyaris tersedak dibuatnya. Gerakannya semakin brutal begitu merasakan kejantanannya mulai membesar di dalam mulut Halilintar tanda pelepasannya sudah dekat.
"H-hali.. ahhhh!"
Mendesahkan nama Halilintar, Solar menekan kejantanannya sedalam dalamnya sembari menumpahkan seluruh isi cairannya di dalam mulut Halilintar. Saking banyaknya hingga meluber keluar dari rongga mungil itu dan membuat Halilintar nyaris muntah karenanya.
Mencengkram lembut rahang Halilintar, Halilintar tau apa yang harus ia perbuat. Ia menahan nafasnya dan mau tak mau menelan seluruh cairan di mulutnya, setelah itu ia menjulurkan lidahnya pada Solar dan menunjukan bahwa ia telah menelan semuanya.
"bagus sayang.." Solar tersenyum puas seraya mengelus elus rambut Halilintar.
Solar lalu memegang kedua bahu Halilintar dan mendorongnya agar terlentang di kasur, tapi tiba-tiba Halilintar malah membalik posisi mereka sehingga Solar yang berbaring di bawahnya. Ia menjilat bibirnya sensual, menatap lapar sosok pemuda di bawahnya.
Ia lalu merunduk dan menciumi rahang serta leher jenjang Solar, tak lupa ia membuat beberapa tanda kepemilikan pada leher kekasihnya itu. Solar yang tengah digoda itu pun tentunya tak tinggal diam. Tangan besarnya turut meraba raba bokong Halilintar, sesekali ia menggoda lubang bokongnya yang sudah basah dan berkedut kedut.
Ternyata gledek merah miliknya ini begitu nakal, seringainya melebar saat liang Halilintar dengan mudah menelan bulat bulat tiga jarinya. Memaju mundurkannya dengan tempo lambat, Halilintar mulai mendesah kenikmatan. Desahan Halilintar terdengar seperti lagu di telinga Solar, ia pun semakin gencar menggerakan jari-jarinya untuk mempersiapkan liang Halilintar.
Solar terkekeh melihat bagaimana kejantanan Halilintar yang tak terlalu besar itu bergoyang seakan siap untuk keluar. Sebelah tangannya yang menganggur pun ia lingkarkan pada kejantanan Halilintar dan meremas batang itu untuk mencegah kekasihnya mencapai klimaks.
"s-sol?!" Halilintar memekik "n-noo.. biarkan aku.. nghh!"
Ia mendesah lagi ketika jari-jari panjang Solar menyentuh sweet spot nya, rasanya seperti terbang ke langit ke tujuh. Ia merasakan nikmat luar biasa namun di sisi lain ia merasa sesak karena genggaman Solar mencegahnya untuk klimaks.
Wajah Halilintar memerah padam, ekspresinya yang tengah menahan malu dan nikmat itu membuat nafsu Solar semakin membara. Sembari menggerakan jarinya dalam tempo cepat, Solar kembali menarik tengkuk Halilintar untuk bergulat dalam ciuman kasar.
Setelah ciuman mereka terlepas, Solar mengeluarkan jarinya yang basah itu dari liang Halilintar. Kemudian ia tersenyum pada Halilintar, mengelus lembut wajah imut yang memerah itu.
"how about you take it over tonight..? Uke on top?"
Mendengar Solar mengatakan itu, Halilintar mengangguk semangat. Ia buru buru memposisikan lubang bokongnya pada kejantanan Solar dan meneguk ludahnya sebelum ia memutuskan untuk merendahkan tubuhnya.
"ahhhh!"
Halilintar mendesah kencang saat kepala kejantanan Solar mulai masuk dan merenggangkan lubangnya itu. Mencengkram lengan Solar, menarik nafas berkali kali untuk melemaskan otot ototnya agar menyesuaikan dengan ukuran kekasihnya.
Solar menggeram rendah saat merasakan kejantanannya yang perlahan mulai masuk sepenuhnya ke dalam liang hangat kekasihnya. Posisi mereka membuat kepala kejantanan Solar dengan mudahnya menubruk sweet spot Halilintar dan membuatnya membelalak.
"haah.. a-aku..sangat menyukai..milikmu, Solar.." ucap Halilintar ditengah desahannya. Wajahnya yang merona menahan nikmat itu benar benar cantik, membuat Solar tak tahan untuk tidak tersenyum.
Bertumpu pada perut Solar, Halilintar mulai menaik turunkan tubuhnya. Lubang Halilintar yang kian menyempit dan memijat kejantanannya itu membuat Solar mendesah nikmat. Desahan kedua insan itu bersahut sahutan, memenuhi ruangan itu dengan suara manis dari persatuan mereka.
Kepala Halilintar mendongak, netra ruby itu berotasi dan lidahnya terjulur saking nikmatnya sodokan Solar di liangnya. Milik Solar yang besar itu tak pernah gagal memberinya gelombang kenikmatan yang membara, terlihat dari bagaimana kejantanan Halilintar yang terus meronta dari genggaman Solar dan terus meneteskan lendir pre-cum.
Merasa bahwa permainan kekasihnya itu terlalu lambat, Solar segera membalik posisi keduanya. Kedua kaki Halilintar diletakan di atas bahunya kemudian ia mulai menghajar lubang Halilintar.
Suara kulit yang beradu dan desahan nikmat keduanya memenuhi seisi kamar. Gerakan Solar benar benar tak main main, nafsu sudah menguasai dirinya. Kian cepat dan brutal, Solar tak memberi ampun sedikitpun pada Halilintar.
Kini Solar kembali menukar posisi mereka. Tubuh Halilintar diangkat dan Solar pun berdiri sambil menggendong Halilintar seperti koala. Ia menghentak hentakan pinggulnya ke atas. Dengan posisi itu, kejantanan Solar masuk lebih dalam dan menumbuk sweet spot Halilintar tanpa henti.
Kedua lengan Halilintar dikalungkan di leher Solar, kemudian ia menunduk dan mencium bibir Solar. Ciuman kasar dan basah ditengah persetubuhan mereka yang menambah gairah dan rangsangan keduanya.
"unnghh ahh- s-solarr.."
Desahan Halilintar kian menjadi saat merasakan pelepasannya yang hampir sampai untuk kesekian kalinya. Airmata mengalir deras dari netra ruby nya, ia memekik begitu kepala kejantanan Solar menumbuk sweet spotnya dan membuatnya keluar di tempat.
Ia menjerit saat pelepasannya, cairannya membasahi perut Solar. Namun Solar masih belum juga mencapai klimaksnya, padahal Halilintar sendiri sudah dua kali orgasme.
Belum puas, Solar kembali menjatuhkan tubuh Halilintar ke kasur. Menatapi tubuh mulus Halilintar bak singa kelaparan, ia kembali mengungkung tubuh mungil itu.
"nungging, sayang.." ia berbisik rendah.
Halilintar tanpa pikir panjang membalik tubuhnya yang sudah kelelahan, menukar posisinya menjadi menungging dan menahan tubuhnya dengan tangan dan kakinya.
Ia meringis saat merasakan kepala kejantanan Solar kembali membelah lubang bokongnya. Gerakan Solar kali ini jauh lebih cepat dan brutal, ia betul-betul tak memberi jeda sekalipun untuk Halilintar bernafas. Saking kasarnya sodokan Solar hingga tubuh Halilintar terdorong ke depan, saliva nya pun membasahi bantal didepannya dan lidahnya terjulur seperti anjing kepanasan.
"siapa sangka, Halilintar si senior galak.. begitu seksi saat berhubungan seks.." Solar berbisik rendah di telinga Halilintar, sesekali ia menjilat cuping telinga Halilintar yang memerah sambil terus mendorong dorong kejantanannya itu agar tertanam semakin dalam pada liang Halilintar.
Mulai merasakan ukuran kejantanannya membesar, Solar menggeram saat ia ngerasa pelepasannya hampir sampai. Semakin kasar dan cepat ia menggerakan miliknya kemudian menanamkan miliknya sedalam mungkin.
Keduanya mendesah nikmat begitu cairan Solar akhirnya keluar di dalam liang Halilintar hingga membuat lubang Halilintar terasa hangat dan penuh, bersamaan dengan itu Halilintar pun mencapai puncak orgasme nya untuk yang kesekian kalinya.
Mengeluarkan kejantananya, Solar tersenyum melihat lubang bokong Halilintar yang memerah dan berkedut. Sisa cairannya pun merembes keluar dari sana. Pemandangan itu kembali membuat Solar bergairah dan ingin rasanya ia menyodok Halilintar sekali lagi.
Namun melihat Halilintar yang kelelahan membuatnya mengurungkan niatnya. Tersenyum, ia pun mengelus elus rambut Halilintar.
"I hope that you're having the best birthday today..babe" ia berbisik lembut di telinga Halilintar, kemudian menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya.
Menatap Solar sayu, Halilintar pun tersenyum lebar.
"The best birthday ever" ucapnya sembari memeluk Solar sekali lagi dan memberinya kecupan kecil pada bibirnya.
"Oh..jangan membuatku bangun lagi, sayang.. kau mau tanggung jawab, hm?"
Halilintar menyeringai nakal, lalu ia menyenderkan kepalanya pada dada Solar.
"I'm yours.. Solar"
"-and always be"
To be continued.
OMG agak cringe ya xD anyway- see you on the next chap!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro