#11 2 (To) yoU
Okeh- ga banyak babibu karna kutau kusangat bersoda karna nunda update mulu 🤣 maap ya..haha..
Happy reading!
.
.
.
.
.
Solar menoleh begitu merasakan pundaknya ditepuk dari belakang. Sosok yang memasuki pandangannya saat itu membuatnya tertegun dan sedikit terkejut.
"kak Voltra..?"
***
"aku kembali buat ngambil beberapa dokumen yang ketinggalan. Sebenernya aku udah balik dari beberapa hari lalu sih.. cuma baru bisa mengunjungimu sekarang. Taufan yang kangen ternyata manja banget, aku ga bisa ninggalin" jelas Voltra, tersengih saat menyebut nama kekasihnya itu.
Kini Solar dan Voltra telah kembali ke kamar. Setelah Voltra menemukan Solar yang menangis sendirian di rooftop, ia mengajak Solar untuk kembali ke kamarnya karena malam sudah semakin larut dan angin malam mulai berhembus dengan kencang.
Setelah keduanya membersihkan diri masing-masing , mereka pun berbaring pada kasur tempat Solar dan Halilintar biasanya tidur bersama. Tadinya Voltra hanya berniat untuk mengunjungi Solar sebentar, namun melihat keadaan Solar yang kacau membuatnya tak tega. Hingga akhirnya ia mendapatkan persetujuan Taufan untuk menginap sehari di tempat Solar dan menemaninya.
"Taufan bilang.. kamu sendirian.. dan melihat gimana bucinnya kamu sama adikku, aku udah tau kamu pasti kesepian" kekeh Voltra.
Solar hanya menghela nafas, wajahnya pun berputar menatap Voltra.
"kupikir awalnya akan baik baik saja.. tapi setelah hampir 2 minggu aku tidak melihatnya.. rasanya benar-benar kosong. Aku tidak bisa melakukan apapun sendirian lagi.." ucapnya lesu.
"aku heran..aku sama kak Hali yang hanya berpisah selama beberapa hari, rasanya aku sudah hampir gila. Tapi kak Voltra dan Taufan terpisah selama berbulan bulan.. kok kalian kayaknya nggak menggila, sih?"
Voltra tersenyum tipis "namanya juga hidup, sol.. pasti adalah cobaan-cobaan semacam ini. Apalagi diantara pasangan, ada aja cobaannya. Kalau aku, cobaanku dan Taufan adalah jarak.. kalau pasangan lain, bisa saja cobaannya adalah orang disekitarnya.. kalau kamu dan Hali, cobaan kalian adalah kewajiban--
- kalian punya kewajiban masing-masing sebagai presiden club, dan itu kan pilihan kalian sejak awal. Seperti yang dikatakan orang-orang.. tak peduli seberapa banyak kau mencintai seseorang , cobaan seperti ini akan selalu ada. Tapi kalau kalian memang berjodoh, kalian pasti akan selalu menemukan jalan keluarnya"
Sesaat, Solar tertegun mendengar kata-kata Voltra barusan yang entah kenapa seperti menamparnya. Ia menyadari kebenaran dari apa yang dilontarkan kakak dari kekasihnya itu, dan rasanya perkataan Voltra membuatnya sedikit lebih tenang.
"ngomong-ngomong.."
"kau nggak punya makanan lain selain kari, hah?? Itu isi kulkasmu kenapa kari beku semua?? aku lagi mengurangi santan- tau!"
Voltra tiba-tiba memprotes , membuat Solar langsung menarik kembali apa yang barusan ia pikirkan tentang Voltra. Ternyata ia masih sama mengesalkannya seperti dulu.
"nggak ada! salahkan adikmu yang masak kari banyak banget! ga masalah sih- aku ga akan bosen makan kari spesial ayangku"
Voltra merotasikan bola matanya "makan santan terus ntar gemuk tau!"
"hmp- aku latihan menari setiap hari! aku ga akan pernah gemuk! " tungkas Solar.
"hiiih kau ini benar benaar!"
Solar tertawa terbahak bahak saat Voltra tiba-tiba saja menyerangnya, mengajaknya bergulat di kasur yang luas itu. Keduanya tergelak ketika masing-masing tak mau mengalah dan saling menggelitik. Sebagai dua manusia yang super gelian, serangan itu membuat tubuh mereka cepat tumbang.
Dua manusia itu ambruk di kasur setelah beberapa menit bergelud. Tertawa dan terengah engah karena ulah mereka sendiri.
Netra keduanya perlahan berotasi, keduanya menengok dan bertemu pandang satu sama lain dengan seulas senyum di bibir mereka. Dan lagi-lagi Solar dibuat tertegun saat ia memandangi netra ruby Voltra yang benar benar sama persis dengan Halilintar.
Tatapan itu.. bagaikan pinang dibelah dua. Hingga tanpa sadar Solar melamun cukup lama memandangi netra ruby yang sangat ia rindukan. Saat Voltra mendekatkan wajahnya pada Solar, Solar nyaris sekali menarik wajah Voltra dan menciumnya jika wajahnya tak langsung diteplak oleh Voltra.
"hush! gak boleh, cuk!" cetus Voltra seraya menjauhkan dirinya.
Solar hanya nyengir "maaf maaf- abis kakak mirip banget sih sama Hali.."
"namanya juga saudara" Voltra mengangkat dirinya bangun ke posisi duduk, lalu menatapi Solar yang masih ada di bawahnya. Sekali lagi, Solar dibuat terpana oleh netra ruby yang bersinar di remang kamar itu. Orang-orang yang dilahirkan dengan warna netra yang begitu indah pastilah sangat beruntung.
"kak.."
Solar tersenyum tipis.
"makasih ya..udah mau nemenin aku malem ini.." ucapnya tulus "tapi kakak boleh nemenin Taufan kok, besok.. kasian dia ditinggal sendirian, padahal dia juga kangen kak Voltra"
Voltra balas tersenyum "aku memang gak berniat untuk menginap dua hari" ucapnya seraya masuk ke dalam selimut dan membetulkan posisi tidurnya.
"hee.. dasar Voltra bucin Thunderstorm~" kekeh Solar.
"lihat dirimu, Solar bucin Light!" Voltra meledek balik.
Kemudian, keduanya pun berbaring bersebelahan. Masing-masing menarik selimut hingga menutupi dada karena dinginnya cuaca di malam itu. Saat Solar hendak mematikan lampu tidur, Voltra tau-tau berkomentar.
"ngomong-ngomong, aku baru tau kalau adikku bisa masak. Dulu, mama selalu minta dia jauh jauh dari dapur soalnya nyaris bakar rumah berkali kali"
Solar tergelak "itu namanya kekuatan cinta!" ujarnya.
"maksudmu masak pake cinta gitu??" Voltra ikut tertawa mendengarnya.
"kak Hali masak dengan penuh cinta buat pacar tercinta" ujar Solar dengan pede selangit seperti biasa, tak lupa tangannya juga turut berpose ala ala orang tampan.
"cih! pede banget!" cibir Voltra, yang sebenernya rada-rada iri juga. Kalau diingat ingat, Taufan jarang banget mengatakan kata-kata sayang padanya. Mengingat pacarnya itu kadang-kadang sebelas tigabelas dengan adiknya.
Sama sama tsundere..
"pede dong! liat aja kak Hali yang udah dimabuk cinta Solar Light!"
"Cih- aku laporin Hali loh nanti!" ancam Voltra.
"Eh eh eh jangan dong!" panik Solar. Bisa bisa dia gak dikasih jatah ntar kalau Halilintar pulang nanti.
"Bilang aja takut ga dikasih jatah!"
Solar membelalak. Kok Voltra bisa tau apa yang dia pikirin barusan?? Jangan jangan dia dukun-
"Aku bukan dukun- maemunah!"
"Huukk!"
Solar langsung bergerak menjauh saat lagi lagi Voltra menyebutkan persis seperti apa yang ada di otaknya. Ia takut, takut disulap jadi kodok kalau kalau Voltra beneran bisa sihir.
"Udah udah tidur! Sebelum aku sihir kamu jadi kodok beneran!" ancam Voltra, setengah bercanda. Ia memasang wajah serius dengan sengaja untuk menakuti Solar.
Tak disangka cara itu benar benar efektif. Solar auto mengangguk dan langsung menenggelamkan dirinya di dalam selimut tebal itu. Ternyata semudah itu mengelabuhi sang pangeran kampus.
Voltra tersenyum simpul lalu mengelus kepala Solar yang sedikit menonjol di balik selimut.
"Jangan khawatir.. Aku yakin Hali juga merindukanmu.. bersabarlah sedikit lagi"
Solar mengangguk kecil seraya melirik Voltra dengan netra-nya yang mengecil. Entah bagaimana, ia suka melihat Voltra yang tersenyum seperti itu. Hatinya terasa teduh dan aman.
Melihat Solar menutup matanya, Voltra segera mematikan lampu lampu kecil di sekitar tempat tidur lalu merebahkan dirinya di sebelah Solar dan memeluk tubuh Solar yang terbalut selimut.
"K-kak Voltra..?" Solar tergagap dengan suara lembut. Rasanya aneh saat merasakan tubuhnya dipeluk oleh Voltra. Seperti kejutan listrik, Ia mendadak merasa lemah dan tidak berdaya.
"Ssh.." desis Voltra berusaha menenangkan Solar "tidurlah..aku akan menjagamu malam ini.."
Menghela nafas panjang, Solar pun mengangguk dan memilih untuk melanjutkan tidurnya, sementara Voltra menepuk nepuk tubuh Solar dan membantunya tertidur.
'Semuanya akan segera berakhir dan Ia akan segera kembali padamu..bersabarlah sedikit lagi, Solar'
(Tadinya mau bikin selingkuh-selingkuhan gitu :v tapi ntar ceritanya makin panjang dan ga kelar kelar jadi kayaknya batal :v )
***
Matahari yang cerah menyinari siang yang indah di hari itu, persis seperti kondisi hati Ice saat ini.
Ice yang dulunya dikenal tukang tidur dan pemalas, kini berubah 180 derajat sejak berpacaran dengan Blaze. Ia bahkan mulai mengikuti club yang dulu selalu dihindarinya, yaitu club pemandu sorak.
Ya, sejak 2 bulan belakangan ini, Ice akhirnya mendaftar pada club pemandu sorak setelah dibujuk Solar. Alasannya sih, karena club pemandu sorak kekurangan anggota untuk lomba dikarenakan beberapa anggota yang jatuh sakit. Berkat dukungan Blaze juga (yang sebenarnya hanya ingin melihat istrinya menari :v ) , Ice pun luluh dan memutuskan untuk mendaftar.
Tak disangka, Ice ternyata cukup mahir dalam menari, bahkan jauh lebih mahir daripada Halilintar. Ia lolos audisi dan dengan mudah mengambil hati para senior, bahkan kini ia menjadi salah satu penari barisan depan yang tugasnya sebagai pemimpin.
Dan satu lagi, stamina pria bernetra aquamarine tersebut patut diacungi jempol. Disaat semua anggota kelelahan karena latihan, ia bisa berlatih sendirian selama beberapa jam ke depan dan kelelahan tak kunjung nampak di wajahnya. Sampai-sampai semua anggota mencurigai kalau Ice sebenarnya adalah sebuah cybrog.
Latihan baru saja berakhir siang itu. Ini adalah latihan terakhir sebelum hari event 2U yang akhirnya akan berlangsung esok hari. Karena itu, latihan berakhir lebih awal dengan tujuan agar para anggota bisa lebih banyak beristirahat sebelum mengeluarkan seluruh tenaga mereka pada pertandingan.
Ice baru saja selesai berdiskusi dengan Solar mengenai formasi dan posisi berdiri nya pada venue, dan kini ia tengah duduk santai menikmati minuman dingin yang telah disediakan.
Ponsel yang diletakannya di meja berbunyi dan wajahnya langsung berubah cerah saat menyadari siapa yang menelepon kala itu.
"udah selesai latihan?" suara ceria itu bertanya dari seberang telepon.
Ice terkekeh "udah, Blaze.. baru aja selesai.. kamu?"
"aku juga udah selesai kerja kelompoknya! aku akan menjemputmu di sana! sekalian ketemu Solar!"
"ohh..jadi kesini mau ketemu Solar ceritanya.." Ice menggumam, berpura pura cemburu.
Ice dapat mendengar Blaze langsung meminta maaf dengan panik. Ia diam-diam tertawa mendengar suara panik kekasihnya itu. Blaze memang tak pernah gagal membuatnya tertawa dengan tingkah kekanak-kanakannya.
"gak jadi kesana deh! aku tunggu kamu di depan gerbang aja!" ujar Blaze akhirnya yang langsung di iya-kan oleh Ice.
"ya sudah.. aku beres beres dulu, sampai jumpa"
Saat Ice hendak menutup telepon, tiba-tiba Blaze mencegahnya.
"tunggu tunggu dong! sebelum tutup teleponnya, bukankah ada sesuatu yang harus kau katakan??" suara Blaze terkekeh di ujung sana.
"ehh- nggak ahh" rengek Ice "malu tauu..banyak orang disini"
"aihh ayo dong sayang! aku mau dengeer"
Ice terdiam dengan kedua pipinya yang memerah. Ia terlihat malu hanya untuk mengatakan sesuatu yang ingin didengar Blaze. Tanpa sadar, tingkahnya diperhatikan oleh Solar dan Taufan yang baru saja datang berkunjung.
"aku kangen kamu.." lirih Ice malu malu.
"apa?? aku nggak denger!" cetus Blaze.
"aku kangen kamu" Ice akhirnya berkata sedikit lebih keras dan ia dapat mendengar Blaze yang nampak puas di seberang sana.
"aku juga kangen kamu sayang!" balas Blaze tanpa ragu. Sedangkan Solar dan Taufan yang memperhatikan hanya bisa senyum senyum melihat sahabat mereka yang nampaknya sudah siap terbang ke langit ke empat belas.
"S-sudah ya.. Solar memanggilku tuh.." bohong Ice, yang sebenarnya tak ingin tersipu lebih dari ini.
Solar yang tau-tau jadi korban omongan langsung memelototi Ice. Sedangkan Taufan hanya tergelak dan menepuk pundak Solar.
"See you, sayang!"
"See you.."
Pip!
Panggilan pun berakhir. Baru saja Ice akan menarik nafas saat Solar dan Taufan tiba-tiba menggerebeknya dari belakang.
"Baguss yaa baguss batu es! Pake nama aku lagi!" omel Solar.
Ice terkekeh kecil "sorry sorry- kalo nggak gitu Blaze gak bakal berhenti ngomong sampai sore~"
"ckckck- Ice bener bener definisi remaja jatuh cinta ya" Taufan berkomentar dengan kedua tangan terlipat di dada "bikin iri aja kamu" cetusnya.
"aw! jangan iri dong beb! walaupun pacarmu sekarang nun jauh disana- kamu kan punya sahabatmu yang super ganteng ini~" ujar Solar , menunjuk dirinya sendiri.
"oh- kalau gak salah.. beberapa hari lalu itu, kak Voltra ke rumahmu ya, Sol?" Ice bertanya tiba tiba. Taufan, orang yang tidak ditanya malah mengangguk menanggapi Ice.
"iya- nemenin si Solar yang sendirian.. kasiann sampe nangis nangis di rooftop katanya" gelak Taufan seraya merangkul pundak Solar di sebelahnya. Solar yang disinggung pun hanya nyengir dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Entah kenapa membahas kunjungan Voltra tempo hari membuatnya mengingat hal lain. Ia sampai sekarang masih bertanya tanya mengenai perihal tindakan Voltra hari itu. Voltra pun menolak untuk menjelaskan maksud dari perlakuannya pada Solar dan membuatnya diam-diam merasa bersalah pada Taufan.
"eh eh! kalo kalian ga ada acara- kita makan BBQ buffet yuk! aku traktir deh!" Solar mengalihkan pembicaraan untuk mencegah pembicaraan ini berlanjut.
"serius??" netra Taufan melebar seakan tak percaya.
Wajar saja sih, secara Solar dikenal sebagai anak hemat alias ogah men-traktir teman-temannya kecuali dirinya sendiri dan pacarnya.
"ya iyalah! untuk ngerayain hari terakhir sebelum lomba! kau juga Ice- ayo ikut!" ajak Solar.
Ice memandangi dua temannya sejenak, lalu tersenyum tipis "aku nggak ikut deh, Blaze menungguku.." ucapnya.
Solar dan Taufan mengerutkan kening lalu saling bertatapan. Sesaat kemudian, mereka berbalik menatap Ice dengan seringai kecilnya.
"bilang Blaze, jangan kasar kasar! gak tega aku liat kamu pincang-pincang ke sekolah" kekeh Taufan.
Ice auto berpura pura shock.
"K,K-kok kamu tau..." gagapnya.
Sikapnya itu langsung membuat Taufan dan Solar menoyor kepalanya satu per satu. Tapi pelan kok, biar alay nya ke pause aja.
"biasalah! orang hiperaktif kayak Blaze gak mungkin main lembut" Solar menyahut.
Alih alih menentang , Ice lantas mengangguki ucapan Solar.
"emang sih. b*ng*st itu si Blaze. Kasar banget mainnya! tiap hari udah kayak singa kesurupan. Tapi aku suka sih.."
Dan kali ini Solar dan Taufan benar benar berpikir kalau ada sesuatu yang salah dengan Ice. Bisa bisanya ia mengumpat dengan nada datar, bahkan wajah pemuda yang dikenal dingin itu kini menampakan rona merah.
Mereka curiga jangan-jangan otaknya udah dicuci sama Blaze atau Ice yang memang masokis akut. Tapi mereka berusaha untuk tidak berprasangka buruk, apalagi Blaze dan Ice adalah dua sahabatnya yang berharga.
"kalo gitu, aku jalan dulu ya! sampai jumpa besok!" seru Ice selepas membereskan barang-barangnya yang tercecer di meja. Ia melambaikan tangannya pada kedua sahabatnya sebelum berlari keluar ruangan dengan terburu-buru. Entah apa yang memburu-burunya, Solar dan Taufan tak ingin tau.
"gitu ye kalo udah bucin- demi pacar tercinta..traktiran BBQ buffet ditolak" Solar mendengus.
"yaudahlah, sol.. sahabat kita lagi bucin-bucinnya tuh" ujar Taufan seraya menepuk pundak Solar yang terlihat sedih.
Ia tau Solar pasti merindukan pacarnya karena Ia pun tidak berbeda sama sekali. Terkadang ia merasa cemburu melihat Blaze dan Ice yang nampaknya memiliki hubungan yang sangat harmonis. Tidak pernah terpisah jauh, tidak pernah bertengkar, semuanya terasa begitu sempurna.
Namun ia yakin, setiap pasangan memiliki masalahnya sendiri sendiri. Kalau untuk Ice.. mungkin masalahnya adalah pasangannya yang gila seks.
Atau mungkin itu sama sekali bukan masalah bagi Blaze dan Ice yang memiliki stamina ekstra.
"Sudahlah, fan.. biarkan saja mereka. Tunggu anak-anak pulang dan aku kunci pintu, lalu kita--"
Kata-kata Solar terhenti oleh suara ringtone handphone yang tidak familiar memasuki indera pendengarannya. Kemudian ia sadar bahwa itu merupakan ringtone ponsel Taufan setelah sahabatnya itu mengeluarkan ponselnya yang berdering dari dalam sakunya.
"Ringtone apaan tuh wak?? Bahasanya aneh- tapi kok enak??" tanya Solar.
Taufan terkekeh "opening anime, kamu harus nonton Sol! Judulnya.. Yarichin bichi bu 😏 " ia menyeringai.
Solar hanya mengangguk angguk seraya menunggu sahabatnya membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Wajah Taufan mendadak berubah cerah begitu selesai membaca pesan tersebut, ia lalu berbalik menatap Solar dengan sumringah.
"Sol- kak Voltra balik!" serunya.
Netra Solar melebar mendengarnya.
"lah?"
"dia menungguku di rumah!! jadi aku harus balik dulu!!"
Tanpa menunggu Solar mengatakan apapun, Taufan sudah berlari keluar dari ruangan dengan langkah secepat angin. Meninggalkan Solar sendirian disana, bingung dengan keadaan, hingga akhirnya ia menghela kasar dan berbalik untuk mengambil barang-barangnya.
Pada akhirnya ia jadi sendirian lagi.
Terkadang ia merindukan masa-masa dirinya, Taufan, Ice dan Blaze masih jomblo. Mereka menempel sepanjang waktu dan menghabiskan waktu bersama seperti tak ada hari esok. Menikmati masa masa menjadi mahasiswa yang begitu menyenangkan.
Namun sekarang.. rasanya mereka sudah pergi ke jalan masing-masing.
Solar tersenyum sedih.
Setidaknya ia bersyukur bahwa persahabatan mereka masih berjalan walaupun kini semuanya sibuk dengan pasangan masing-masing.
Ia pun bergegas membereskan barang-barangnya dan mengucapkan selamat tinggal pada para anggota yang berjalan keluar.
'bersabarlah sebentar lagi.. Solar.. semuanya akan segera berakhir' batinnya.
'tunggu aku, kak Hali'
***
Tak pernah Taufan berlari secepat ini sebelumnya.
Begitu mendengar bahwa sang kekasih pulang ke rumah untuk satu minggu ke depan karena meeting yang akan diadakan di Pulau Rintis, Taufan langsung bergegas pulang mengendarai sepeda kesayangannya.
Kekuatan cinta dan rindu itu memang luar biasa.
Jarak dari kampus ke rumah yang biasanya ditempuh kurang lebih 30 menit dengan sepeda, kini ditempuh kurang dari 10 menit saking cepatnya Taufan memacu sepedanya.
Beruntung , jalanan tidak begitu ramai hari itu sehingga Taufan tidak harus memelankan lajunya karena mengantri dengan para mobil dan sepeda motor.
Taufan memarkirkan sepedanya dengan terburu-buru, kemudian berlari masuk ke dalam condominium tempatnya dan Voltra tinggal.
Nafasnya memburu saat menaiki lift, namun senyum lebar menghiasi wajah imutnya. Rasanya senang sekali dengan bayangan akan bertemu kekasihnya itu padahal mereka baru bertemu tak lama ini.
Entah mengapa, jantung Taufan berdebar saat ia hendak menempelkan card key nya pada pintu. Ia tau, kekasihnya tak pernah gagal membuatnya berdebar debar, tapi hatinya kini bergetar karena rindu.
Dan ia akhirnya dapat melampiaskan rindu itu.
Sosok Taufan yang masuk ke ruangan itu, disambut oleh sosok Voltra yang berdiri bersandar pada kitchen counter. Ia tersenyum dengan netra ruby yang menyipit seperti anak anjing , kedua lengannya merentang lebar.
"welcome home.. my little kitty.." ucapnya, suaranya terdengar manis.
Rona merah di wajah Taufan tak dapat ia sembunyikan. Netra-nya berkaca kaca melihat pacarnya yang benar-benar berada di depannya. Ia tanpa ragu berlari ke dalam pelukan hangat Voltra, membalas pelukannya dengan erat.
"aku kangen..hiks-" Taufan terisak sembari mengedusi aroma tubuh Voltra yang selalu ia rindukan.
Voltra pun tak berbeda. Ia merengkuh sosok yang lebih mungil darinya itu, mengendusi rambut dan leher Taufan. Aroma bedak bayi familiar yang sangat ia sukai.
"aku juga kangen kamu.. Taufan-ku" kekeh Voltra, memegang kedua pundak Taufan dan mendorongnya pelan "kamu bau keringet! mandi dulu gih!" ujarnya.
"aw?? itu karena aku ngebut dari kampus kesini! kakak gak suka yaa cepet cepet ketemu aku??" Taufan menggembungkan pipinya, kedua lengannya terlipat di dada dan memasang wajah ngambek.
Dan tentu saja, mana tahan sih Voltra melihat wajah ngambek Taufan yang begitu imut di matanya? Ia hanya bisa tertawa lalu kembali menarik Taufan ke dalam pelukannya, dengan gemas mengecupi pucuk kepala Taufan yang masih beraroma bayi walaupun sedang berkeringat.
Ia sendiri tak bisa memungkiri bahwa ia juga sangat merindukan pacar imutnya itu, diam-diam ia senang melihat Taufan juga merasakan hal yang sama dengannya.
'yah..kurasa yang seperti ini juga tidak apa apa..'
***
To be continued.
semangat nico! XD
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro