#1 Awal yang baru
"ya ya ya ya!! Begitulah cerita Solar dan Halilintar! Couple terpanas di Universitas Pulau Rintis!"
Thorn yang sedari tadi berdiri di belakang kamera pun menghampiri pasangan itu dan turut masuk kedalam frame.
"sebelum berakhir, bolehkah kalian menunjukan pose couple imut pada para fans supaya mereka makin tergila gila dengan kalian??"
Solar dan Halilintar hanya berpandangan bingung lalu beralih pandang pada Gempa yang menunjukan pose hati di belakang kamera.
Halilintar pun meniru pose hati setengah yang dicontohkan gempa dan menyodorkannya pada Solar. Diluar dugaan, Solar malah tak membalasnya dan hanya menatap heran pada pacarnya itu.
"kamu ngapain?" kekeh Solar.
"solar—" Thorn mendesis pelan dan melirik Solar tajam "come on! Para fans ingin lebih menggilai kalian"
Solar mengangkat sebelah alisnya "buat apa?"
Thorn merotasikan bola matanya sebelum akhirnya kembali pada kamera.
"ah! Baiklah—kita sudah sampai di akhir video! Kalau kalian gak mau ketinggalan berita-berita panas dan terbaru, jangan lupa untuk subscribe dan nyalakan lonceng di channel ThornGem! Sampai jumpa di video selanjutnya! Bye byee!"
"cut!!" bertepatan dengan itu, Gempa mematikan kameranya. Thorn langsung berbalik memelototi dan memukul bahu Solar.
"Ish Solar!"gak bisakah kamu nurut aja gitu?? Para fans kan butuh bahan buat halu!"
"halu apa??" Solar kembali merangkul pundak Halilintar "kita ini pasangan asli, dan adegan mesra yang kami lakukan itu asli. Kenapa kita mesti jadi bahan halu mereka?"
Thorn lagi-lagi merotasikan bola matanya dan tersenyum simpul "iya iya terserahmu aja deh boss"
Para anggota club lainnya yang bertugas di belakang layar pun turut menyenggol satu sama lain, ikut hanyut dalam keromantisan pasangan itu. Wajar saja, karena couple SolHali adalah couple terpanas di Universitas Pulau rintis saat ini yang bahkan memiliki fanclub sendiri.
Bagaimana tidak? Solar Light dan Halilintar Thunderstorm adalah dua orang paling populer di Universitas Pulau Rintis. Hubungan keduanya awalnya menuai pro dan kontra, terutama dari pihak yang mengincar salah satu dari mereka untuk dijadikan pacarnya.
Namun seiring waktu, orang-orang yang awalnya kontra pun mulai menggilai pasangan itu. Keserasian dari dua orang tampan itu benar-benar membuat orang kehilangan akal.
Oh ya, Julukan SolHali juga pertama dicetuskan oleh ketua fanclub mereka. Siapa lagi kalau bukan Thorn dan Gempa.
Pasangan komedi itu jugalah yang pertama kali merintis fanclub Solar dan Halilintar. Mereka melakukan livestream dan memposting di sosial media tentang pasangan satu ini dan membuat pasangan ini tidak hanya terkenal di kalangan kampus, tapi juga di luar kampus.
Selain itu, mereka juga rajin membuat video tentang kehidupan Solar dan Halilintar sebagai pasangan yang diposting di channel youtube Thorn.
Tak disangka, video-video tersebut mendapatkan banyak sambutan yang membuat subscriber Thorn meningkat dengan cepat.
Seperti halnya hari ini, mereka baru saja menyelesaikan salah satu video yang akan diposting di youtube channel Thorn. Awalnya, Solar dan Halilintar menolak untuk muncul , namun pastinya Halilintar tak dapat menolak permintaan dari sahabat terbaiknya. Hingga akhirnya setelah banyak perdebatan, mereka pun menyetujui permintaan Thorn.
"nanti kalau channelku sukses dan dapet endorsement, aku bakal bayar kalian oke?" ujar Thorn riang.
Gempa yang baru selesai membereskan kamera pun turut bergabung dengan mereka.
"oi Thorn! Kamu harusnya bayar aku! Aku yang jadi cameramen sekaligus editor!" dengus Gempa dengan lengan terlipat di dada.
"aw? Kan aku udah bayar kamu dengan tubuhku , sayang"
Gempa yang tadinya hendak menyahut lagi pun langsung diam mengulum bibirnya. Solar dan Halilintar di depannya hanya menatap jijik pada pasangan komedi ini. Mereka benar benar tak sungkan membicarakan hal-hal intim di depan umum.
"oh ya, besok boleh aku bicara lagi denganmu, Solar? interview kecil-kecilan aja sih.." tanya Thorn.
"eh? tapi kan aku udah ceritain semuanya tadi?" Solar bertanya bingung.
"yakin?" tanya Thorn menyelidik "sebenarnya ada hal lain yang orang-orang penasaran .. tentang..Jennie"
Solar mengenyitkan dahinya "jennie?"
Thorn mengangguk "orang orang banyak yang penasaran.. tentang jennie yang menembakmu hari itu dan kalian yang cukup dekat untuk beberapa lama.."
Ekspresi Halilintar langsung berubah masam usai mendengar itu, ia memalingkan wajahnya ke arah lain berusaha tak memperlihatkan wajah kesalnya.
"Thorn" Gempa menatap tajam kekasihnya itu "siapa bilang mereka dekat, hah? Jennie yang duluan deketin dan godain Solar"
Kesal di wajah Halilintar perlahan memudar. Ia kembali berbalik menatap Solar yang tersenyum kikuk.
"oww..umm.." Thorn mengulum bibirnya, matanya bergerak menatap Gempa dan pasangan itu secara bergantian seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"aku baru inget...belum matiin gas abis goreng telor tadi pagi..haahaha"
"oii! kebakaran dorm nanti! cepetan balik!!" panik Gempa sembari mendorong punggung Thorn menjauh dari sana.
"apinya terbakaar apinya terbakaar!! kak Gempa ayo ayo lets go!!"
Pasangan komedi itupun berlalu dengan heboh, seperti biasa. Orang-orang di sekelilingnya pun sudah tak heran lagi melihat tingkah keduanya.
Solar dan Halilintar pun hanya menatap kepergian mereka sebelum ikut bangun dari tempat duduknya.
"kak, yuk pulang" ajak Solar sembari mengambil tas-nya yang ia campakan di belakang speaker.
"hei Solar.."
Solar berbalik menatap Halilintar yang masih tak bergeming dari duduknya.
"hm?"
"apa maksud Thorn tadi? Bener Jennie menembakmu waktu itu?" tanya Halilintar penasaran.
Solar tertegun sejenak lalu mengangguk kecil "um.."
"apa ada yang gak aku ketahui tentang kalian?" Halilintar bangkit dari duduknya dan menatap Solar dengan mata yang menyipit. Solar terkekeh melihatnya.
"apa yang kamu mau tau, hm?"
⚡☀
"aku tau ini udah hal lama.. tapi aku penasaran aja sama ucapan Thorn tadi.. kamu gak ada bilang apa apa soal Jennie nembak kamu.."
Solar dan Halilintar kini tengah berjalan keluar dari gedung utama dengan Solar yang merangkul erat sang pacar.
Sedari tadi, Halilintar tak berhenti bertanya tentang hal-hal yang membuatnya begitu penasaran dan Solar hanya tersenyum mendengar kekasihnya yang banyak bicara hari ini.
"memangnya bener jennie yang deket-deketin kamu sampe dia nembak kamu?" Halilintar bertanya lagi.
"um- bener.." Solar menjawab singkat.
"kok kamu gak pernah bilang?"
"karena kamu juga gak pernah nanya.."
Halilintar terdiam setelah itu. Ia hanya mengangguk kecil dengan kepala tertunduk seakan tengah larut dalam pikirannya.
Melihat kekasihnya yang nampak gelisah pun membuat Solar tak enak hati. Ia mengelus lembut rambut Halilintar hingga Halilintar menengok padanya.
"Sayang.. yang berlalu biar aja berlalu. Toh itu udah kisah lama.." ucap Solar, tersenyum simpul.
"kak Hali.. kamu adalah pacar laki-laki pertamaku. Aku minta maaf, kalau kadang kadang..aku berbuat kesalahan tanpa kusadari. Tapi percayalah, aku gak pernah ingin menyakiti perasaanmu.. kan kamu tau aku sayang banget sama kamu"
Halilintar yang mendengarnya pun mengulum senyum, lalu mengangguk.
"aku juga minta maaf.. terkadang aku langsung menyimpulkan sesuatu tanpa cari tau kebenarannya dulu.." ucapnya "mulai sekarang.. kalau ada apa-apa, kita harus bicara terus terang. Jangan ada yang ditutup-tutupin!"
Solar mengangguk setuju "umm– baiklah"
"janji?" Halilintar menyodorkan jari kelingkingnya dan langsung dibalas dengan gembira oleh kekasihnya itu.
"janji! eh–"
Getaran handphone di saku Solar menarik perhatiannya. Ia pun merogoh handphonenya dan netra-nya melebar kaget melihat pesan yang muncul pada layar ponselnya.
"astaga! aku lupa! seluruh anggota pemandu sorak disuruh kak Sai kumpul untuk makan siang jam 2 !!"
"eh? tapi ini udah jam.." Halilintar menunjukan jam tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah tiga.
"oi! aku telat! a-aku pergi dulu kak!"
"sebentar Solar"
Solar yang hendak beranjak pun dicegah oleh Halilintar yang langsung memberikan kecupan kecil di pipinya. Halilintar menepuk pundak Solar sambil tersenyum malu-malu.
"a-apa?" Solar menyentuh sebelah bekas ciuman Halilintar tadi dan memasang wajah bingung. Kedua pipinya pun memerah tanpa ia sadari.
"udah sana pergi, telat kan?" Halilintar terkekeh sembari mendorong pelan bahu Solar "aku juga ada latihan sampai sore.. kita ketemu di rumah nanti ya?"
"o-oke.."
Solar melambaikan tangannya sambil memandangi punggung Halilintar yang berjalan menjauh. Halilintar sempat menengok dan tersenyum kecil yang membuat Solar nyaris pingsan terkena serangan hati.
"manis banget ya Tuhan.. pacarku ini.... astaga telat!"
***
"ayo makan makan makan! jangan malu malu! hari ini aku yang traktir! tapi jangan pesen daging, mahal! pesen sayur aja, sehat dan baik buat tubuh!" suara kak Sai yang cempreng itu menggema di sebuah taman.
Para anggota pemandu sorak kini tengah berkumpul untuk makan-makan di restoran outdoor untuk merayakan kelulusan kak Sai sebagai presiden pandu sorak sekaligus menyambut para anggota baru.
Dari kejauhan, nampak Solar berlari sekuat tenaga hingga sampai ke tempat itu dengan nafas sesak seperti akan pingsan. Bagaimana tidak? jarak dari kampus ke restoran itu tidak dekat dan Solar berjalan kaki untuk pergi kesana.
"oi oi oi! kau terlambat tuan pangeran kampus!!" omel kak Sai begitu melihat Solar yang baru sampai.
"maaf..kak.." Solar berkata lirih ditengah nafasnya yang terengah engah. Ia langsung menuju kursi kosong di paling kiri dan hendak duduk disana, namun kak Sai langsung mencegahnya.
"eit– siapa bilang kau boleh duduk, hm?"
Solar yang hendak duduk pun hanya bisa meletakan tas nya disana dan mematung bingung.
"kau membuat kami nunggu lama, jadi kau harus dihukum!"
Solar merotasikan bola matanya malas seakan hal ini sudah bukan sesuatu yang baru. Apalagi kak Sai, si senior songong itu selalu saja mengerjai Solar, menyuruhnya melakukan macam-macam hingga Solar bosan dibuatnya.
"aih kak– kau akan tetap menghukumku walaupun aku tepat waktu juga kan?"
Sai mengangguk semangat kemudian menatap para anggota termasuk para anggota baru satu per satu lalu berseru lantang.
"baiklah semuanyaa! Kakak Solar Light disini adalah pangeran kampus pertama dari club kita dan dia bakal tunjukin gerakan legendarisnya! mau liat nggak??"
"wuoo!!"
Teriakan dan tepuk tangan heboh langsung memenuhi tempat itu, seolah mendukung apa yang dikatakan kak Sai barusan.
"oii kak– aku mana punya gerakan legendaris??" protes Solar.
"jangan ngeles kamu! bangun bangun bangun!!"
"bangun! bangun!"
"kalo gitu sini kakak lakuin bareng aku!!"
Solar dengan tak tau dirinya mencoba menarik tangan sang senior yang langsung ditepis olehnya.
"ngga ngga! apaan! kau yang telat aku pula yang ikut joget?? cepat cepat semuanya menunggu!"
"hadeh iya iya deh"
Solar akhirnya menyerah dan berdiri dari kursinya disambut dengan tepuk tangan riuh seluruh anggota club, tanpa menyadari bahwa dari kejauhan Halilintar, Gempa dan Thorn yang hendak pergi ke club musik secara kebetulan melewati kawasan itu.
"Aku Solar! The chic chic guy! aku tampan dan aku lucu! aku bisa jadi Top, aku bisa jadi bottom! I like to strike hard! hiyaa!"
Solar melakukan yel-yel itu dengan nada lantang sambil bertingkah lucu. Ia menutupi selangkangannya dan menyentuh bokongnya sendiri lalu menendang kursi didepannya dengan kuat hingga nyaris terguling persis seperti pria mesum.
"lagi lagi! buat lebih keras!"
"hiya!!" Solar menendang kursi itu lebih keras lagi dan semua orang yang ada disana langsung tertawa dan bertepuk tangan riuh.
Halilintar yang sedari tadi berdiri tak jauh dari sana hanya geleng geleng dengan seringai tipis di wajahnya.
"aku ga bisa denger kamu"
Ucapan Halilintar barusan membuat Solar, Sai dan seluruh anggota kelompok menoleh serentak kearah trio itu. Seperti biasa, Sai dan para anggota langsung heboh melihat sosok Halilintar, sedangkan Solar hanya tersenyum canggung.
Wajahnya memerah malu menyadari bahwa ia melakukan gerakan itu didepan kekasihnya. Benar benar memalukan!
"aih, kamu ngapain disini??" tanya Solar.
Halilintar hanya senyum senyum menatap Solar hingga membuat sang pacar tersipu malu. Sedangkan Sai dan anggota lain? Tak usah ditanya, mereka sudah hampir pingsan melihat senyuman manis Halilintar yang terbilang langka itu.
"tarian apaan tuh?? kayak tarian bocah deh.." komentar Gempa.
Solar merotasikan bola matanya, malas menanggapi komentar senior satu ini yang kalau bicara selalu ceplas ceplos. Biasalah..namanya juga Gempa.
"ahh aku tau! kau malu kan, Sol?? tenang tenang– ada backup mu disini" Gempa menepuk pundak Halilintar, membuatnya menoleh kearahnya.
"Hali..kalau kau suka padanya, menarilah bersamanya"
"oh! sempurna!" Thorn memekik dan mengangguk setuju.
Solar pun mengangguk angguk puas sambil tersenyum nakal. Sedangkan Halilintar menatap panik pada Gempa dan Solar.
"a-aku kelupaan handphoneku di kelas.." Halilintar yang hendak berbalik langsung ditahan dan diseret oleh Gempa mendekati Solar yang berdiri menunggu sang kekasih.
Kedatangannya sekali lagi disambut dengan tepuk tangan dan sorak sorai para anggota club.
"sini sini sayang~" Solar menarik tangan Halilintar untuk berdiri disampingnya. Gempa dan Thorn di pinggir pun menyemangati dengan heboh yang membuat Halilintar semakin malu karenanya.
"aku pergi dulu.." Halilintar lagi-lagi mencoba berbalik arah dan pergi namun tangannya tersangkut. Ia lupa bahwa Solar menggengam tangannya sedari tadi.
"mau kemana sayang? kita belom selesai loh, mulai aja belom" kekeh Solar "ikutin aku ya?"
Solar melepaskan genggamannya lalu mulai bergaya seperti di awal pose tadi dan mengisyaratkan Halilintar untuk meniru posenya.
"aku Solar! The chic chic guy! aku tampan dan lucu–" ucapan Solar terhenti begitu menyadari Halilintar hanya mematung bingung.
"come on, kak.. yang lucu dong" Solar membuat gerakan-gerakan lucu di hadapan Halilintar dengan harapan akan ditiru olehnya, namun Halilintar tetap tak bergeming.
"ikutin aku, atau kucium?"
Bush!
Wajah Halilintar langsung berubah semerah tomat mendengar ucapan Solar barusan, sedangkan Sai dan yang lainnya memekik tertahan mendengar godaan Solar yang blak-blakan itu.
"aku Solar! The chic chic guy!" Solar kembali mengulang yel-yelnya itu dan kali ini Halilintar mau tak mau pun mengikutinya, walaupun masih malu-malu dan canggung.
"aku tampan dan lucu!"
Melihat Halilintar yang kaku seperti robot, membuat Solar semakin gencar menggodanya.
"aku lucu! lucu~ lucu kan? lucu kak! ayo kak~"
Gempa dan yang lain tergelak melihat Halilintar mulai berjoget mengikuti gerakan Solar dengan mempertahankan ekspresi datar di wajahnya.
"aku bisa jadi Top! bisa jadi bottom! I like to strike hard! haa!!" Solar menendang kursi di depannya diikuti oleh Halilintar yang meniru gerakannya.
Tepuk tangan riuh dan tawaan keras menghiasi tempat itu kecuali Halilintar yang nampak loss dengan keadaan saat ini. Sepertinya ia baru saja menyesali pilihan hidupnya.
Solar disampingnya pun tersenyum lebar melihat wajah imut Halilintar yang langsung dibalas dengan tatapan tajam oleh sang pacar.
"apa senyum senyum??"
"aw~" Solar terkekeh lalu menepuk kepala Halilintar "aku senyum buat pacarku yang imut ini"
"uwiiii~ suit suit!"
"liat liat kepalanya dielus!"
Halilintar menepis lembut tangan kekasihnya dan memalingkan wajahnya kearah lain. Lebih tepatnya ia menyembunyikan wajahnya yang memerah malu.
Puas dengan pertunjukan yang disuguhkan pasangan itu, Sai akhirnya menyuruh mereka untuk duduk dan makan bersama.
Akhirnya rencana Halilintar pergi ke club musik pun batal dan mereka bertiga malah duduk bersama sama dengan para anggota club pemandu sorak.
***
Satu jam pun berlalu dan acara makan-makan pun hampir berakhir. Hampir semua anggota juga sudah pergi setelah berpamitan, menyisakan Solar, Sai, serta trio yang seharusnya pergi ke club musik tersebut.
"hey, Hali. Kau jadi latihan nggak hari ini?" tanya Gempa.
"kayaknya nggak..udah sore, Gem. Besok aja ya?"
Gempa merangkul Thorn disampingnya lalu mengangguk setuju. Ia kemudian melirik Solar yang nampaknya tengah membicarakan sesuatu dengan Sai.
"yuk balik" ajak Gempa.
"kalian duluan aja, aku nungguin Solar"
Pandangan Halilintar pun beralih pada Solar yang terlihat membicarakan sesuatu yang cukup serius dengan Sai, terlihat dari gerak gerik dan mimik wajahnya. Hal itu membuat Halilintar penasaran tentang apa yang mereka bicarakan.
"nanti kabarin aku ya, Sol.. tapi aku berharap banget loh, aku gabisa mikir yang lebih baik selain kamu" ucap kak Sai sebelum mereka akhirnya berdiri dan bersiap pergi.
Solar hanya mengangguk kecil "iya kak.. besok aku kabarin deh"
"kutunggu ya!"
Dua orang itu pun saling melambaikan tangan sebelum berpisah satu sama lain. Sai pergi untuk membayar ke kasir sedangkan Solar menghampiri Halilintar yang sudah menunggunya.
"yuk pulang"
***
Malam itu, Halilintar baru saja selesai memasang sprei di kasur milik mereka berdua.
Fyi, mereka hanya memiliki 1 kasur double di tempat tinggal baru mereka. Hal itu tak masalah, karena mereka sendiri tidak keberatan tidur di kasur yang sama. Lagipula dengan status mereka yang sekarang, tak ada salahnya kan?
Mereka biasanya bergiliran mengganti sprei dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Karena masing-masing memiliki kesibukan, weekend menjadi hari yang tepat untuk bersih-bersih. Walaupun tetap saja lebih banyak Halilintar yang mengerjakan.
"nih.."
Solar memberikan dua sarung bantal berwarna merah pada Halilintar yang langsung dikembalikan oleh sang empu.
"Sol– sprei kasur kita kan coklat? masa sarung bantalnya merah? ambil yang coklat dong" ujarnya.
"tapi aku suka warna merah kak.." balas Solar dengan wajah memelas.
"jangan bohong, warna favoritmu kan putih. Udah ganti buruan!"
"heeh..pacarku tau banget warna favoritku.." godaan Solar itu membuat pipi Halilintar merona merah.
"i-itu karena kamu sering bilang!" kilah Halilintar sambil memeluk erat bantal yang ia pegang dan membuatnya semakin terlihat menggemaskan.
"iya iya deh aku tau kamu bucin banget sama aku, sayang"
"ih pede banget!"
Halilintar berniat menimpuk Solar menggunakan bantal yang ia pegang namun refleks Solar yang jago beladiri itu jauh lebih cepat. Ia menangkap bantal itu padahal posisinya sedang membelakangi Halilintar.
"bandel ya, hukum nih!"
"hahahaha jangan!!"
Halilintar langsung melompat turun begitu Solar mengejar untuk menggelitikinya. Halilintar memang paling sensitif dan gelian, karena itu Solar senang menggoda dengan geletikan mautnya kalau-kalau gledek merah miliknya itu sedang nakal.
"mari sini kauu!!"
"week!! nggak dapat!!"
Setelah sekian lama saling mengejar dan menggelitik, akhirnya kedua insan itu tumbang di kasur mereka sendiri karena kelelahan.
Nafas mereka terengah engah seperti habis marathon 5 km. Mereka pun saling bertemu pandang dan tertawa melihat wajah dan rambut mereka yang berantakan dan berkeringat.
"oiya ngomong ngomong.." Solar membuka pembicaraan setelah nafasnya membaik "tadi kak Sai ada minta sesuatu ke aku.."
"kak Nico (senior) juga ada minta sesuatu padaku.." sahut Halilintar.
"kalau gitu kamu duluan deh"
Halilintar menghela nafas "kak Nico lulus tahun ini, dan dia udah gak bisa handle club musik lagi. Jadi..dia minta aku buat jadi ketua" ujarnya.
"kamu pula?" Halilintar melirik Solar disampingnya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang sama "Sai minta kamu jadi ketua club pemandu sorak kan?"
"Hah?? B-bagaimana kau.."
"Liat mukamu aja aku udah tau, Solar.." kekeh Halilintar "tapi mukamu bilang kalo nggak cuma itu yang mau kamu katakan.. ngaku! ada yang lain kan??"
Solar tersengih lalu mengangguk. Ia meraih pinggang ramping kekasihnya dan menariknya mendekat.
"sebenernya.. aku gak setuju gitu aja buat jadi ketua, aku minta sesuatu yang lain sama kak Sai.."
"sesuatu apa?" tanya Halilintar penasaran.
Solar menelan ludah, menatap lekat pada Halilintar di depannya.
"aku..gak yakin kamu bakal setuju sih. Tapi aku berharap kamu setuju.."
"duh, gausah muter-muter deh.. langsung ke intinya aja" dengus Halilintar tak sabar.
"Aku minta kak Sai buat masukin kamu ke club pemandu sorak buat jadi sekretarisku..hehe"
Netra ruby itu membelalak kaget
"HAH??"
"A-abisnya! kalau aku jadi ketua pasti bakalan sibuk banget! dan..dan aku gak mau pisah lama lama dari kamu.." rengek Solar sambil memeluk manja dan menyenderkan kepalanya pada dada Halilintar.
"mau ya?"
"Duh, Solar! kamu kok seenaknya gitu sih?? terus club musikku gimana??" protes Halilintar tak terima dengan keputusan semena-mena yang dibuat Solar tanpa memikirkan dirinya.
"gini aja! aku bakal bantuin kamu di club musik dan kamu jadi sekretarisku di club pemandu sorak! jadi kita bisa sama sama terus!"
Halilintar mengernyitkan alis melihat Solar berkata dengan mata berbinar-binar seperti anak anjing. Alih alih imut, itu malah membuat Halilintar bergidik ngeri.
"haah..kamu ini kenapa.." Halilintar mulai menampilkan senyum kecilnya sambil menepuk-nepuk kepala Solar. Batu sekeras Halilintar pun bisa melebur juga saat bersama dengan orang yang ia sayangi.
"kita kan udah banyak kehilangan waktu bareng bareng.." Solar menggumam sedih "karena kita gak bisa sama sama di kelas.. setidaknya kupikir kita bisa sama sama di club.."
"tapi pasti susah untuk imbangin waktu antara dua club kita, Solar.. gimana kalo dua club punya jadwal bersamaan?"
"Di saat itu kita pisah sebentar, terus reunite lagi!" jawab Solar semangat dan tambah membuat Halilintar kebingungan karenanya.
"Ayolah sayang..masa kamu gak mau bareng-bareng sama pacarmu yang tampan dan lucu ini?" rayu Solar.
"hmm.." Halilintar terlihat berpikir ragu sambil sesekali melirik Solar yang berbinar binar. Ia tidak ingin mengecewakan kekasihnya tapi di sisi lain ia juga memikirkan nasib club musik miliknya.
Larut dalam pemikiran mendalam, membuat Solar geram karena Halilintar mendiamkannya. Ia lantas mendorong Halilintar dan menukar posisinya menjadi menindih kekasihnya.
"kamu ngapain? hm?"
Mereka saling bertukar pandangan dan senyum. Halilintar sendiri udah gak kaget dengan perilaku Solar yang tiba-tiba begini, lebih tepatnya sih sudah terbiasa.
"ngetes sarung bantal kita.." Solar tersenyum simpul "lembut ya, kayak biasa.."
Halilintar mengangkat sebelah alisnya "sarung bantal? oke– kalo gitu aku pergi.."
Pergerakan Halilintar langsung dihentikan oleh Solar yang menahan bahunya. Solar mulai menatap Halilintar dengan pandangan genit.
"begini aja, kalo kamu bingung.. biar aku bantuin kamu milih.." ucap Solar seraya mengelus lembut pipi tembam Halilintar.
"pilih nomor 1 ..atau 2?" tanyanya.
Halilintar merotasikan matanya, lalu terkekeh pelan "kalau aku pilih 1 .. aku jadi sekretarismu.."
Solar mengangguk angguk.
"kalau aku pilih nomor 2 .. sekretarismu itu aku"
Solar mengangguk lagi, ia tersenyum puas.
"aku pilih yang manapun, intinya aku bakal tetep jadi sekretarismu kan?"
"anak pinter.." Solar tersenyum puas, ia mengelus elus pipi Halilintar penuh kasih sayang "pacarnya Solar Light.."
"aih.. dasar curang.." dengus Halilintar.
"jadi gimana? yes or no?" tanya Solar lagi, mulai melepaskan kacamata kebanggaannya dan mendekatkan wajahnya pada sang kekasih.
"fine– its a yes!" jawab Halilintar tanpa kehilangan senyumnya.
Terkadang punya pacar seperti Solar membuatnya naik darah, tapi entah kenapa ia tak pernah bisa marah dengan pacarnya itu.
"jadi.. haruskah sekretaris mulai kerja sekarang?" sebelah alis Halilintar terangkat, seperti sedang menggoda.
Kalau Solar, gak usah ditanya. Ia menyeringai melihat ekspresi Halilintar yang menggodanya.
"huh– jangan menyesal nanti kamu~ my little pikachu"
Usai mengatakan itu, Solar langsung menutup jarak diantara kedua wajah mereka.
To be continued.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro