Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#0 Satu Tahun Kemudian

Hai :3
Malam minggu adalah waktu terbaik untuk meng-upload~

Cerita yang udah lama kujanjikan akhirnya bisa ku up juga~

Semoga suka yaa!
Ayo kita membucin lagi!

Happy reading!

.

.

.

.

.

⚡☀⚡☀

“halo semuanya! Mr.Handsome Solar light kembali!! Dan juga bersamaku kekasih hati jiwa raga jantung hati darah liver–”

“hey!!” 

Ucapannya dipotong oleh Halilintar yang langsung meneplok wajah Solar dengan tangan.

Kamera yang ada di depan mereka pun auto dimatikan dan Thorn yang ada di belakang layar pun menghampiri mereka. 

“kak Hali kenapa??” Thorn bertanya bingung. 

“ini nih si narsis! berlebihan banget!” Halilintar memprotes. 

Solar mengangkat sebelah alisya. Ia lantas mendekatkan wajahnya pada Halilintar lalu menyeringai tipis.

“berlebihan.. tapi, kau suka kan?”

Solar mencolek pipi Halilintar yang memerah dan langsung ditepis lembut oleh sang pacar. 

“s-siapa bilang!” 

Rona merah di wajah Halilintar semakin menjadi jadi. Hal itu membuat gemas hampir seluruh anggota club yang berkumpul di ruangan itu, apalagi Solar yang rasanya sudah ingin menyantap Halilintar di tempat.

“haah– oke oke aku akan serius” ucap Solar akhirnya setelah menyadari Halilintar yang mulai kehilangan mood-nya.

Padahal ia tau kru di belakang kamera termasuk Thorn dan Gempa bekerja keras mempersiapkan semuanya untuk mereka. 

“oke! kita mulai take lagi ya!

-Tiga..dua..satu!”

“hai semuanya! Mr.Handsome Solar Light disini! dan pacarku tercinta–” 

“H-halilintar thunderstorm..” wajah Halilintar memerah malu begitu Solar merangkul pundaknya dan menariknya mendekat. Kedua netra itu saling bertemu sebelum Solar melanjutkan kata-katanya. 



“mau tau kisah awal kami ketemu?” 





☀⚡☀⚡

“Semuanya dimulai saat masa orientasi.. saat itu aku Solar Light yang tampan ini maju menentang senior garang yang seenaknya mengancam para freshmen–” 

Netra ruby itu memelototi Solar seolah siap menembaknya dengan laser.

“waktu itu, ada seorang anak hijau yang menyukaiku karena sikap kerenku saat di aula.. aku menolak dan menghindarinya berkali kali, tapi dia masiihhh saja mengejarku!” 

Kali ini giliran Thorn yang berdiri dibelakang Gempa, ikut memelototi Solar.

“jadi suatu hari– teman-temanku mengusulkan untuk mencari pacar pura-pura, dan aku memintanya untuk jadi pacar pura-puraku agar anak itu berhenti menggangguku..sayangnya..” 

Solar melirik Halilintar

“bukan hanya ditolak, aku juga dapat extra bogeman mentah di wajah tampanku ini”

“tapi..bukan Solar Light namanya kalo langsung nyerah gitu aja. Aku kebetulan dipilih sebagai perwakilan kandidat pangeran kampus dan akhirnya aku berlatih dan bekerja keras untuk memenangkan kontes itu, dan demi dia..” 

Kedua pipi Halilintar kembali merona menyadari Solar yang sedari tadi tak dapat berhenti menatapnya. 

“awalnya..kukira hubungan kami akan tetap jadi hubungan pura-pura hingga akhir. Tapi ternyata aku tau kalau pacarku ini sudah menyukaiku sejak lama..”

“umm– aku menyukainya dan menunggunya selama dua tahun penuh, aku bahkan tak tau kalau ternyata aku benar benar akan bertemu dengannya lagi” sambung Halilintar. 

“Banyak hal..banyak sekali yang terjadi.. sampai akhirnya aku menyadari perasaanku yang sebenarnya, dan sekarang..” 

Halilintar tersenyum malu saat Solar menepuk dan mengelus lembut kepalanya “orang ini.. sudah jadi milikku”

“kita sudah pacaran lebih dari selama setahun penuh yang diperingati pada hari ini..” Halilintar tersenyum menatap Solar

“setelah pertimbangan panjang, kami akhirnya pindah bersama ke sebuah apartemen yang dekat dengan kampus”

“karena kami yang sangat sibuk akhir-akhir ini, terutama aku yang sudah duduk di tingkat akhir dan sedang mempersiapkan untuk tugas akhir ditambah kegiatan club yang nggak ada habisnya..”

“karena itu banyak sekali hal yang berubah..”








⚡⚡⚡







“uwih! ini gitar yang udah lama kuincar! kok bisa dapet sol??”

Halilintar memekik girang memeluk gitar klasik pemberian Solar. Sedangkan Solar di sebelahnya juga tengah memeluk speaker besar yang dihadiahkan Halilintar padanya.

“kau suka?” tanya Solar.

“hu’um!”

“aku juga suka~”

“speaker-nya?”

“kamu~”

Halilintar tersengih malu dan kembali fokus pada gitar di tangannya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Di sisi lain, Solar juga nampak bahagia dengan hadiah yang ia dapat karena sekarang ia bisa menyetel banyak musik untuk menemani latihannya sebagai asisten ketua club pemandu sorak.

Tapi tentu saja, ada momen manis..ada juga momen yang..hmm..



Misalnya ini.


“solaaaar!! liat keranjang laundry ku nggak??”

Halilintar yang baru keluar kamar tau-tau berteriak, ia menghampiri Solar yang tengah memasukan baju-bajunya ke dalam mesin cuci.

“nih– ada sama aku” jawab Solar enteng sembari menunjuk keranjang merah yang ada disampingnya.

“oii– kok kamu pake punyaku?” protes Halilintar.

“yahh kan kita tinggal bareng sekarang– jadi kamu pake punyaku aja ga masalah kok!”

“ohh gitu! gitu yaa??” Halilintar mengambil selembar kaos dari keranjangnya yang diputar putar lalu memukul bokong Solar cukup keras hingga sang empu nyaris membentur mesin cuci.

PLAK PLAK!!

“adaw!! aduh!! kamu ngapain??”

Halilintar tertawa keras sambil terus memukul-mukul bokong Solar dimana Solar langsung bergegas berbalik arah dan mengejar kekasihnya itu tanpa ampun.





dan ini..



“kaak aku gak mau makan makanan instan, tinggi sodium! nanti aku jadi gendut!” Solar protes begitu melihat dua box makanan instan yang baru saja dikeluarkan Halilintar dari microwave.

Halilintar sebenarnya pinter masak kok. Biasanya dia masak saat makan malam kalau gak capek. Tapi saat sarapan, karena males dan diburu waktu, biasanya mereka makan makanan instan yang tinggal dipanaskan.

“ish! jangan banyak protes! kita harusnya bersyukur bisa ada makanan di meja” balas Halilintar seraya menaruh dua box itu di meja makan.

Solar mendengus “hmp– dulu..kamu selalu masakin aku kari dan ayam panggang kesukaanku”

“mau makan apa nggak?”

Melirik Halilintar yang mulai ngambek membuat Solar tersenyum simpul.

“iya sayang!” jawabnya.










“sayang! kamu liat sosisku?”

Solar yang tengah mengubek ubek kulkas bertanya pada Halilintar yang sedang makan di meja makan.

“dimana ya?? kayaknya kemarin aku taroh disini deh..”

“sosis yang kecil dan pendek itu?”

Solar mengangguk.

“yaa ada disitu, Sol” Halilintar mendongak seakan tengah menunjuk pada sesuatu.

“dimana?”

“dibalik celanamu”

Sesudah mengatakan itu, Halilintar hanya melirik Solar dengan tatapan mengejek.

Ekspresi itu sangat menyebalkan di mata Solar, namun di sisi lain itu terlihat menggemaskan sehingga membuat Solar tak bisa marah.

Solar berjalan kesana kemari sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Netra silvernya melebar saat melihat Halilintar dengan santainya tengah mengunyah sosis yang ia pegang ditangannya. Ia memekik girang karena kelezatan makanan itu.

“yah! kak Hali kau!”

Solar langsung menerjang Halilintar yang berusaha mengangkat sosis yang tinggal separuh itu setinggi mungkin.

Ia tertawa tanpa dosa melihat ekspresi kesal kekasihnya itu.

“gak boleh! ini punyaku sekarang!” kekeh Halilintar , menepis tangan Solar yang hendak meraih sosisnya.

“muntahin!”

Halilintar menjulurkan lidahnya, menunjukan isi mulutnya yang kosong karena sosis yang sudah tercerna ke tenggorokannya.

Tak tahan melihat kekasihnya yang imut, Solar pun terpancing dan langsung nyosor menyambar bibir ranum Halilintar.

Halilintar awalnya berusaha mendorong Solar , wajahnya pun sudah blushing tak karuan. Namun Solar malah memperdalam ciumannya yang akhirnya membuat Halilintar tewas karenanya.

‘hum- tak dapat sosis..dapat ini pun jadilah’ batin Solar kesenangan.







***


“Kadang kadang aku berpikir.. kalau pasangan lainnya juga seperti kita..”






🌪🌪🌪


“kaak voltraaa!!”

Taufan yang baru kembali dari ruang laundry tiba-tiba saja berteriak membangunkan Voltra yang tadinya masih tertidur lelap. Voltra lantas meloncat bangun karena kaget mendengar teriakan nyaring itu.

“ha-hahh? apa??” tanya Voltra masih sempoyongan dan setengah sadar saat ia keluar dari kamar.

“udah berapa kali aku bilang kalo nyuci baju putih dibalik dulu! tuh kan kena lunturan baju hitam!” Taufan mengomel sembari menunjukan baju putih di tangannya yang sedikit berubah warna akibat lunturan dari baju hitam yang baru dibeli Voltra.

Voltra hanya tersengih sambil garuk-garuk kepala “hehe.. maaf.. aku lupa..”

“terus liat! kan aku bilang kalo nyimpen tissue di kantong celana itu jangan lupa dikeluarin! liat nih!”

Taufan menunjukan celana jeans kepunyaan Voltra yang dipenuhi remahan tissue putih yang tercuci bersama.

“iya iya, maap pan.. kakak lupa” ujar Voltra dengan bibir mengerucut.

“nih kak, bersihin dulu. Terus bantuin aku lipet baju-bajunya”

Voltra mengangguk lemah lalu mengambil celana jeans yang disodorkan Taufan. Saat Taufan berbalik, Voltra diam-diam mencibir kearahnya.

“dasar Halilintar kedua.. gak adek, gak pacar.. sama ribetnya”

“apa kau bilang??” Taufan tiba-tiba berbalik dan Voltra langsung panik dibuatnya.

“n-nggak kok sayang! kubilang iya biar aku bersihin dulu–” kilah Voltra berkeringat dingin melihat tatapan tajam dari pacarnya itu.

Taufan menyipitkan matanya, menatap lama Voltra sebelum akhirnya mengangguk sambil tersenyum simpul.
Saat Taufan berbalik lagi, Voltra kembali mencibir sang kekasih.

‘nasib betul pacaran sama budak ni… untung sayang’




‘kira kira pasangan yang lain.. gimana ya’






💧🔥🔥💧







“huwaaa!!! Ice!!”

Suasana dorm di pagi hari sudah dihiasi oleh suara lengkingan dan kegajean dari salah satu kamar di paling ujung.

Blaze yang baru bangun tidur tiba-tiba berteriak dan menangis , mengagetkan Ice yang baru keluar dari kamar mandi.

“apaan sih berisik pagi-pagi dah” keluh Ice dengan handuk tersampir di bahunya, menandakan ia baru saja selesai mandi.

“Ice jahaat! tanggung jawab!!”

Ice menaikan sebelah alisnya

“kenapa?”

“harusnya kan Blaze yang diatas semalem tapi Ice curang! sekarang Blaze jadi gabisa berdiri! kan udah janji mau ganti-gantian!!  huweee!!”

Blaze mengomel sambil meraba raba bagian punggung dan bokongnya yang nyeri, sedangkan Ice hanya terkekeh sebelum kembali membaringkan tubuhnya di samping Blaze yang tengah mengamuk.

“iya iya sori, siapa suruh kau membuat wajah menggemaskan itu kemarin? kan aku jadi gak tahan liatnya” balas Ice santai. Ia kembali membenamkan dirinya di dalam selimut tebal itu.

Netra Blaze melebar menyadari Ice sudah hendak kembali ke alam mimpi, ia langsung mengguncang guncang tubuh Ice sebelum matanya tertutup rapat.

“Ice ice jangan tidur! Blaze mau ke toilet– gabisa berdiri..”

Blaze jawdrop melihat Ice yang tau-tau sudah mendengkur dengan mata tertutup rapat. Udah gitu Ice paling susah dibangunin pula kalau udah terlanjur tidur, Blaze mau nangis ajalah.

“huweeeee! nasib Blaze gimana inii!!”





***




“menurutku, berkencan itu hanyalah permulaan.. masih banyak hal yang gak kita duga, akan terjadi kedepannya”

“tapi asalkan kita saling menggengam tangan masing-masing, apapun yang akan terjadi..kita pasti bisa melewatinya”


because we’re together , and still 2gether







☀ ⚡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro