Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#12 The Day

Happy monday! uwu

.

.

.

.

.





Beberapa hari lalu. 


Dum dum dum tess!



"Huwahh!! Selesai juga!!!"

Supra, sang pemain drum langsung melempar stick drum-nya begitu lagu selesai dimainkan. Begitu juga dengan para pemain bass, gitar dan vokalis. Mereka bersorak kegirangan saat lagu yang telah mereka latih akhirnya mulai mendekati kesempurnaan.

Ngomong ngomong soal band, untuk saat ini Halilintar adalah anggota tertua yang masih aktif di band tersebut. Band itu bernama Honey Butter Cupcake, yang sebenarnya adalah nama sepihak yang diputuskan Gempa. Halilintar sendiri tak dapat protes karena malas berdebat dengan Gempa. Ia tau, perdebatan dengan Gempa itu tak akan ada habisnya.

Band itu beranggotakan 5 orang. Halilintar sebagai pemain gitar listrik, Theo dan Glacier pemain bass, Supra drummer dan Cindy vokalis. Dari awal band itu terbentuk, hanya Halilintar yang tinggal disana dari awal sampai akhir, sedangkan empat lainnya merupakan junior pengganti para anggota yang telah lulus.

"Yaudah! Karena udah malam dan perkembangan kalian cukup memuaskan- kita istirahat dan lanjut besok!" ujar Gempa memberi komando bak seorang ketua. Sedangkan ketua yang sebenarnya hanya duduk diam mendengarkan karena energinya sudah habis digunakan saat latihan.

Tak hanya Halilintar, semua anggota turut terkulai lemas di lantai keramik itu. Bagaimana tidak?? Mereka berlatih selama lebih dari 8 jam setiap hari tanpa istirahat, hingga rasanya mereka ingin mengutuki Gempa yang bisanya hanya memerintah dan mengoreksi kesalahan mereka.

"Aku mau beli makan dulu- kalian..diem disini!" Gempa bangkit dari duduknya dan hendak berjalan keluar untuk membeli makanan, saat Halilintar tiba-tiba memanggilnya. 

"T-tunggu gem!"

Langkah Gempa terhenti, ia berbalik dan bertemu pandang dengan Halilintar yang tau-tau sudah berdiri di belakangnya. 

"event 2U sudah dekat, dan kami juga udah berkembang baik kan? bolehkah aku meminta ponselku kembali?" pinta Halilintar, menadahkan tangannya di hadapan Gempa. 

Gempa berdecih "kau pikir semudah itu, hm? katakan itu saat kalian sudah bisa membawakan semua lagu itu dengan sempurna!" tegasnya. 

"Gem.. kumohon.." Halilintar berkata pelan, raut sedih terlihat jelas di wajahnya "aku cuma mau ngabarin Solar.. sebentar aja" 

Melihat raut sedih Halilintar, sebenarnya Gempa juga tak tega. Sahabatnya itu jarang sekali menunjukan wajah sedihnya, terakhir kali saat hubungannya tak baik dengan Solar setahun lalu. 

Tapi.. 

"Gem--" 

"kau bisa kabari pacarmu beberapa hari lagi, dia pasti ngerti kok" Gempa menjawab dingin, kemudian langsung berbalik dan keluar dari rumahnya. Ia tidak ingin melihat wajah sedih Halilintar itu. Bagaimanapun juga, ia akan berpegang pada prinsipnya bahwa pemusik tidak boleh kehilangan fokus. 

Sepeninggalan Gempa, Halilintar dan para anggota lainnya hanya diam di ruangan itu. Tidak ada suara obrolan yang terdengar, hanya isakan lirih Halilintar dan Supra yang menenangkannya. 

Halilintar sangat khawatir dengan keadaan kekasihnya itu. Ia berkata, bahwa ia akan selalu menghubungi dan memberi kabar pada Solar, tapi sekarang ia sendiri yang melanggar janji itu. Tak dapat dipungkiri juga bahwa Halilintar juga sangat merindukan sosok Solar.

"hey- Gempa nggak ada disini, apa yang harus kita lakukan??" Theo angkat bicara. 

"nggak ada ponsel, nggak ada makanan, nggak ada hiburan.. rasanya kayak dipenjara" Glacier turut berkomentar. Frustasinya memuncak karena ia tak dapat menyentuh ponselnya berhari hari dan nyaris membuatnya gila.

Supra yang menyaksikan teman-temannya itu hanya geleng-geleng kepala. Ia lebih mengkhawatirkan senior di depannya yang nampaknya tidak dapat menahan kesedihannya.

Ia mengerti betul apa yang dialami Halilintar kini sangat berat, tapi di sisi lain ia bahagia dapat menghabiskan lebih banyak waktu bersama senior yang ia sukai itu.

Melirik jam tangannya, Supra menepuk pundak Halilintar dan berkata. 

"sepertinya kak Gempa nggak akan balik sampai 1 jam kedepan.. kakak punya cukup waktu, kalau mau.." 

Wajah Halilintar terangkat, manik ruby miliknya mulai berubah cerah mendengar ucapan Supra. 

"ayo kak! kita nggak punya banyak waktu!" 

Halilintar dan Supra langsung bangkit dari duduknya dengan terburu buru, berlari keluar dari rumah itu tanpa menghiraukan teriakan dari teman-temannya yang mencegahnya. 












































Keduanya tiba di apartemen yang menjadi tempat tinggal Solar dan Halilintar. 

Begitu sampai, Halilintar langsung berlari memasuki gedung dan naik ke lantai kamar mereka dengan tidak sabarnya, hingga Supra harus bersusah payah mengimbangi langkah seniornya.

"sabar kak sabar! Solar nggak kemana mana kok!" ujar Supra, mulai terengah karena harus berlari mengikuti Halilintar sedari tadi. 

"nggak bisa, sup! waktu kita terbatas! aku sudah sangat merindukannya!" 

Halilintar berkata dengan wajah sumringah. 

Supra tersenyum tipis melihat wajah Halilintar yang terlihat gembira. Bohong kalau ia bilang ia tidak cemburu, tapi setidaknya ia berharap Halilintar akan kembali ceria setelah bertemu dengan kekasihnya. 



"Solar??"

Memasuki kamar, Halilintar dan Supra memasuki semua ruangan untuk mencari keberadaan Solar namun tidak menemukan siapapun. 

Walaupun begitu, Halilintar yakin bahwa Solar sempat berada disana karena laptopnya yang menyala dan tergeletak begitu saja di mejanya. Lampu ruangan juga menyala. 

Halilintar mendengus, ia keluar dari ruangan terakhir di kamar itu dengan tangan hampa. Pasalnya, ia tidak dapat menemukan Solar, padahal hari sudah mulai malam dan seharusnya Solar sudah berada di rumah sedari tadi.

"Solar nggak ada..sup" Halilintar berucap lesu, bertemu pandang dengan Supra yang mengangkat kedua bahunya. 

"jadi gimana, kak? mau pulang aja? udah mau satu jam.." tawar Supra, merasa tak ada pilihan lain ditambah waktu mereka yang semakin menipis. 

Menghela nafas panjang , Halilintar akhirnya mengangguk dan keluar dari kamar itu dengan sejuta kekecewaan terggambar di wajahnya. 

Tapi sebelum itu, Halilintar meminta Supra untuk pergi ke satu tempat terakhir yang bisa ia pikirkan saat ini. 





















Menaiki beratus ratus anak tangga untuk dapat tiba di tempat yang ditujukan Halilintar, Supra terus mengeluh di dalam hatinya sepanjang perjalanan. 

Pasalnya, keduanya tengah dalam keadaan lelah sekarang, dan mencari Solar seperti menambah olahraga ekstra. Namun ia tidak ingin mengeluh di depan seniornya. Ia yang menawarkan hal ini pada Halilintar, ia tidak boleh membuatnya kecewa.

Saat keduanya tiba di atap gedung , Halilintar membuka pintu yang tidak terkunci. Pelan sekali, berusaha tidak menimbulkan sedikitpun suara. 

Wajah keduanya langsung mencerah, terutama Halilintar begitu melihat sebuah figur familiar tengah duduk di tengah-tengah rooftop itu, memunggungi mereka dan menghadap ke pemandangan kota sambil berbicara seorang diri.

Halilintar tidak menghampirinya. Ia tetap diam di tempatnya sembari mendengarkan ucapan ucapan yang keluar dari mulut Solar. 

"Halilintar bodoh..bodoh bodoh bodoh!" 

Suara kekeh-an Solar yang khas memasuki pendengarannya. 

"Kau sudah membawaku sampai ke titik ini...

- titik dimana aku berbicara sendirian dengan boneka" 

"saat kamu disini.. kita sering banget berantem.. dan itu selalu tentang hal hal kecil, atau masalah club yang gak ada habisnya.."

"aku sadar kalo aku juga sering protes.. tapi kamu gak jauh berbeda denganku..hm.." 

Senyum Halilintar mengembang seiring dengan kata-kata yang dilontarkan Solar. Suara Solar terdengar lebih berat seperti menahan tangis, mendengar itu membuat manik ruby miliknya turut berkaca kaca.

"kamu tau.. aku membiarkanmu mengomeliku.. aku membiarkanmu melakukan apapun denganku..

- hanya jika kamu kembali ke pelukanku.. Hali.."

Nada Solar memelan, nyaris berbisik pada kalimat terakhir. Suara yang perlahan mulai tergantikan oleh suara isakan, sedikit mengejutkan Halilintar.  

Ia tak menyangka Solar akan benar benar merindukannya hingga di titik ia menangis seorang diri. Namun perasaan bahagia dalam dirinya tak dapat ia bendung , karena Ia pun merasakan hal yang sama. 

"seperti yang kamu bilang .. aku harus sabar.. aku harus kuat.. presiden club yang bertanggung jawab.. aku akan menunggu hingga event ini selesai.." isaknya.

"tapi yang ingin kukatakan adalah.." 

"kak Hali.. aku sangat..sangat merindukanmu.." 


"kak Hali" 

Halilintar menoleh begitu mendengar Supra memanggilnya. 

"kita harus balik sekarang" ucapnya. 

Menghela panjang , Halilintar dengan berat mengangguk. Tapi sebelum ia meninggalkan tempat itu, Ia berkata dengan nada yang sedikit keras. 

"aku juga merindukanmu..Solar" 

Ia tersenyum selepas mengatakan itu, kemudian beranjak pergi bersama Supra untuk kembali ke tempat Gempa. Mereka pergi meninggalkan Solar disana yang menoleh kesana kemari dan kebingungan dengan asal suara barusan tanpa menyadari ada orang lain yang masuk melalui pintu lain dan menghampiri Solar di sana. 









*** 












Suara kicau burung dan matahari pagi yang bersinar cerah memulai hari pelaksanaan event 2U yang telah ditunggu tunggu. 

Hanya demi satu hari ini, semua club yang berpartisipasi dalam lomba telah menyiapkan segalanya. Mengorbankan waktu, tenaga, dan mengeluarkan seluruh kemampuan mereka ke tahap yang lebih baik.

Terutama club pemandu sorak.

Selama 2 minggu lebih, mereka berlatih non stop tanpa libur. Padahal para anggota juga disibukan oleh kegiatan kampus lainnya, namun berkat Solar dan Thorn yang tak jemu jemu memberikan semangat dan motivasi, semuanya berjalan dengan lancar sampai hari ini.

Felix yang sering membuat kesalahan, bekerja begitu keras hingga nyaris pingsan saking kerasnya ia berlatih.

Ice, pemimpin barisan juga bekerja 2 kali lebih ekstra dari anggota lainnya .

Bahkan banyak dari para anggota perempuan yang melakukan diet ketat agar tubuh mereka terlihat bagus di acara lomba. Semuanya mereka lakukan demi satu hari yang akan menjadi kenangan yang tidak akan mereka lupakan.

Kini Solar dan para anggota telah sampai di venue yang akan dijadikan tempat event 2U menggunakan mobil Van. 

Sebagai informasi, event 2U akan diadakan di sebuah stadion besar yang merupakan anak perusahaan dari Universitas Pulau Rintis. Sehingga tak heran jika stadion ini sering digunakan sebagai venue perlombaan dan event-event yang diadakan Universitas. 

Semua anggota sangat bersemangat. Beberapa terlihat gugup, termasuk Solar sendiri. Ia berusaha bersikap setenang mungkin sebagai seorang ketua yang berwibawa, namun tak dapat dipungkiri bahwa jantungnya berdegup kencang begitu mereka memasuki gedung venue. Rasanya masih sulit dipercaya ia dapat membawa nama baik club nya pada event sebesar ini. 

"oke semuanya! j-jangan gugup, oke?? anggap aja ini event-event biasa yang kalian pernah ikuti-" ujar Solar, menatap anggotanya satu per satu. 

"kau suruh mereka jangan gugup tapi kau sendiri malah gugup~" Thorn terkekeh kemudian melangkah ke belakang Solar dan memijat lembut kedua pundaknya. 

"Tenang aja-- ketua Solar pasti bisa! semua effort yang kau keluarkan pasti nggak akan sia sia! bener kan guys??" 

Para anggota berseru riuh menanggapi pertanyaan Thorn. Tentu saja, mereka akan melakukan yang terbaik dan menunjukan kapasitas mereka. Apalagi Solar telah melatih mereka hingga dapat melampaui ekspektasi semua orang. 

"udahh ayo ayo semuanya! kita harus isi daftar hadir!" seru Thorn seraya menggiring para anggotanya ke tempat pendaftaran, sedangkan Solar mengikuti mereka sambil tersenyum simpul. 

Tidak ada yang lebih ia syukuri pada saat ini. Thorn yang dulu selalu mengganggunya kini malah menjadi orang yang paling banyak membantunya. Tak lupa Solar memandangi dan mengambil foto dari poster event yang terpampang besar di depan gedung untuk kenang-kenangan. 

Ia ingin sekali mengirimi foto itu pada Halilintar, namun ia memutuskan untuk menemuinya secara langsung. Setelah dua minggu yang terasa sangat panjang , ia akhirnya dapat bertemu dengan kekasihnya. Memikirkannya saja membuat jantung Solar berdebar. 





"kak Solar??" 

Lamunan Solar buyar begitu mendengar suara memanggilnya. Ternyata Felix. Ia memisahkan diri dari anggota yang lain dan berlari menghampiri Solar yang masih tak bergeming di tempatnya. 

"kakak ngapain??" tanyanya. 

Solar menggeleng "nggak kok..hehe" ia menyimpan ponselnya ke dalam saku lalu balik menatap Felix dengan raut bersalah. 

"um..soal hari itu.." Solar mengulum bibirnya "maaf, aku nggak bermaksud berteriak padamu.. aku juga gak mungkin menendangmu keluar dari club.." 

Felix tersenyum simpul, lalu mengangguk "tenang aja, kak.. aku nggak marah kok~ aku tau kak Solar benar benar berjuang untuk club ini! jadi aku nggak apa apa!" ujarnya. 

Solar menarik nafas lega mendengarnya. 

"umm! baguslah kalau begitu! Aku tau kau akan melakukan yang terbaik- kau sudah bekerja keras!" 

Ia merangkul pundak Felix yang sedikit lebih pendek darinya dan keduanya pun berjalan mengikuti rombongan yang lain. 












Tepat di saat Solar dan Felix berlalu, sebuah mobil van putih yang mengangkut anggota club musik tiba di depan gedung itu. Pintu mobil terbuka dan menampilkan Gempa, yang turun terlebih dahulu. Berdecak kagum menatapi poster di depannya. 

"ayo turun turun!" 

Satu per satu anggota pun turun dari mobil atas komando Gempa. Termasuk Halilintar yang berjalan paling akhir karena ia sempat tertidur di perjalanan. 

"lho?? mukamu kok pucet cin??" Theo yang sedari tadi berdiri di sebelah anggota wanita satu-satunya itu menyadari gelagat aneh dari temannya itu. 

Memang, sejak semalam Cindy sudah mengeluh sakit pada perutnya. Namun Gempa dan yang lain-lainnya menganggap bahwa itu karena diet ketat yang dijalaninya. Seperti biasa, wanita selalu ingin terlihat sempurna di muka umum. Namun sepertinya perbuatan nekatnya itu malah berdampak buruk pada kondisinya sendiri. 

"tuh! rasain! siapa suruh kemarin kemarin udah dibeliin makanan malah ga dimakan! udah tau mau lomba!" omel Gempa, menatap tajam anggotanya satu per satu. 

"jangan alasan ya kalian! kayak aku gatau aja akal bulus kalian yang mau mangkir! aku ga akan tertipu! udah ayo masuk!" 

Gempa mendahului yang lain masuk ke dalam gedung karena harus mengisi daftar hadir di meja panitia. Sedangkan Halilintar dan yang lainnya membantu Cindy yang terlihat lemas, bahkan untuk berjalan saja rasanya ia sulit. 







*** 








Di lapangan sepak bola, tim bola Universitas Pulau Rintis sudah bersiap sedari tadi. 

Mereka datang lebih pagi untuk mengadakan meeting bersama team lain, serta pembagian seragam dan briefing dari masing-masing pelatih yang memakan waktu cukup lama. 

Sebenarnya tidak ada yang spesial untuk diceritakan pada tim bola ini, kecuali fakta bahwa Blaze, yang tadinya tidak tergabung dalam tim bola, tiba-tiba saja diminta oleh senior untuk menjadi pemain cadangan setelah melihat keahlian sepak bola Blaze yang dapat diacungi jempol. 

Blaze tidak pernah tertarik dengan sepak bola. Namun ia sering bermain sepak bola dengan ayahnya dan Ice sewaktu kecil. Ayahnya yang mantan atlit sepak bola sering mengajarinya berbagai teknik sepak bola, hingga tanpa sadar teknik-teknik itu ia kuasai dengan sendirinya.

Namun yang membuat Blaze sangat bersemangat dan setuju untuk tampil sebagai salah satu pemain, adalah karena tim pemandu sorak yang akan mengadakan lomba tepat di lapangan bola ini.

Sebuah panggung telah disiapkan untuk tim pemandu sorak , dan disanalah tim pemandu sorak akan berkompetisi. Blaze sangat tidak sabar melihat kekasihnya itu menari dan menyemangatinya. Ia bersyukur ia tidak langsung menolak permintaan senior yang memintanya bermain tempo hari.

Seluruh anggota tim sepak bola langsung menuju lapangan begitu menyelesaikan briefing dan bertukar seragam yang sama. Namun masih ada sekitar satu jam sebelum pertandingan dimulai, dan kini seluruh anggota tengah bersantai di pinggir lapangan sembari menunggu acara dimulai. 

Blaze sedari tadi sibuk dengan ponselnya, tertawa dan berbicara pada layar ponselnya. Ternyata ia tengah melakukan panggilan video dengan Ice yang tengah berada di ruangan pemandu sorak, mengobrol dan bertukar rindu karena kedua club terletak cukup berjauhan. 

"eh sayang! liat deh jersey ku! aku nulis nama kamu loh!" Blaze berucap bangga, ia menunjukan sablonan biru bertuliskan 'Ice Frost' yang terpampang jelas di belakang punggungnya. 

"kok bisa gitu?" Ice bertanya dari seberang sana. 

"iya! kak Yuki bilang kita boleh nulis apapun di jersey nya- dan orang yang kupikirkan pertama kali pastinya kamu" kekeh Blaze.

"Aku jadi gak sabar bertemu denganmu! Jam berapa tim pemandu sorak kemari??"

Ice terdiam sejenak, kemudian menjawab "kata Solar sih..acaranya dimulai jam 1, jadi kemungkinan kita akan kesana jam 12. Kamu sendiri? Kapan pertandingannya mulai?"

"sebentar lagi! Dan babak keduanya akan dimulai setelah pertunjukan dari pemandu sorak! Apa menurutmu kau bisa menemuiku sebentar??" tanya Blaze dengan mata berbinar.

"Hmm- gimana yaa.."

"Ohh Ice! Pleasee?? Aku yakin aku pasti bisa bermain lebih baik jika kau kesini memberiku semangat!!" rengek Blaze "ya ya yaa?? Kesini yaa??"

Suara Ice tertawa terdengar dari seberang sana "um um- baiklah! aku akan izin sama Solar untuk menemuimu! Tapi aku harus kembali sebelum jam 12, oke?? tim pemandu sorak kan lama banget make-up nya!" 

"aw?? tapi kamu kan udah cantik tanpa make-up, sayang!" 

"sial kau!" umpat Ice dari seberang sana, namun Blaze tau bahwa Ice tidak serius mengatakannya. 

"tunggu aku, oke?? aku segera kesana" 

"unn! sampai nanti, sayangkuu!" 

Panggilan video pun berakhir dan Blaze masih cengar cengir tak sabar menunggu kedatangan pacarnya. Sedangkan anggota lain yang ada disekitarnya hanya bergidik ngeri melihat Blaze yang senyam senyum sendiri, bahkan untuk bertanya pun tak berani. Dikiranya Blaze udah kesurupan roh bucin. 

Atau kayaknya udah kesurupan dari lama sih..ups- 










*** 










Saat ini, Club Pemandu Sorak tengah mempersiapkan segala sesuatunya. Waktu sudah menunjukan hampir pukul 12 siang. Semua anggota telah bertukar pakaian dan memakai riasan, Ice pun sudah kembali dari pertandingan sepak bola. 

Berbicara soal pertandingan bola, tim Blaze berhasil mencetak kemenangan dengan 2 poin unggul dari tim lawan pada babak pertama. Blaze bilang , ia akan bermain jauh lebih baik saat Ice datang mendukungnya, dan ia benar-benar membuktikannya.

Kini adalah giliran Ice untuk beraksi bersama tim nya. Walaupun Blaze tidak bisa ikut mendukungnya karena tim sepak bolanya masih harus mempersiapkan untuk babak ke dua, namun Ice berjanji akan melakukan yang terbaik seperti yang dilakukan Blaze. 

Solar sendiri sibuk membantu dengan gladi bersih terakhir dengan para bleachers (semacam penyorak yang duduk di bangku penonton) , dan ia baru saja kembali. Wajahnya terlihat lelah, namun senyum tak dapat lengkang dari wajahnya. Ia merasa sangat bangga melihat para cheerleaders nya yang terlihat bersemangat dan siap untuk meraih kemenangan. 

"aw! kak Solar udah balik? udah makan kak?" Felix, yang baru saja selesai memakai riasan menghampiri Solar. 

Solar menggeleng "hm- belum sempet.. kamu sendiri?? udah makan? jangan lupa kalian butuh tenaga loh buat lomba!" ujarnya. 

"aku udah makan kok! aku nungguin kak Solar dari tadi-" ucapnya. 

"nungguin aku?" Solar bertanya dengan sebelah alis terangkat "ada yang mau kau diskusikan?"

Felix menggeleng seraya tertawa kecil "bukan itu! tadi aku menemui temanku di club musik, dan ada titipan untukmu dari seseorang bernama Halilintar!" ujarnya. Ia lalu menyerahkan sebuah tas kecil yang sedari tadi ia letakan di mejanya. 

Wajah Solar langsung berubah cerah dan lelahnya seketika menghilang begitu menerima tas kecil berwarna abu-abu itu. Felix yang melihatnya, tersenyum. Kemudian ia berlalu untuk bergabung dengan anggota lainnya setelah berpamitan dengan Solar. 

Solar segera mengambil tempat duduk kemudian membongkar isi tas itu. Sebuah kotak makan putih dikeluarkannya beserta sekotak jus jeruk, namun yang membuatnya begitu senang adalah selembar catatan kecil yang ada di dalam tas itu. 

'aku sibuk sekali.. jadi nggak bisa kesana untuk mengantarnya. Tapi kuharap kau akan menikmatinya. Mungkin sudah dingin saat sampai padamu. 

Ia geleng geleng kepala dengan senyum terkembang sembari membuka kotak makan yang dikirimkan sang kekasih. Ternyata isinya nasi dan kari ayam kesukaannya. Halilintar benar benar tau jika Solar tak sempat makan karena disibukan oleh kegiatannya dan memutuskan untuk mengirimkannya makanan kesukaannya agar dapat dinikmati Solar.

'aku memasakanmu ini, karena kamu selalu bilang kamu merindukan kari ayam buatanku. Kari ayam spesial buatan chef Halilintar yang dibuat dengan penuh cinta. Untunglah Gempa berbaik hati dan meminjamkan dapurnya. 

tinggal sebentar lagi.. chef Halilintar akan kembali padamu dan memasakanmu apapun yang kau mau. Bersabarlah sedikit lagi. 

P.s : Aku merindukanmu.. ' 

Tertawa pelan, ia berusaha menahan agar air matanya tetap terbendung. Benaknya dipenuhi rasa bahagia hingga tak tau bagaimana harus menyikapinya. 

Ia benar-benar merasa dicintai. 

Usai menyimpan lembar pesan itu dengan baik di saku tasnya, Solar pun mulai menyantap makanan yang dikirimkan padanya. Walaupun ia banyak makan kari di luar sana, kari buatan Halilintar adalah yang terbaik dari segalanya. 

Kari yang dibuat dengan penuh cinta hanya untuk dirinya. 

Kini ia benar benar tak sabar untuk bertemu dengan Halilintar. Tinggal sebentar lagi..















*** 











Club musik tengah dalam perjalanan menuju gedung studio tempat lomba band akan diadakan. 

Dengan Gempa yang memimpin di barisan terdepan, ia memberikan komando dan penjelasan ini itu mengenai peralatan dan aba aba yang akan diberikannya.

Walaupun galak dan terkesan sok tau, kenyataannya Gempa benar benar paham mengenai peralatan musik. Ia juga menjelaskan mengenai pengulangan dan kode yang akan ia berikan sesuai dengan lagu yang sudah mereka persiapkan selama 2 minggu terakhir. 

Di saat yang bersamaan, Club pemandu sorak pun tengah berjalan di seberang jalan menuju lapangan tempat mereka akan berlomba. Lapangan itu terletak berlawanan dari gedung studio. 

Berbeda dengan club musik, club pemandu sorak justru menikmati waktu waktu bersantai mereka sebelum lomba. Mereka saling mengobrol, meminum minuman masing-masing sambil tertawa dan bercanda. Bahkan Thorn yang berdiri di barisan terdepan kerap kali membuat candaan yang membuat semua anggota termasuk Solar, tertawa. 

Hal itu disengaja. Menurutnya, hal itu dapat mengurangi ketegangan dan rasa takut dari para anggota untuk menghadapi lomba yang ada di depannya. Mereka telah berlatih begitu keras, dan Solar percaya bahwa usahanya tidak akan sia sia. 

Berjalan di trotoar yang berlawanan, club musik dan pemandu sorak tanpa sengaja bertemu di persimpangan jalan.

Halilintar yang pertama kali menyadari keberadaan Solar. Sedangkan Solar baru menyadarinya kemudian. Begitu pandangan keduanya bertemu, masing-masing tertegun.

Tak ada kata terucap, kecuali senyuman manis yang dilemparkan. Hanya bertemu seperti ini, tapi rasanya bahagia sekali.

Namun sekali lagi, keduanya harus memendam rasa rindu karena ini semua belum berakhir.

Keduanya menghentikan langkah mereka saat masing-masing berada betul-betul berseberangan. Terpisahkan oleh jalan raya, Halilintar berteriak dari seberang jalan.

"Berjuanglah!!"

Solar tidak terlalu mendengar jelas apa yang diucapkan sang kekasih, namun ia dapat membaca gerakan bibirnya. Saat ia menyadarinya, ia pun balas berteriak.

"kamu juga, ya!!" 

Memandangi botol minuman yang ada di tangannya dan Halilintar secara bergantian, Solar menyeringai nakal. Ia mengecup botol di tangannya itu lalu mengisyaratkan pada Halilintar untuk menangkap botol yang hendak ia lempar itu. 

Begitu dirasanya Halilintar sudah siap dalam posisi menangkap, ia langsung melemparkan botol itu dan Halilintar dengan sigap menangkapnya. Kali ini, giliran Halilintar yang tak dapat menahan senyum begitu memandangi botol di depannya. Sambil melirik Solar di seberang jalan, Halilintar mengecup botol itu seperti apa yang dilakukan Solar barusan.

"Halii!! kamu ngapainn?? kita harus segera cek venue loh!" Gempa tau-tau memanggil. Rupanya para anggota club musik dan club pemandu Sorak telah berdiri cukup jauh dari mereka. 

Mereka sadar akan pasangan yang sudah lama tidak bertemu itu pastilah ingin melepas rindu barang sebentar, dan memutuskan untuk memberi mereka sedikit jarak.

"Solaar! kita terlambat loh!" Thorn turut memanggil dengan seringai tipis di wajahnya. Ia sebenarnya senang melihat pasangan itu bertemu, namun acara lomba pemandu sorak akan dimulai sebentar lagi dan mereka tidak boleh terlambat. 

Solar dan Halilintar masing-masing mengangguk, menanggapi panggilan dua orang itu. Sebelum berpisah, keduanya melambaikan tangan satu sama lain. Tak lupa keduanya pun saling memberi mini heart dengan senyum lebar menghiasi wajah masing-masing. 

"I love U" 

Gerakan bibir Halilintar saat mengucapkan kata itu membuat pipi Solar memanas. Tanpa menunggu respon kekasihnya, Halilintar sudah berbalik dan berlari menuju para anggotanya karena Gempa yang terus memanggilnya. 

'oh.. apa pacarku selama ini memang semanis itu ya..' Solar memegangi dadanya sendiri yang berdebar debar. Jantungnya berdetak sangat cepat hingga rasanya nyaris meledak saking senangnya. 

Ia pun menengok dan menatapi punggung Halilintar yang berjalan menjauh dan perlahan lahan menghilang ditelan kerumunan orang. 


"I love U too, Halilintar Thunderstorm.. my boyfriend








To be continued. 







Ga bakal panjang lagi gais XD ga sabar mau ending ehey

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro