BAB 7
Hal gila terjadi sore ini. Kyungsoo menyila kedua lengannya dengan tatapan marah melihat apa yang tengah di lakukan tetangga menyebalkannya. Tanpa sopan santun; Jongin datang menerobos masuk rumahnya lalu mulai mengacak lemari pakaiannya. Sekarang apalagi yang diinginkan pria itu darinya?
"Apa kau tidak pernah tahu apa itu mode?" tanya Jongin selagi mengacak pakaiannya. "Semua pakaianmu terlihat sangat tua. Kapan terakhir kali kau membeli pakaian baru?"
Rasanya Kyungsoo ingin mengamuk saat ini. Menendang pria itu jauh-jauh lalu membakar habis mulutnya hingga ia tidak bisa bicara lagi. Cukup dia mengacak kamar apartemennya saat ini. Namun ia membenci bila Jongin masih terus menghina pakaiannya. Selera berpakaian Kyungsoo tidak seburuk apa yang dipikirkan Jongin.
"Sebenarnya apa maumu?" tanya Kyungsoo.
Jongin berbalik dan Kyungsoo merasa heran bagaimana bisa Jongin masih memasang ekpresi tanpa rasa bersalah seperti itu. Hari ini ia cukup tenang karena selama seharian pria itu tidak mengganggunya. Bahkan Kyungsoo sampai merasa bersalah karena telah melarang Jongin memasuki apartemennya. Tetapi dugaannya ternyata salah. Pria itu masih tetap sama. Menyebalkan.
"Panggil sahabatmu itu," titah Jongin membuat Kyungsoo mengernyit tidak mengerti. "Panggil Baekhyun, kau memiliki nomornya kan?"
Kyungsoo mengernyit. Bukannya meminta maaf atau menjawab pertanyaannya. Jongin malah menyuruhnya untuk memanggil Baekhyun. Apa dia masih belum puas mengacaukan apartemennya sehingga kini ia mencari sasaran lain untuk menjadi korbannya. Tidak, tidak akan. Ia tidak mau Jongin memperlakukan Baekhyun seperti kemarin.
"Aku tidak mau," jawab Kyungsoo ketus.
"Ya Tuhan.. panggil sekarang atau aku akan membakar semua buku-bukumu!"
Kyungsoo terbelalak ketika ia melihat Jongin telah menunjuk buku-bukunya yang terpajang di rak. Tatapannya tajam mengartikan dia tidak main-main dengan ancamannya. Kyungsoo bergidik mendapati tatapan itu. Membuatnya kini terpaksa harus kembali mengalah dan menuruti perintah Jongin.
Ia menghentakkan kakinya berjalan dengan marah. Langsung meraih ponselnya dengan tatapan yang masih tidak lepas memerhatikan Jongin dengan tajam. Bahkan pria itu berani membalas tatapannya dengan tak kalah tajam.
Suara sambungan itu terhenti digantikan suara Baekhyun yang mengangkat panggilannya. Kyungsoo langsung mengalihkan perhatiannya dengan Jongin. Menyembunyikan nada kekesalannya saat ini dari Baekhyun.
"Halo, Baekhyun. Maaf aku mengganggumu, kau tidak tengah sibuk kan? Aku-"
Kyungsoo bahkan belum menyelesaikan kalimatnya karena dengan tiba-tiba Jongin menarik ponselnya. Mengambil alih panggilannya yang kini hanya dia dan Baekhyun saja yang berbicara. Kyungsoo menggeram-lagi-pria ini bersikap semaunya sendiri.
"Kuharap aku tidak mengganggumu. Bisakah kau datang ke apartemen Kyungsoo dan membawa beberapa gaun kesini? Tidak ada penolakan karena aku membutuhkanmu segera!" Ucapnya tegas yang langsung menutup panggilannya secara sepihak tanpa memberi kesempatan Baekhyun untuk bertanya.
Kyungsoo yakin Jongin terbiasa memerintah orang lain semaunya. Hanya saja saat ini Kyungsoo berharap Jongin tidak melakukan hal macam-macam kepada Baekhyun. Lagipula untuk apa pria itu menyuruh Baekhyun kesini, membawa gaun dan mengatakan bahwa ia membutuhkannya. Atau jangan-jangan selama ini Jongin bukan membencinya melainkan sebaliknya. Apa mungkin Jongin menyukai Baekhyun? Ia menggeleng. Tidak percaya dengan apa yang telah dipikirkannya.
Jongin kembali memberikan ponsel yang tadi digunakannya. Kyungsoo menerimanya tanpa berkomentar sedikit pun. Ketika Jongin langsung melangkah menuju pintu keluar. Ia merasa cukup lega karena akhirnya Jongin meninggalkan kamarnya. Tetapi pria itu malah berbalik dan mengacungkan telunjuknya ke arah Kyungsoo.
"Jangan pergi kemanapun sampai Baekhyun kesini!"
Bahkan Kyungsoo belum sempat menanggapi ucapan Jongin ketika pria itu langsung keluar meninggalkan apartemenya. Heh? Siapa dia berani menyuruh-nyuruhnya seperti itu? Jika dia memang menunggu atau menyukai Baekhyun. Jongin seharusnya tidak melibatkannya juga. Tetapi kenapa kini perasaannya terasa aneh?
***
Jongin terus mondar-mandir tepat di depan pintu kamar apartemen Kyungsoo. Ini adalah hal terbodoh, hal tergila, hal yang paling tidak masuk akal baginya. Kenapa ia harus melakukan ini semua? Ah sial!
Ia terus mengerang selagi ia menunggu kedatangan Baekhyun. Satu yang ia harapkan saat ini bahwa Baekhyun segera datang agar ia tidak terlambat untuk segera pergi menuju acara perjamuan makan malam. Ia mendesah selagi jarum jam telah menunjukkan pukul lima sore dari jam tangannya. Hari ini hari libur kan? Kenapa gadis itu lama sekali untuk datang?
Hampir gila bagi Jongin untuk menunggu kedatangan gadis itu. Ketika derap langkah kaki mengusik telinganya. Saat itulah Jongin bisa menghembuskan napasnya lega. Kedatangan Baekhyun yang telah membawa beberapa kantung paper bag di tangannya meberinya kebahagian tersendiri saat ini. Setidaknya Baekhyun membawa apa yang ia butuhkan sekarang.
Jongin masih bisa melihat raut keraguan yang tersembunyi dari wajah gadis itu. Namun Jongin bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menyapanya. Karena setelah itu ia langsung membuka pintu kamar apartemen Kyungsoo dan mendorong Baekhyun untuk masuk bersamanya.
Kyungsoo tersentak dengan kedatangan Jongin dan Baekhyun yang tiba-tiba. Kyungsoo langsung berlari menarik Baekhyun dan menyembunyikan gadis itu di balik tubuhnya. Seolah ia takut bahwa Jongin akan melakukan suatu tindakan buruk kepada sahabatnya. Jogin membalasnya dengan sebuah decakan kesal namun Kyungsoo tak menanggapinya. Kini ia beralih menghadap Baekhyun. Meraba tubuhnya yang tertutupi coat tebal.
"Baekhyun kau tidak apa-apa kan? Kau baik-baik saja kan? Jongin tidak melakukan apapun kepadamu?" Kyungsoo bertanya dengan nada khawatir.
Jongin berdecak. "Memangnya apa yang mau aku lakukan kepada sahabatmu itu huh?"
Kyungsoo menoleh dan menunjukkan tatapan kesalnya kali ini. "Apa yang kau mau sebenarnya? Jangan sakiti Baekhyunku." Kyungsoo hampir saja melayangkan pukulannya kepada Jongin ketika tangan Baekhyun menahan tubuhnya untuk tetap diam di tempat.
"Lihat, bahkan Baekhyun lebih sopan dibandingkan dirimu."
"Siapa yang harus belajar sopan santun disini?!"
"Bisakah kalian berdua diam?!"
Jongin maupun Kyungsoo sontak terlonjak terkejut. Mereka menoleh ke arah Baekhyun yang tadi berteriak kepada mereka berdua. Sepertinya kali ini Baekhyun sama kesalnya dibandingkan Kyungsoo maupun Jongin. Ia meniup ujung poninya lalu menyila kedua lengannya yang masih menenteng kantung kertas.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi saat ini, tapi sungguh. Aku tidak mengerti kenapa aku dilibatkan dalam pertengkaran kalian berdua. Sebenarnya kenapa kalian menghubungiku?" Baekhyun berbicara dengan nada cukup tenang meskipun kekesalannya masih tidak dapat disembunyikan.
Jongin menemukan tatapan Kyungsoo yang seolah tengah mencibirnya namun ia mengangkat bahunya acuh. Ia menoleh ke arah Baekhyun dan menatapnya dengan lekat-lekat.
"Kau membawa gaun-gaunmu?" tanya Jongin tenang.
"Humm, ya. Sebenarnya untuk apa?"
Jongin langsung menunjuk ke arah Kyungsoo menggunakan dagunya. Seolah memberi isyarat bahwa Baekhyun harus membereskan Kyungsoo saat ini. Namun Baekhyun tidak tanggap dengan isyarat Jongin kali ini. Ia hanya mengerutkan keningnya, memberikan tatapannya bergantian kepada Jongin dan Kyungsoo.
Helaan napas rendah keluar dari mulut Jongin. Ia sedikit menundukkan wajahnya sebelum akhirnya mengangkat wajahnya. Menatap Baekhyun dengan mantap.
"Aku membenci melakukan ini. Tapi aku minta tolong, ubahlah sahabatmu ini untuk sedikit berpenampilan jauh lebih anggun dari biasanya. Pinjamkan dia gaun-gaunmu untuk hari ini saja karena aku membutuhkan dia untuk pergi bersamaku kali ini."
Baekhyun membelalak mendengar penuturan Jongin kali ini. Tida percaya bahwa Jongin bisa meminta tolong kepadanya. Namun di balik semua keterkejutan Baekhyun, ada orang lain di kamar yang sama yang lebih terkejut mendengar ucapan Jongin. Itu adalah Kyungsoo. Gadis itu membulatkan matanya dengan mulut setengah terbuka.
"Hey! Apa maksudmu? Pergi? Pergi kemana?" tanya Kyungsoo. Tiba-tiba saja ia merasa panik saat ini.
Namun bukannya menjawab ucapan Kyungsoo. Jongin malah semakin melangkah mendekati Baekhyun untuk lebih memohon. Ini adalah kali pertama ia memohon kepada orang asing.
"Ada perjamuan makan malam yang harus aku datangi dan kau mungkin mengenal bagaimana sifat ibuku di kantor karena kau bekerja di sana. Jadi ubahlah dia karena aku akan membawanya pergi kesana."Jongin menunjuk Kyungsoo-lagi-lagi menggunakan dagunya. Dan Baekhyun hanya bisa mengangguk untuk menimpali ucapan Jongin. Jujur saja, ia tida terbiasa dengan sikap memohon Jongin saat ini.
"Bagus!" ucap Jongin senang namun tidak untuk Kyungsoo. Gadis itu sebaliknya mengerang karena masih tidak mengeti dengan apa yang dibicarakan oleh Baekhyun dan Jongin saat ini.
"Sebenarna apa yang kalian bicarakan?!" Kyungsoo memekik dengan panik. Menatap Jongin dan Baekhyun bergantian. Baekhyun hanya bisa membeku, melemparkan tatapannya kepada Jongin seolah ia melimpahkan semua jawabannya untuk dijawab oleh Jongin.
Jongin sedikit menghela napasnya sebelum berbalik dan kini bicara kepada Kyungsoo.
"Untuk satu malam ini, kau akan menghadiri perjamuan makan malam bersamaku." Kyungsoo hendak berkomentar ketika Jongin kembali melanjutkan ucapannya. "Dan bersikaplah bahwa kau adalah teman dekatku. Mengerti?" ia langsung menoleh ke arah Baekhyun. "Aku tahu kau mempunyai selera yang baik dalam cara berpakaian di bandingkan temanmu yang satu ini. Jadi aku berharap banyak padamu."
Baekhyun hanya bisa mengangguk dengan ragu. Kenyataannya bahwa ia masih belum bisa mengerti dengan semua yang terjadi saat ini. Jongin segera melangkah keluar seoah memberi privasi kepada kedua gadis ini untuk segera menyiapkan si itik buruk rupa ini untuk mempercantik dirinya. Bersamaan dengan Kyungsoo yang langsung berteriak kepadanya.
"Kau tidak mengatakan ini lebih dulu kepadaku. Lagipula siapa yang mengatakan bahwa aku setuju dengan permintaanmu?"
"Karena jika aku mengatakannya sejak awal kau tidak akan pernah setuju. Makanya kusuruh Baekhyun untuk mengubahmu! Aku akan menunggumu satu jam lagi."
Dan pintu itu tertutup begitu saja. Berubah menjadi sebuah pekikan kesal yang terlontar dari mulut Kyungsoo.
***
"Aku harus mengakui bahwa kau nampak cantik menggunakan gaun itu. Hanya saja, aku masih tidak percaya bahwa Jongin mengajakmu untuk menemui orang tuanya. Bukankah itu adalah kesempatan yang sangat bagus untukmu?"
Kyungsoo bahkan masih mengingat senyuman Baekhyun ketika ia telah selesai mendandaninya. Gadis itu beberapa kali memekik kegirangan seperti biasanya. Entah apa yang telah membuatnya sebahagia itu. Namun mendengarkan ucapan Baekhyun sama saja seperti ia telah dikorbankan secara paksa untuk di telan hidup-hidup oleh pemangsanya. Dan apa maksudnya dari kesempatan? Bahkan Kyungsoo sama sekali tidak dapat berpikir untuk menilai penampilannya sendiri saat itu.
Suara dering telpon mengusiknya. Sontak Kyungsoo meraba tubuhnya sendiri. Namun ia menghentikan itu semua ketika ia sadar bahwa ia tidak memakai jaket tebal miliknya lagi. Ia telah memakai gaun berwarna hijau milik Baekhyun dengan potongan leher rendah. Kyungsoo bahkan lupa membawa tas dan ponselnya.
Kyungsoo langsung melirik pria disampingnya. Dimana Jongin kini tengah mengangkat panggilannya. Sudah dipastikan bahwa dering telpon itu berasal dari ponsel pria itu. Kyungsoo masih memerhatikannya ketika Jongin mendapatinya dengan tatapan bingung. Cepat-cepat Kyungsoo memalingkan wajahnya. Tanpa sadar ia mendengus dengan sikap yang ditunjukkan Jongin kali ini.
Kyungsoo sering membaca kisah-kisah dimana seorang gadis biasa berubah menjadi cantik bagaikan putri raja. Dengan segala pesonanya, si gadis akan memukau para pria. Namun Kyungsoo yakin Jongin tidak memiliki selera seperti itu. Jujur saja, Kyungsoo sedikit tersipu membayangkan apa yang akan Jongin ucapkan ketika ia muncul di hadapannya dengan penampilan seperti ini-setelah Baekhyun mengatakan bahwa ia cantik, ia berharap komentar yang sama diberikan Jongin. Tetapi semua harapannya tidak sejalan dengan cerita-cerita indah yang sering dibacanya.
Bukannya ekpresi terpukau atau memujinya dengan kata-kata yang indah. Jongin malah mengatakan bahwa; "Bahkan ikan hias lebih cantik daripada dirimu saat ini."
Benar kan? Kyungsoo pantas untuk merasa kesal kepada Jongin sekarang. Setidaknya ia meminta maaf atau mengatakan apapun demi menyenangkan hatinya. Jika bukan karena dorongan Baekhyun dan kesalahan yang pernah ia lakukan kepada Jongin. Ia juga tidak ingin menemani pria itu ke acara perjamuan makan malam-yang apalah, bahkan Kyungsoo tidak mengerti cerita yang Baekhyun jelaskan sebelumnya.
"Kuharap kau tidak membenci acara itu."
Kyungsoo menoleh ketika mendapati bahwa kini Jongin berbicara kepadanya bukan lagi pada ponselnya. Ia sedikit mengernyitkan keningnya dan Jongin menghela napas untuk beberapa saat.
"Jika ibuku bertanya macam-macam, jangan pernah menjawabnya. Biar aku saja yang bicara dan kau lebih baik diam. Bersikap sopan layaknya gadis berpendidikan."
Kyungsoo sedikit tersinggung dengan ucapan Jongin. Ia langsung mengepalkan tangannya seolah akan menghajar wajah Jongin saat ini. "Memangnya kau pikir aku wanita tidak berpendidikan?" geramnya marah.
Sebuah deheman menyadarkan Kyungsoo untuk segera menurunkan tangannya. Ia sedikit melirik sopir taksi yang menyetir, menatapnya dengan curiga. Ia mendesah, jika tidak ada orang lain disini, ia pasti telah menghajar wajah angkuh Jongin sekarang juga.
Jongin masih menunjukkan sikap tenangnya seolah tak merasa terancam sama sekali. "Aku hanya meminta pertolonganmu. Hanya untuk malam ini, dan aku benar-benar tidak akan melibatkanmu lebih jauh lagi setelah malam ini."
"Aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja," Kyungsoo memalingkan wajahnya. Ia langsung duduk bersandar dengan kedua tangan menyila di depan tubuhnya. Apa pria ini tidak mengenal kata maaf? Sungguh, Kyungsoo benar-benar tidak suka diperlakukan seperti ini.
Selama perjalanan, mereka berdua hanya diam. Taksi yang mereka tumpangi kini semakin melesat ke tempat yang bahkan tidak Kyungsoo ketahui. Ia merasa aneh. Jika Baekhyun mengatakan bahwa Jongin memang adalah anak dari seorang pemimpin perusahaan, kenapa ia harus pergi menggunakan taksi? Jika ia mau, Kyungsoo yakin Jongin akan lebih memilih memakai mobil mewah dibandingkan angkutan umum.
"Kita sudah sampai."
Kyungsoo terlonjak ketika ia sadar bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan. Ia tidak terlalu bodoh untuk mengetahui bahwa tempat yang mereka datangi saat ini adalah sebuah hotel mewah. Ia mengernyit, bukannya Jongin mengajaknya untuk pergi ke cara perjamuan makan malam. Kenapa harus hotel? Atau jangan-jangan Jongin malah menjebaknya?
Spontan ia langsung mundur menjauh ketika Jongin hendak menggapai tangannya.
"Sebenarnya apa yang kau mau dariku?" dengan panik ia langsung menutup tubuhnya. Ketakutan bahwa Jongin akan mlakukan hal yang tidak-tidak kepadanya.
"Apa maksudmu? Tentu saja mengajakmu ke acara makan malam?"
"Kenapa harus hotel?"
"Karena acaranya memang di hotel ini. Jangan banyak bicara, setelah keluar dari mobil ini kau harus memaksakan dirimu untuk diam," Jongin langsung meraih pergelangan tangan Kyungsoo. Menggenggamnya erat dan menariknya keluar dari taksi yang ia gunakan.
Ini adalah pertama kalinya ia memasuki sebuah hotel mewah dengan interior klasik yang begitu indah. Kyungsoo hanya bisa terpukau memuja keindahan yang ada di depan matanya. Ia bahkan tidak merasakan lengan Jongin yang menggenggamnya erat saat ini, karena semua perhatiannya kini hanya tertuju pada interior lobi hotel-seolah menyambut kedatangan mereka.
Keterpukauannya hanya bertahan untuk beberapa menit saja karena kembali ia dikejutkan dengan perlakuan Jongin yang tak terduga. Ia terkesiap ketika Jongin melingkarkan lengannya dengan erat di pinggang Kyungsoo. Ia sedikit menjauh namun dengan sengaja Jongin malah semakin mempererat dekapannya dan menarik tubuh Kyungsoo di sisinya.
"Satu lagi, bersikaplah bahwa kita adalah teman dekat. Kau mengerti, teman dekat?" bisik Jongin tepat di telinganya.
Kyungsoo bergidik. Jantungnya tiba-tiba saja berdebar aneh. Tidak, ia tidak mungkin merasakan perasaan senang saat ini. Ia bisa tersipu hanya karena Jongin memeluk pinggangnya dengan erat.
"Apa maksudmu itu seperti kekasih?" tanya Kyungsoo gugup.
Jongin menaikkan satu alisnya bingung dan Kyungsoo merutuki pertanyaannya sendiri saat ini. Bahkan ia tidak tahu kenapa ia malah melontarkan pertanyaan sebodoh itu kepada Jongin. Ia hanya bisa menundukkan wajahnya takut bahwa Jongin akan menyemprotnya lagi dengan ucapan pedas.
"Semacam itu," jawab Jongin singkat.
"Apa?"
"Ya, anggap saja kita adalah sepasang kekasih."
Kyungsoo hanya bisa mengatupkan bibirnya rapat. Terkejut dengan persetujuan yang di berikan Jongin. Bahkan ia tidak percaya bahwa Jongin bisa mengatakan hal semudah itu. Ia pikir Jongin akan kembali marah kepadanya karena ucapan tak mendasarnya.
Mereka mulai masuk dengan tenang. Berjalan beriringan seolah mereka telah terbiasa menunjukkan kedekatan mereka di depan umum. Kyungsoo tidak tahu kemana Jongin akan membawanya. Karena setelah mereka memasuki area ruang makan. Semua meja yang ada di dalam ruangan itu telah penuh diisi oleh orang-orang kelas atas-mungkin.
Kyungsoo terpaku ketika langkah mereka berhenti pada sebuah meja yang berbentuk lingkaran besar. Terdapat beberapa orang yang duduk di sana. Para pria dan wanita yang hampir paruh baya dengan penampilan yang glamor.
"Maaf atas keterlambatan saya," Jongin langsung memberi salam dengan sopan membuat Kyungsoo yang tidak tahu harus mengatakan apa ikut membungkuk memberi salam dengan kaku.
Ketika ia kembali berdiri dengan tegap, saat itulah seorang wanita langsung berjalan mendekat ke arah mereka. Wanita itu tersenyum dengan cantik, memberi pelukan kepada Jongin dengan hangat.
"Akhirnya putraku datang," ucapnya tanpa melepaskan dekapan tangannya pada kedua lengan Jongin.
"Aku sudah berjanji eomma," balasnya.
Sebelumnya Kyungsoo sempat berpikir bahwa Jongin sama sekali tidak memiliki ekpresi yang ramah dan tidak bisa tersenyum. Namun Kyungsoo salah. Ia hanya bisa terpaku ketika melihat senyuman Jongin tersungging di wajahnya yang tampan. Dia bahkan jauh terlihat lebih baik dengan senyuman itu dan Kyungsoo tidak bisa berbohong bahwa ia menyukai bagaimana Jongin tersenyum kali ini.
Keterpakuannya terhenti ketika sepasang mata kini telah memerhatikannya. Wanita itu yang merupakan ibu dari Jongin tengah memandangnya. Menatapnya seolah meneliti penampilan Kyungsoo saat ini. Tanpa sadar ia mencengkram lengan Jongin. Memohon pertolongan karena kegugupannya.
Jongin sadar dengan cepat. Ia langsung melepaskan dekapannya dari sang ibu. Menarik Kyungsoo lebih dekat di sisinya.
"Eomma, kenalkan ini Kyungsoo," ucap Jongin dengan senyumannya.
Kyungsoo hanya bisa terdiam ketika lagi-lagi wanita itu menatapnya kian lekat. Tiba-tiba lidahnya terasa kelu untuk berucap. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan saat ini. Satu hal yang dapat menyadarkannya adalah cengkraman lembut tangan Jongin di pinggangnya. Kyungsoo terkesiap namun ia dengan cepat bisa mengendalikan sikapnya saat ini.
"Saya Do Kyungsoo, salam kenal nyonya."
Kyungsoo mengulurkan tangannya namun wanita yang ada di hadapannya sama sekali tidak menanggapinya. Hanya tatapan tajam yang ia dapatkan. Kyungsoo rasa ia akan mati jika terus berada dalam posisi seperti ini. Hingga akhirnya tangan itu mulai meraihnya. Menjabatnya dengan hangat. Siapa sangka, bahkan lengan nyonya Kim lebih halus dibandingkan dirinya.
"Senang bisa bertemu denganmu," balasnya disertai senyuman tipis. "Jongin, boleh eomma pinjam kekasihmu?"
"Uh.. apa?" tanya Jongin terkejut.
Bahkan Kyungsoo belum bisa mengatakan apapun ketika sepasang lengan milik nyonya Kim telah melingkar di lengan kirinya. Menuntunnya untuk melangkah meninggalkan Jongin.
"Aku harap kau tidak keberatan untuk kukenalkan pada rekan-rekan bisnis Presdir Kim," ucapnya seraya melangkah beriringan dengan Kyungoso.
Seketika Kyungsoo membeku. Tunggu, presdir siapa? Bahkan Kyungsoo tidak bisa berpikir saat ini. Sedikit ia menoleh ke belakang. Mencari Jongin untuk memintanya pertolongan. Namun ia hanya bisa menghela napasnya pelan melihat Jongin yang hanya berdiri diam menatapnya. Jongin memberi isyarat menggunakan jarinya yang diletakan di bibir. Memintanya untuk diam sepeti yang diingatkan sebelumnya.
Ia hanya bisa tersenyum ketika wanita yang tengah menggandengnya ini telah mengenalkannya dengan penuh rasa bangga. Seolah dia telah mengenal Kyungsoo sangat lama. Selain sapaan halo, Kyungsoo hanya bisa mengatakan ucapan selamat malam. Beruntung, Jongin kini datang. Berdiri di sisinya dan menatap ibunya dengan tenang.
"Eomma, sudahlah, biarkan Kyungsoo untuk duduk dulu."
"Kenapa? Tidak ada salahnya kan eomma mengenalkan kekasihmu ini ke semua tamu disini?" bisiknya seolah tak ingin tamu-tamu yang duduk di kursi mereka masing-masing mendengarkannya.
Jongin menghela napas rendah. Ia langsung menarik tangan Kyungsoo dengan halus. Menggenggammnya erat di pergelangan tangannya. Bahkan Kyungsoo terkejut menerima tindakan Jongin yang seperti ini.
"Kita bisa melakukannya sambil berbincang eomma," balas Jongin, ia langsung melirik Kyungsoo yang masih terpaku dengan sikap Jongin.
"Kau harus terbiasa," bisiknya tepat di telinga Kyungsoo.
Bisikan itu membuat Kyungsoo bergidik. Namun ia sebisa mungkin tidak menunjukkan rasa kegugupannya secara langsung. Jongin langsung menarik sebuah kursi untuk Kyungsoo. Memberikannya bentuk kesopanan yang selama ini hanya bisa kyungsoo khayalkan. Tanpa pikir panjang, ia langsung duduk. Bahkan Kyungso merasa takut ketika nyonya Kim duduk di sampingnya. Namun ketakutan itu menghilang ketika Jongin juga duduk di sisi tubuhnya yang lain.
Kyungsoo hanya bisa duduk dengan gugup. Ketika semua orang di meja ini telah berbincang dengan orang-orang di sekelilingnya. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya diam sambil menautkan jari-jarinya di bawah meja. Ia bahkan hanya bisa mendengarkan beberapa obrolan tentang bisnis yang sama sekali tidak di mengertinya. Dan Jongin; pria yang telah menjerumuskannya ke tempat ini. Bahkan ia lebih sibuk berbincang dengan seorang pria disisinya. Entah siapa.
"Oh.. Putraku sudah datang?"
Sebuah suara berat mengejutkan Kyungsoo. Ia langsung menoleh dan menemukan seorang pria yang telah berdiri di sudut lain meja dengan gagah. Benarkah ini ayah Jongin? Bahkan ia masih terlihat muda sama seperti ibunya. Ya Tuhan.. mereka pasti melakukan perawatan mahal agar tetap terlihat muda. Oh permikiran yang sangat bodoh Kyungsoo! Semua orang lekas berdiri menyambutnya, begitupun dengan Jongin dan nyonya Kim. Kyungsoo hanya bisa mengikutinya, ikut memberi salam dengan sopan dan mencoba bersikap tidak terlalu berlebihan.
Tatapan pria itu begitu ramah dan hangat. Jauh berbeda dengan yang dimiliki Jongin. Bahkan Kyungsoo merasa tergugup ketika sepasang mata itu kini beralih memerhatikannya.
"Lalu siapa gadis cantik yang baru pertama kali kulihat ini?"
Mendengar pujiannya mampu membuat Kyungsoo tersipu. Namun itu tidak bertahan lama ketika sebuah dengusan lirih terdengar oleh indra pendengarannya. Siapa lagi kalau bukan Jongin. Pria ini selalu merubah suasana hatinya.
Kedua lengan Jongin langsung merangkul hangat bahu Kyugsoo. Mungkin jika Kyungsoo tidak berada dalam acara perjamuan sialan ini, sekarang ia akan menepis lengan itu jauh-jauh dari tubuhnya.
"Namanya Kyungsoo," ucapnya, "Kyungsoo kenalkan ini ayahku. Presdir Kim."
Ah? Jadi ini presdir Kim. Kini Kyungsoo kembali teringat pada perkataan Baekhyun bahwa Jongin adalah salah satu pewaris tunggal perusahaan ayahnya. Siapa sangka bahwa ayahnya masih terlihat muda untuk ukuran pemimpin perusahaan dan ayah dari satu putra. Sempat Kyungsoo berpikir bahwa Presdir Kim adalah pria paruh baya yang hampir menginjak umur enam puluh tahunan sehingga Jongin harus segera memimpin perusahaan. Dia terlihat segar dan masih sehat. Kyungsoo yakin bahwa pria yang tak jauh dihadapannya ini bisa memimpin lebih dari sepuluh tahun lagi.
"Senang mengenal anda, Tuan," sapa Kyungsoo. Bahkan ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya ketika pria itu tersenyum membalas sapaan Kyungsoo. Presdir Kim sangat ramah.
Beberapa sapaan ikut didapatkan presdir Kim dari tamu-tamu lainnya. Setelah beberapa percakapan kecil. Mereka langsung duduk kembali dengan tenang seperti sebelumnya. Kembali jatuh dalam perbincangan masing-masing. Menyisakan Kyungsoo yang bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Ia merasa asing disini. Dan demi Tuhan, ini adalah makan malam kelas atas.
Kyungsoo bahkan terperangah ketika beberapa pramusaji datang dan menata beberapa kudapan yang ia yakini berharga selangit. Ditata dengan mewah dan elegan. Sayang sekali untuk memakannya.
Diam-diam ia memerhatikan orang-orang di sekelilingnya yang duduk di meja yang sama. Mereka telah menyantap hidangan mereka masing-masing dengan gaya yang begitu sangat anggun dan berkelas. Sesekali mereka bercakap namun tidak terlalu keras. Mereka mengatur bagaimana cara makan agar terlihat tidak terlalu memalukan dan Jujur saja, Kyungsoo merasa terintimidasi bila terus seperti ini.
Perlahan ia mulai menggenggam pisau dan garpunya. Memotong steak dengan potongan kecil dan mulai menyantapnya dengan hati-hati. Mengunyahnya dengan pelan dan menelannya dengan sesopan mungkin. Makan dengan cara seperti ini sungguh bukanlah gayanya. Ia terbiasa memakan makanannya dengan lahap serta porsi yang besar. Mengharuskannya mengunyah makanan dengan gaya yang berkelas bukanlah dirinya.
Sekilas ia memerhatikan Jongin. Sepertinya pria itu melupakannya, padahal mereka duduk bersisian. Kyungsoo tidak habis pikir. Jadi dia dibawa kesini hanya sebagai pajangan saja, atau jangan-jangan hanya menjadikannya sebagai barang sewaan. Terdengar jahat tapi Kyungsoo tidak menyukai saat-saat seperti ini. Jongin beserta orang-orang ini telah sibuk kedalam perbincangan bisnis kembali. Jarak aman yang bisa Kyungsoo lakukan saat ini hanya bisa diam.
"Jadi Kyungsoo, bagaimana menurutmu?"
Kyungsoo terkesiap. Ia mendongak dan menemukan tatapan nyonya Kim yang seolah tengah menunggu jawabannya. Apa yang harus ia jawab? Bahkan Kyungsoo tidak tahu harus menanggapi apa karena jujur saja. Ia tidak mendengar semua perbincangan yang terjadi di meja ini.
"Kyungsoo..," panggilnya lagi.
Kyungsoo mencoba bicara namun mulutnya hanya bisa terbuka tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Apa yang harus ia lakukan? Mengingat kembali apa yang dikatakan Jongin, ia harus diam. Tapi apa ia harus terus diam ketika ibunya sendiri terus bertanya kepadanya?
"Kyungsoo tidak mengerti bisnis eomma," sahut Jongin dengan tenang. Kyungsoo menghembuskan napasnya lega. Akhirnya Jongin menepati janjinya untuk membantunya bicara.
"Tidak mengerti bisis?" sesaat tatapannya hanya tertuju kepada Jongin. Tak lama kemudian kini tatapannya kembali memerhatikan dengan lekat pada Kyungsoo. "Jadi apa perkerjaanmu?"
"Dia seorang penulis," sahut Jongin kembali.
Kyungsoo langsung menoleh kearah Jongin, memberinya tatapan tajam. "Aku seorang editor," geramnya pelan.
Jongin menyipitkan matanya. Ketika Jongin menyenggol sedikit lengannya dan memberi isyarat dengan menatap wanita lain yang duduk di samping Kyungsoo. Saat itulah Kyungsoo sadar bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk beradu argumen. Lebih dari sepasang mata yang tengah memerhatikan mereka.
Dengan ragu ia langsung menolehkan pandangannya dan menemukan kening nyonya Kim yang mengernyit bingung.
"Jadi, mana yang benar?" tanyanya.
"Pekerjaan saya, semacam itu," balas Kyungsoo singkat.
"Dia lebih mencintai dunia sastra dan dia sangat pintar dalam hal itu. Benar kan?" Jongin langsung menyentuh telapak tangan Kyungsoo. Menggenggamnya dengan halus.
Kyungsoo bergetar. Tidak pernah ia diperlakukan seperti ini oleh seorang pria dan Jongin adalah pria pertama yang menggenggam tangannya dengan sehalus ini. Entah itu hanya sebuah bentuk kepura-puraan atau gerakan tanpa disengaja. Tapi itu mampu membuat jantungnya dua kali berdebar lebih cepat. Selain bicara, Kyungsoo hanya bisa menganggukkan kepaanya dengan gugup.
Sepertinya Nonya Kim memercayai alasan Jongin dan Kyungsoo. Karena setelah itu kembali tatapannya teralih pada orang lain dan mulai berbincang seperti biasa lagi. Kyungsoo menghela napas lega. Begitupun saat Jongin melepaskan genggamanya dari tangan Kyungsoo. Sedetik Kyungsoo bisa menemukan bahwa Jongin tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit sekali diartikan. Itu tidak bertahan lama karena lagi-lagi Jongin memalingkan tatapannya dan kembali sibuk dengan orang-orang di sekitarnya.
Kyungsoo menghela napas berat. Sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang untuknya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro