#2 Cemburu
Halo! Selamat malam rabu!
Welcome to new chapter!
Karena per chapter nya aku tulis agak panjang.. Jadi aku bakal upload 2-3 hari sekali ya ^^
Happy reading!
.
.
.
.
.
Suasana di club musik pagi itu terlihat ramai.
Thorn, Gempa, dan anggota club musik lainnya yang membantu dalam pembuatan video telah berkumpul di sana untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Gempa tengah mempersiapkan pencahayaan dan mengatur arah kamera agar menghadap tepat pada tempat duduk yang telah disiapkan. Sedangkan Thorn tengah memeriksa script yang ada di tangannya.
Setelah beberapa lama, wajah Thorn langsung berbinar saat Solar dan Halilintar memasuki ruangan.
"akhirnya kalian datang juga!" pekik Thorn gembira.
"humm– yo..semuanya" Halilintar mengedarkan pandangannya kesana kemari dan menyapa para anggota club musik.
Sebagai seorang ketua, harus menjaga citra yang baik kan?
"ayo duduk duduk!"
Thorn mengarahkan mereka untuk duduk di tempat duduk yang telah disediakan, sedangkan Gempa mulai menggeser geser arah kameranya untuk mendapatkan angle terbaik dari pasangan itu.
"Hali! ke kiri sedikit– oke sempurna!"
Solar dan Halilintar hanya bertatap-tatapan bingung. Sejujurnya mereka masih asing dengan suasana dan kamera yang menyorot.
"eh iya, Hali.. ambil gitar yang disana"
Gempa menunjuk pada gitar yang berdiri tak jauh dari sana.
"lah?"
"udah ambil aja"
Didesak Gempa, Halilintar pun mengambil gitar itu dengan perasaan bingung. Sebuah papan kertas diletakan di depan Solar dan Halilintar dan membuat mereka semakin heran karenanya.
"script buat kalian berdua"
Solar mengambil papan itu lalu mengamatinya dengan seksama, alisnya mengernyit "apaan nih?"
"Live streaming. Ajak orang orang join club kalian" jawab Gempa.
Solar geleng geleng kepala tak percaya, ia meletakan papan itu di meja semula.
"buat apaan? gak perlu deh sampe kayak gini kak.."
"oi~ ini kan era baru. Semua orang main sosial media! kita harus manfaatin ini!" ujar Thorn semangat.
"terutama kau, Hali.. muka jangan datar mulu! tunjukan ketampananmu dengan senyum yang banyak!" imbuh Gempa.
"orang orang mulai muncul!! haruskah kita mulai sekarang??"
"oh–oke oke! inget Hali! senyum!"
"haah??? t-tapi aku–"
"mulai!"
Halilintar dan Solar semakin dibuat kikuk dengan Gempa yang tau-tau saja sudah menyalakan kamera dan merekam pasangan itu. Apalagi ini adalah live streaming dimana orang-orang bisa melihat langsung wajah bingung dari Solar dan Halilintar.
"ayo ngomong!!" Thorn dan Gempa di belakang layar berbisik heboh , mengisyaratkan pasangan itu untuk berbicara.
Pasangan yang masih kebingungan itu hanya menatap bolak balik pada Thorn dan Gempa yang terus mendesak.
"n-ngomong apa?" Halilintar berbisik bingung.
"apa aja!" balas Thorn.
"apa aja!"
Halilintar mengulang ucapan Thorn dan membuat Solar serta pasangan komedi di belakang kamera hampir menyembur tawa.
"S-solar! ngomong sesuatu plis!" bisik Thorn memohon.
"ah-oh.. halo semua! Aku Solar Light, your chic boy. Aku asisten presiden club musik. Dan ini Halilintar, presiden dari club musik.." ujar Solar berusaha berucap se-ceria mungkin sambil sesekali melirik Halilintar yang hanya diam bergeming memperhatikannya.
"hari ini– kami mau ajak kalian semua buat join club musik dan club pemandu sorak kami.." lanjutnya.
"oii~~ liat itu komen-komennya! katanya kak Solar buat pose imut dong" Thorn membacakan salah satu komentar yang masuk.
Thorn mengedipkan sebelah matanya pada Solar, dan Solar yang seakan mengerti pun langsung membuat mini heart dengan kedua tangannya kemudian mengarahkannya ke kamera.
"Mereka sangat menyukainya!" Thorn memekik pelan melihat bagaimana respon penonton yang sangat menyukai tindakan Solar barusan.
Mendengar itu, Solar pun semakin bersemangat melakukan pose-pose manis dan mengajak orang untuk mengikuti club pemandu sorak.
Sedangkan Halilintar yang melihatnya pun semakin menjadi geram karena Solar seakan tengah menggoda para penonton yang menonton live mereka.
"lihat ini! Kak Solar sangat menggemaskan- katanya!"
"Kalian berdua terlihat tampan!"
"Kak Solar~ aku boleh jadi fans mu nggak?"
Solar hanya tertawa mendengar bagaimana Thorn membacakan komentar itu , ia lalu kembali membuat pose hati dengan tangannya.
"Tentu boleh! Semua boleh jadi fans nya Solar Light!" ujarnya gembira.
"Jangan lupa untuk mendaftar di club musik dan club pemandu sorak!"
Oke- sudah cukup!
Jreng!
Perhatian mereka langsung teralihkan saat Halilintar tiba tiba menggenjreng gitarnya cukup keras.
"Kak Hali? Apa yang kau-"
"Hai semuanya! Disini Halilintar- ketua club musik kesayangan kita semua!"
Thorn dan Gempa langsung sumringah melihat Halilintar yang tiba-tiba saja berubah sikap. Sedangkan Solar malah bingung setengah mati dibuatnya.
Melihat Solar yang kebingungan, Halilintar malah menyeringai jahil.
"Aku mungkin ga banyak senyum, tapi.." Halilintar melirik Solar, lalu kembali menatap kamera "aku bisa main gitar"
Gempa mengangguk angguk dari balik kamera lalu mencontohkan sebuah mini heart pada Halilintar yang detik itu juga langsung ditiru olehnya.
Melihat itu, Solar nyaris melotot tak terima bahwa pacarnya itu memberi mini heart pada orang lain. Padahal baru semenit lalu ia juga melakukan hal yang sama.
"lihat ada yang komen! Kak Halilintar- mainkan lagu romantis untuk para penggemarmu dong!"
Thorn membaca salah satu komentar yang lewat.
Halilintar menaikan sebelah alisnya lalu tersenyum nakal "tentu saja"
Dan mulai menggenjreng gitarnya, lalu memainkan sebuah lagu romantis tentang seseorang yang akan menyatakan cintanya.
Solar berusaha menghentikan pacarnya dengan mendorongnya sedikit ke tepi dan menunjukan pose-pose lucu lagi. Namun tentu saja, Halilintar mendorongnya balik dan terus memainkan lagu tanpa mempedulikan Solar.
Setelah lagu selesai pun, Halilintar kembali membuat mini heart dan bahkan mengecupnya untuk ditunjukan pada para penggemar.
Terlihat jelas bahwa ekspresi Solar sudah berubah antara sebal dan cemburu. Ia kesal karena Halilintar bukan hanya merebut semua perhatian, namun juga melakukan itu seakan memanas-manasinya untuk membuatnya cemburu.
Gempa dan Thorn di belakang layar hanya tersenyum senyum dan malah bangga dengan Halilintar yang berbeda dari biasanya. Mereka sadar bahwa Solar cemburu, namun sikap Halilintar itu sangat menggemaskan.
'awas aja kau kak Hali.. kau gak akan selamet sampai rumah nanti..' Solar membatin sebal.
***
Di tempat lain, Voltra baru saja pulang dari meeting client yang dihadirinya.
Ia mendengus sebal, client nya kali ini benar benar menyebalkan dan membuatnya harus betul-betul bersabar. Untung saja negosiasinya berjalan lancar dan proyek yang ia kerjakan akhirnya dapat terselesaikan.
Karena itu, ia membeli berbagai macam makanan kesukaannya sebelum pulang. Wajah lelahnya langsung berbinar binar saat menyadari sepasang sepatu biru telah bertengger rapi di teras. Ia langsung masuk dan memekik girang melihat sosok Taufan yang tengah mengerjakan tugas di laptopnya.
"sayangkuuu!"
Taufan tersentak begitu Voltra tiba-tiba memeluknya dari belakang. Namun sesaat kemudian ia menoleh kepada pria bermata ruby itu dan Voltra langsung memberinya sebuah kecupan lembut di pipinya.
"kamu kangenn nggak?? aku kangen nih- capekku langsung hilang deh" kekeh Voltra sembari memeluk Taufan semakin erat.
Taufan hanya merotasikan bola matanya sambil tersenyum "iyaa kangen" ujarnya. Ia lalu bangkit dari duduknya dan menunjukan setumpuk kertas ditangannya.
"aku heran deh, kapan kakak mau berhenti naroh kertas-kertas terpakai ini di printer, hah?? Untung aja aku liat duluan! kalo aku ngumpulin tugas pake kertas-kertas ini, yang ada aku diomelin dosen!" kesalnya.
Voltra memasang wajah cemberut lalu duduk di sofa usai meletakan berbungkus bungkus makanan yang ia bawa "maap..kupikir kita bisa pake sisi sebaliknya" ia berucap manja.
"tapi liat! aku beliin makanan favorit kita loh pan! nihh~" Voltra mulai mengeluarkan satu per satu box makanan yang ia beli di atas meja "kita pesta malem ini- ehh??"
Matanya mengedip berkali kali menyadari Taufan yang kini menatapnya tajam.
"kakak tau kan aku lagi diet?"
Voltra langsung menghentikan tindakannya, kemudian wajahnya perlahan lahan berputar dan tersenyum canggung.
"ohh- y-yaudah kalo gitu biar aku aja yang makan semua-nyaa!" wajahnya langsung memelas begitu Taufan tiba-tiba mengambil makanan yang dipegangnya, dan semua yang ada di meja.
"gak boleh! karena aku lagi diet, kakak juga harus diet!" ujar Taufan santai sembari membereskan kotak-kotak makanan yang ada di meja.
"hah?? t-tapi!"
"ga ada tapi tapi! pokoknya kita berdua diet!"
Setelah membereskan kotak-kotak itu, Taufan pun membawa makanan itu ke tempat lain dan meninggalkan Voltra yang hanya bisa cemberut mengutuki kekasihnya itu karena
"cih- aku tiap hari main tiktok! ga mungkin gendut!" kesal Voltra dalam hati.
***
Halilintar dan Solar kini telah selesai dengan kegiatan club masing masing dan berjalan bersama ke tempat parkir.
Sepanjang perjalanan, Halilintar terus menerus melihat ponselnya dan menonton sesuatu. Yang mana itu merupakan hal yang tidak biasa karena Halilintar biasanya jarang menyentuh ponselnya kecuali ada sesuatu yang penting.
Solar yang penasaran pun berusaha mengintip apa yang sebenarnya dilihat oleh pacarnya itu.
"Kamu nonton apa?" tanyanya.
Halilintar hanya melirik Solar sinis "nonton presiden club pemandu sorak melayani fans-fans nya"
"Hahaha! Cemburu?" kekeh Solar.
"Siapa yang?!" Halilintar menyahut cepat.
Ia lalu menggeleng dan berjalan sedikit lebih cepat mendahului Solar.
Solar tertawa kemudian menyusul langkah Halilintar dan merangkulnya.
"Kamu sendiri? Lagu romantis seperti itu, kamu malah memainkannya untuk fans mu. Memangnya aku ada ngomong apa apa?"
Halilintar mendesah kasar "aku hanya melakukan apa yang disuruh Gempa.."
Solar mengangkat bahu "aku juga hanya melakukan apa yang disuruh Thorn. Kita impas kan?"
"Terus liat! Kamu ngasih mereka mini heart mini heart! Gak sekalian kasih jumbo heart aja??" sebal Halilintar.
"Lah? Lalu memangnya kamu nggak?" Solar terkekeh "ngaku aja, kamu cemburu kan?"
"Nggak!"
"Haha! Suara meninggi!"
"Nggak cemburu!"
"bohong- tuh teriak kan?"
"Nggak dih!"
Solar berhenti berjalan , lalu tertawa melihat wajah Halilintar yang bersemu merah.
Keduanya pun bertemu pandang. Solar kemudian menepuk lembut kepala sang kekasih.
"Kamu cemburu hanya karena mini heart.. imut sekali.." senyumnya.
Halilintar menghela nafas, kegelisahan nampak jelas tergambar di wajahnya.
"Denger nih kak.." Solar membalik tubuh Halilintar hingga keduanya saling berhadapan.
"Untuk orang lain, mereka harus memaksaku untuk melakukannya.. Tapi kalau untukmu, aku melakukannya tanpa harus disuruh..karena aku melakukannya dengan hatiku"
Halilintar tertegun melihat bagaimana Solar dengan gentle-nya mengatakan itu hingga keduanya hanyut dalam sebuah tatapan intens. Ditambah Solar yang mengusap kepala Halilintar, menambah suasana romantis diantara pasangan itu.
Hingga mereka tersadar dan Halilintar buru-buru menepis tangan Solar.
"Cheesy" ejeknya. Namun ia diam-diam menyukainya.
Solar tertawa ringan, kemudian mengulurkan tangannya agar Halilintar bisa memegangnya.
"Malem ini aku mau makan Kari dan ayam panggang buatanmu~" Solar berucap manja.
"Hmp- masak aja sendiri" balas Halilintar.
"Ngga ada yang memasaknya seenak kamu loh, sayang" Solar dengan gemas mencubit pipi Halilintar.
"Ish- cheesy!"
"kamu terlalu gemesin sih!"
"Apanya?!"
Dengan wajah tersipu, Halilintar menoleh ke arah lain. Keduanya pun berjalan pulang bersama sama menuju sarang cinta mereka yang memang tidak terlalu jauh dari Universitas.
***
Malamnya, Solar baru saja selesai mandi setelah makan malam. Masih menyeka rambutnya yang basah dengan handuk, ia melihat pacarnya masih duduk di kasur dan memainkan handphonenya.
Aneh sekali.
Sejak tadi sore, ia tak berhenti memainkan ponselnya dan memutar live yang mereka lakukan tadi siang.
Padahal jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Biasanya Halilintar memiliki jam tidur yang teratur yaitu 8-9 jam per hari.
"Udah malem loh" Solar berkomentar "hari ini capek banget kan? kok belum tidur sih?"
Halilintar hanya membalasnya dengan gumaman kecil.
"Kamu liat apa sih? Dari tadi sore asik banget kayaknya.." tanya Solar sembari mendudukan dirinya di sebelah Halilintar.
"Aku lagi bacain komentar di live kita tadi..hehe" ujarnya "banyak yang berminat mau masuk ke club kita loh"
Halilintar menunjukan layar ponselnya, wajahnya berseri seri.
"Lebih tepatnya club mu sih, banyak yang mau jadi anggota club pemandu sorak" sambungnya.
"Bagus dong~ dan kamu bisa jadi sekretaris yang baik dengan membantuku mengurus mereka" Solar tersenyum tulus kemudian menarik Halilintar mendekat padanya.
Halilintar tersenyum simpul masih dengan mata yang tertuju pada layar ponselnya.
Awalnya, ia baik baik saja. Namun ekspresi wajahnya mulai berubah perlahan lahan saat ia membaca komentar lebih jauh.
'Lihat deh, bukannya itu Halilintar si ketua himpunan sombong itu?'
'Dia anggota club pemandu sorak?'
'Kudengar dia presiden club musik. Bagaimana ia bisa jadi sekretaris di club pemandu sorak?'
'Presiden pemandu sorak kan si pangeran kampus'
'Ohh koneksi ternyata'
'Kudengar, dia bahkan gak bisa menari. Hanya modal wajah aja'
'Kan si pangeran kampus itu pacarnya, udah gak heran lah'
'biasa duduk main gitar kayak kakek-kakek mau sok-sok menari'
'Pangeran kampus harusnya cocoknya sama cewek cantik'
Hal itu tentu saja disadari oleh Solar yang langsung berinisiatif mengambil ponsel itu dari tangan kekasihnya.
"Udah, gak usah dibaca komentar kayak gitu.. komentar-komentar sampah"
Solar menarik sang kekasih mendekat padanya lalu menyenderkan kepala Halilintar di pundaknya.
"Kamu tau, aku nggak peduli sama apa yang orang-orang bilang tentang kamu. Yang penting aku sayangnya cuma sama kamu aja" ucapnya, kemudian mengecup pucuk kepala Halilintar.
"Udah, tidur yuk"
"Yah udah... Kamu tidur, aku mau denger lagu.."
Solar menepis lembut tangan Halilintar yang hendak meraih kembali ponselnya.
"Nggak boleh! aku ga akan biarin kamu sedih lagi gara gara itu" ia lalu menyembunyikan ponsel itu di laci mejanya.
"Tidur..atau kamu mau kubuat cape dulu?" goda Solar seraya menaik turunkan alisnya.
Halilintar merotasikan bola matanya "kamu sering bilang gitu, tapi aku nggak cape tuh" ujarnya.
Solar menaikan sebelah alisnya "oh ya? Kamu nantangin aku, hm?"
"Biar ku bikin kamu cape sampe gabisa jalan besok!"
"Hahahaha!! Iya iya aku tidur!!"
Halilintar tergelak begitu Solar tiba-tiba menyerangnya, ia cepat-cepat mendorong Solar dan masuk kedalam selimutnya sendiri.
Solar terkekeh kemudian mengintip Halilintar yang tengah menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Sadar bahwa pacarnya masih mencuri pandang dengannya, Solar menyerangnya sekali lagi.
"Belum tidur hm??"
"Iya iyaa aku tidur nihh hehe!"
Halilintar tertawa kecil begitu Solar mengecup lama pucuk kepalanya. Alias good night kiss.
Setelah itu, Solar pun mematikan lampu di sebelah kasur mereka dan ikut masuk ke dalam selimut. Ia memeluk tubuh Halilintar dari belakang.
"Sol.."
"Hm?"
Halilintar menyentuh tangan Solar yang ada di pinggangnya, mengelus lembut punggung tangan Solar yang lebih besar darinya itu.
"aku juga sayang kamu.." ucapnya, malu malu.
Mendengar itu, Solar tersenyum lebar. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh sang kekasih, menyenderkan kepalanya pada punggung Halilintar.
"Jangan menggodaku.. besok ada kelas pagi.." senyumnya.
Halilintar terkekeh kemudian menutup matanya dan keduanya pun tertidur lelap malam itu.
***
Siang itu, Halilintar tengah duduk sendirian di ruang musik.
Kebetulan hari ini jadwal bagi band nya untuk latihan. Tidak lama lagi, akan ada sebuah event besar yang diadakan di Universitas. Event itu adalah perlombaan seni yang diikuti oleh semua club yang bergerak di bidang seni.
Club melukis membuat pameran, Club musik membuat sebuah konser, dan Club pemandu sorak juga akan berkompetisi dengan universitas lain untuk meraih gelar 'The best Cheerleader of the year' .
Menunggu anggota band lainnya yang masih ada kelas, Halilintar memutuskan untuk melihat ponselnya sebagai pengisi waktu.
Lagi-lagi, berbagai komentar membanjiri forum mahasiswa dimana live mereka tempo hari juga di share di forum itu.
Hampir semuanya komentar tidak menyenangkan yang ditujukan untuk dirinya.
Ia hanya bisa menghela nafas. Ia tau, sejak Solar memenangkan gelar sebagai pangeran kampus, popularitasnya benar benar melonjak drastis. Bahkan banyak mahasiswi dari Universitas lain yang turut mengincar pemuda itu.
Walaupun Solar selalu berkata bahwa ia tidak peduli tentang semua itu, dan ia hanya mencintai Halilintar. Tetap saja Halilintar merasa cemas.
Bukannya takut Solar akan direbut orang lain, melainkan komentar jahat yang seringkali menyerangnya membuatnya mempertanyakan apakah hubungannya dengan Solar benar benar akan bertahan.
Tentu saja, ia juga mencintai Solar. Namun ia cemas bahwa lama kelamaan Solar juga akan menjadi korban dari komentar jahat itu. Karena ia tau seberapa besarnya reputasi Solar di Universitas ini.
Saking larutnya Halilintar dalam lamunannya itu, ia tak menyadari bahwa Gempa dan Thorn telah memasuki ruangan.
Gempa yang melihat sahabatnya itu melamun sembari memegang ponselnya pun menggeleng. Ia kemudian mendekati Halilintar dan mengambil ponselnya.
Halilintar menoleh.
"Udah- jangan dibaca lagi komentar komentar kayak gitu" ujar Gempa, mendudukan dirinya di sebelah Halilintar.
Halilintar menghela nafas.
"Aku cuma ga ngerti, kenapa orang bisa dengan mudahnya mengkritik orang lain ya.." desahnya.
"Yah- makanya udah kubilang gak usah dipeduliin. Mereka cuma orang-orang gabut yang hobinya ngurusin hidup orang aja" balas Gempa.
"Mungkin karena itu orang sering bilang kalo pasangan harusnya nggak kerja bareng bareng ya.." Thorn menimpali.
Halilintar mengernyit "maksudnya?"
"Yaa..kakak sama Solar. Kan kak Hali presiden club musik, tapi kenapa tiba tiba bisa jadi sekretarisnya Solar?" tanya Thorn bingung.
Halilintar terdiam. Ia sendiri tak tau kenapa ia menyetujui untuk menjadi sekretaris di club pemandu sorak, padahal ia sama sekali tak bisa menari. Satu satunya alasan ya karena..
"Kalo aku jadi kakak, aku mendingan keluar deh..duh!"
Thorn meringis begitu Gempa menjitak kepalanya.
"Kamu nyuruh dia putus sama Solar atau gimana dah??"
"Ih! Bukan putus! Maksudnya berhenti jadi sekretarisnya! Lagian kan kak Hali udah punya club sendiri" sahut Thorn.
Gempa hanya mengangguk angguk, sedangkan Halilintar malah berwajah datar.
Sial..untuk yang kesekian kalinya, Halilintar jadi mempertanyakan pilihannya itu.
"Tapi yaa, sebenarnya kau gak perlu berpikir gitu. Tutup saja telingamu. Toh Solar juga nggak terpengaruh dengan fans-fans nya. Dia kan bucinnya sama kamu aja"
"Oh ya?? Ngomong ngomong bukannya kalian ya yang selalu nyuruh Solar pose pose imut buat fans nya?" Halilintar melirik pasangan komedi itu tajam.
Gempa dan Thorn garuk garuk kepala sambil nyengir, kemudian mereka pun kabur dari pembicaraan itu dengan berpura pura menyiapkan peralatan musik.
Halilintar hanya menghela nafas, kemudian kembali mengambil ponselnya.
'Ngomong ngomong.. Solar lagi apa ya..' batinnya.
***
Di kantin, Solar tengah duduk bersama ketiga temannya.
Tentu saja dengan formasi Blaze-Ice , dan Taufan-Solar.
Saat itu memang sedang jam istirahat, dan keempat sahabat itu saling mengobrol sambil menikmati makan siang mereka.
Masing-masing membicarakan hal konyol, diselingi dengan candaan-candaan mengenai hubungan mereka. Karena sekarang semuanya tengah menjalin hubungan, pembicaraan mengenai kekonyolan pasangan masing-masing tak boleh terlewatkan.
"Eh, minta ide dong guys" Solar yang tengah menyedot minumannya berkata.
"Ide apa?"
"Jadi.. ultahnya kak Hali udah deket nih.." ujar Solar "tapi aku masih gak tau mau ngasih hadiah apa.. "
"Pfft- gitu aja kok bingung? Gampanglah itu!"
Ucapan Taufan menarik perhatian Solar.
"Gampang gimana? Aku mau sesuatu yang simple..tapi spesial"
"Gimana kalo kamu bikin surprise party di aula kampus?"
"Kamu tuh ga ngerti kata-kata 'simple' ya??"
"Kalo gitu kamu kasih apa yang paling disukain sama kak Hali lah" ujarnya.
Solar mengernyit "yang paling disukain kak Hali..? Apa?"
"Ya jelas kamu lah!" Taufan menyenggol lengan Solar.
"Jiah- kalo itu mah aku juga tau! Kak Hali memang paling suka sama aku! Dia suka dan cinta banget sama aku , cinta mati dia sama aku"
Taufan , Blaze dan Ice hanya memutar bola matanya melihat kelakuan temannya satu itu yang pedenya kelewatan. Walaupun ucapannya itu ada benernya sih..
"Terus jadinya, aku mesti kasih hadiah apa nih?" tanyanya.
"Apa lagi, ya kamu lah!" ujar Blaze.
"Aku? Gimana tuh?"
Blaze dan Ice berpandang pandangan sejenak, kemudian terkekeh.
"Ikat dirimu pake pita, terus sambut deh pas dia pulang" jawabnya santai.
Ice langsung menggeplak Blaze yang mulai ngadi ngadi, namun bekas geplakannya langsung dielus. Maklum, bucin.
"Ish- yang serius dong Blaze!" Solar cemberut, namun sedetik kemudian ia bertanya lagi.
"Pitanya warna apa?"
Dug!
Kali ini, Taufan yang menjitak Solar dan langsung dibalas oleh ringisan dari sang empu.
"Omongan Blaze kok didengerin! Kamu harus kasih sesuatu yang spesial dong!" cetus Taufan.
"Yaa makanya aku tanya! Yang spesial tuh yang kayak gimana?" dengus Solar.
"Yang cuma bisa dilakuin sama kamu doang lah, Sol"
Solar berpikir sejenak, lalu perhatiannya kembali pada teman-temannya itu.
"Olahraga ranjang?"
Pffttt-
Blaze menyemburkan minuman yang diminumnya, Ice bengong , dan Taufan langsung geleng geleng tak percaya.
"Mesum dih! Itumah enak di kamu!" protes Ice.
Solar nyengir.
"Ya terus apa dong?"
Taufan nampak berpikir sejenak sambil menyeruput es coklat yang ada di mejanya.
"kak Hali kan di club musik, jadi dia suka musik. Gimana kalo mainin lagu aja?" usulnya.
Netra Solar berbinar mendengarnya. Pasangan yang duduk di seberang mereka juga ikut manggut manggut tanda setuju.
"Ide bagus tuh" ujar Ice menyetujui.
"Ntar abis nyanyiin, baru unboxing" sambung Blaze.
"Astaga Blaze! Mesum amat sih elah!" Ice geleng geleng kepala.
Solar mengangguk angguk, kemudian tersenyum dengan mata yang menerawang ke sembarang arah.
"Ide bagus... tapi gimana caranya bikin lagu? Aku main gitar aja ga bisa.."
"Ahh gampang itumah- minta ajarin anggota club musik aja. Gimana kalo minta ajarin kak Hali?"
Usulan Blaze yang gak mikir dulu itu langsung menuai tatapan tajam dari ketiga temannya.
"Itumah sama aja spill the tea, bodoh! Pacarmu napa coba, Ice??" Taufan bertanya geram.
Ice mengangkat bahu "kan memang otaknya setengah doang"
"Yah!! Jahat banget!!" Blaze berteriak tak terima.
"Minta ajarin anggota club musik yang lain aja, yang bisa main gitar selain kak Hali siapa??"
Solar berpikir sejenak.
"Hm.. kak Gempa, dia main drum.. Thorn mah ga bisa main. Sisanya yang bisa main gitar semuanya cewek- masa aku minta tolong mereka??"
"Yaa udah sih daripada nggak ada. Lagian mereka pasti lebih dari bersedia buat ngajarin pangeran kampus super populer ini!" goda Taufan sembari mencolek kasar pipi Solar.
"Tapi ntar kalo ketauan kak Hali dan aku disangka selingkuh gimana?? Bukannya untung malah buntung kan??"
"Gitu aja ribet, minta latihannya pas malem aja lah. Pas kak Hali udah pulang. Lagian kan cuma seminggu sampe ultahnya kak Hali.. Masa kau gak mau korban dikit?" ujar Blaze.
"Gitu ya..." Solar mengangguk angguk "yaudah deh..aku coba.."
"Yah kalo gagal, alternatifnya kau pake maskot beruang aja terus joget didepan lapangan sambil bawa bunga" Taufan tertawa.
"Hahahaha sialan kau!"
To be continued.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro