Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 20

Para pengunjung satu persatu meninggalkan teater hingga tidak membutuhkan waktu lebih dari lima menit, semua penonton telah keluar dari ruangan teater. Terkecuali Jongin dan Kyungsoo yang sama-sama masih diam dan terduduk di kursi masing-masing. Keheningan tidak dapat terpisah dari mereka meskipun layar masih memutar beberapa trailer baru dari film yang akan segera ditayangan dalam waktu dekat.

Seperti tidak ada hal lain yang bisa mereka lakukan selain menatap ke depan dan menonton trailer-trailer itu dengan tatapan kosong. Kyungsoo tidak mengerti situasi macam apa saat ini karena sekarang jauh lebih mendebarkan dari biasanya. Mereka masih memiliki waktu kurang lebih sepuluh menit hingga pengunjung lain mulai masuk kembali untuk mengisi teater yang kosong ini. Tetapi Jongin, pria yang telah menahannya pergi itu masih tetap diam tak membuka suaranya hingga kurang lebih tiga menit berlalu.

"Kita bisa bicara di luar, penonton lain akan segera masuk dan seharusnya kita pergi sekarang," ingat Kyungsoo setelah tidak kuat lagi dengan keterdiaman Jongin.

"Tunggu," Jongin segera menoleh dan menahan tangan Kyungsoo memastikan bahwa gadis itu tidak pergi meninggalkannya. "Jika aku keluar aku tidak yakin apa aku akan memiliki keberanian yang sama."

Kyungsoo hanya bisa terpaku melihat tatapan Jongin saat ini. Begitu sangat sendu, terlebih begitu sangat memohon. Kyungsoo tak kuasa untuk pergi dan ia hanya bisa diam dan menunggu apa kiranya yang akan Jongin katakan.

Lagi-lagi Jongin diam membuat Kyungsoo menghela napasnya tak sabar. Ini sudah terlalu lama dan ia tidak ingin mengambil resiko bahwa ada petugas bioskop yang memergoki masih ada penonton yang ada di dalam teater. Ketika Kyungsoo hendak membuka suaranya, Jongin telah lebih dulu bicara dan itu mampu membuat sekujur tubuh Kyungsoo tiba-tiba kaku.

"Aku belum mengatakan maaf atas apa yang kulakukan kepada Baekhyun dan Chanyeol, terlebih perkataanku saat itu yang telah menyakiti hatimu. Maafkan aku," ucap Jongin seraya menatap Kyungsoo dengan tatapan bersungguh-sungguh.

"Aku seperti seorang pria pengecut saat itu dan hanya mementingkan apa yang aku pikirkan dibandingkan dengan perasaanmu akan ucapanku yang begitu sangat buruk sampai membuatmu tersinggung. Aku pergi melarikan diri berharap bahwa aku dapat melupakan semuanya, aku dapat menghindar darimu dan menyelesaikan semua urusan kita tanpa berniat sedikit pun untuk meminta maaf."

"Tetapi aku tidak bisa," bisik Jongin. Suaranya berubah menjadi lebih pelan dengan nada keputusasaan. "Aku tidak bisa menghindar bahkan jauh dibandingkan rasa sakit hatiku, perasaanku jauh lebih besar untukmu. Dan aku benar-benar ingin terus berada di dekatmu."

Kyungsoo terpaku. Darahnya seolah berhenti mengalir ditambah dengan rasa tegang yang berasal dari genggaman tangan Jongin pada telapak tangannya yang kian melembut.

"Aku mencari apa ada kemungkinan sebuah harapan agar aku bisa mengulang ketergesaanku saat itu dan aku menemukannya saat ini. Jadi katakanlah sebenarnya.. apakah perasaanmu masih sama kepadaku atau telah berubah?" bisiknya penuh penekanan. "Jika perasaanmu masih sama, aku akan pergi menjauh dari dirimu, tetapi.. perasaanku tidak berubah. Aku masih mencintaimu.. sungguh-sungguh mencintaimu. Tapi jika perasaanmu telah berubah, aku bersumpah tidak akan pernah mengecewakanmu."

"Kim Jongin..," Kyungsoo hampir setengah tak percaya bahwa Jongin akan mengatakan cinta untuk kedua kalinya. Ini seperti mimpinya yang sulit untuk bisa diwujudkan. Akan tetapi ini terlalu nyata untuk bisa Kyungsoo menyangkalinya. Air matanya menggenang di pelupuk matanya dan ia masih mencoba memertahankan agar air matanya tak jatuh menetes.

"Aku tahu perangaiku memang sangat buruk, aku tidak pandai berkata-kata, aku begitu sangat dingin, aku bahkan tidak pernah memujimu. Aku bahkan tidak yakin apa aku pantas untukmu."

"Tidak," Kyungsoo berbisik dengan suara parau.

"Aku keras kepala."

"Aku jauh lebih keras kepala," balas Kyungsoo tiba-tiba.

Jongin tertawa kecil dan Kyungsoo dapat menemukan bahwa matanya telah mulai berkaca-kaca. Seolah menyadari itu, Jongin segera menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan air matanya yang Kyungsoo yakini hampir sama sepertinya; hampir menetes. Sisi lain Jongin yang membuat hatinya tersentuh.

"Ya, kita berdua keras kepala," kekeh Jongin sebelum akhirnya kembali menatap Kyungsoo dan berhasil menyembunyikan air matanya.

Melihat hal yang tidak biasa itu, Kyungsoo seketika meneteskan air matanya. Ia begitu sangat tersentuh bahkan merasa begitu sangat dibutuhkan saat ini. Kyungsoo hampir saja menghapus air matanya namun tangan Jongin telah lebih dulu mencekalnya. Lantas menggantikannya dengan ibu jari Jongin untuk menghapus air mata Kyungsoo.

"Jangan menangis, kumohon."

Kyungsoo terkekeh tanpa bisa mengendalikan air matanya yang terjatuh. "Kau mengatakan sesuatu yang tidak pernah bisa kubayangkan, Jongin."

Telapak tangan yang sebelumnya menghapus air mata Kyungsoo kini Jongin simpan untuk menangkup pipi gadis itu. Menatapnya dengan tatapan selembut mungkin.

"Jangan lagi dibayangkan, aku akan benar-benar membuatnya menjadi nyata," Jongin tersenyum dan itu sedikit menggetarkan hati Kyungsoo kembali. "Aku ingin menjadi orang yang pertama memberimu kebahagiaan, aku ingin terus melindungimu ketika kau terjaga dalam tidurmu, aku akan memelukmu sepanjang hari ketika kau tengah kedinginan.. bahkan.. hingga hal terkecil seperti membantumu merapihkan buku-bukumu. Aku akan melakukan itu semua untukmu."

Kyungsoo kembali meneteskan air matanya dan begitupun Jongin yang menghapus tetesan itu untuk kesekian kalinya. "Bahkan melakukan ini saat kau tengah menangis. Kau bisa mengandalkanku.. semuanya."

"Kim Jongin, aku.. benar-benar..," suara Kyungsoo terbata. Bibirnya sedikit bergetar karena tangisannya sendiri. Dan hal itu mampu membuat Jongin tegang seketika.

"Jangan katakan tidak," sahut Jongin cepat.

Kyungsoo hampir tertawa melihat raut kepanikan Jongin saat itu. Tapi ia mencoba menahannya dan membalas genggaman tangan Jongin yang menangkup pipinya saat ini.

"Katakan sesuatu yang dapat meyakinkanku,"

"Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku."

"Jawabanku ada pada apa yang kau ucapkan saat ini, jadi katakanlah!"

Kyungsoo begitu menikmati bagaimana tatapan Jongin yang mulai resah. Ia seolah tengah berpikir keras-keras selagi Kyungsoo menyunggingkan senyum tipisnya. Untuk pertama kalinya ia membuat Jongin seperti ini dan meskipun ucapan Jongin tidak dapat meyakinkannya, Kyungsoo tidak akan pernah berbohong lagi dengan perasaannya. Ucapan Baekhyun benar; Kyungsoo adalah gadis beruntung dan Jongin adalah pria yang benar-benar berusaha untuk mendapatkannya.

Kyungsoo kembali menatap sepasang mata Jongin yang kini kembali berubah serius. Jongin telah menemukan keyakinannya dan Kyungsoo menunggu untuk itu.

"Semua harapanku untuk memberikan kebahagiaan kepadamu."

Kyungsoo hampir lupa bagaimana caranya bernapas ketika ia mendengar kalimat yang bahkan tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Air matanya kembali menetes dan tanpa memberi kesempatan apapun kepada Jongin untuk menghapus air matanya. Kyungsoo telah lebih dulu merangkulkan lengannya pada leher Jongin, memeluknya dengan sangat erat. Ia terus terisak ketika Jongin terkejut dengan tangisan Kyungsoo saat ini.

"Aku mengatakan hal yang salah? Aku benar-benar bersalah? Kyungsoo bicara padaku!" tanya Jongin panik.

"Tidak.. tidak ada yang salah," bisik Kyungsoo di tengah isakannya.

"Kyungsoo tapi apa.. kenapa kau menangis? Apa kau.."

"Aku mencintamu," bisik Kyungsoo membuat Jongin membeku. "Aku mencintaimu.. aku juga mencintaimu Kim Jongin, aku mencintaimu."

Jongin butuh waktu beberapa detik hingga ia sadar dengan apa yang Kyungsoo katakan saat ini. Kyungsoo menjawabnya; Kyungsoo membalas cintanya.

Dengan rasa bahagia, Jongin membalas pelukan Kyungsoo jauh lebih erat dari sebelumnya. Ia mengecup singkat pucuk kepala Kyungsoo yang mampu memberikan sebuah kehangatan yang mendebarkan bagi Kyungsoo.

"Kau mengatakan ya?" tanya Jongin seolah ia tak yakin dengan semua ucapan Kyungsoo saat ini.

Dibandingkan dengan rasa kesal, Kyungsoo malah semakin menenggelamkan kepalanya pada tubuh Jongin dan mencoba sedikit demi sedikit menghentikan tangisannya.

"Kau menyalin kata-kata Tuan Darcy-ku.. dasar jahat. Bagaimana bisa aku jatuh semudah ini ke dalam pelukanmu?" isak Kyungsoo selagi ia memukul pelan punggung Jongin yang tengah dipeluknya saat ini.

Jongin tidak dapat menyembunyikan senyumannya selagi ia menenangkan Kyungsoo saat ini. "Tidak ada lagi Tuan Darcy-mu, sekarang hanya ada Tuan Kim-mu. Kau bisa memegang janjiku."

Kyungsoo mengangguk perlahan dan Jongin cukup senang ketika Kyungsoo sedikit demi sedikit mulai tenang. Jongin lantas sedikit memberi jarak tubuhnya dengan tubuh Kyungsoo hanya agar ia bisa melihat wajah Kyungsoo saat ini tanpa melepaskan pelukan gadis itu padanya.

Jongin tersenyum lalu mengangkat kedua telapak tangannya menghapus air mata Kyungsoo lantas menyimpannya untuk ia tangkupkan di kedua pipi Kyungsoo.

"Aku sunguh, sungguh dan sungguh mencintaimu."

Sepertinya kata cinta tak cukup Jongin ucapkan sekali saja. Ia benar-benar tidak melepaskan kesempatan sedetik pun untuk mengungkapkan perasaan cintanya. Melihat Kyungsoo mulai menghentikan tangisannya dan tersenyum membalas semua ucapannya. Jongin membuat wajahnya mendekati wajah Kyungsoo. Ia sedikit membelai halus pipi Kyungsoo membuat gadis itu memejamkan matanya. Sebuah kecupan berhasil mendarat di kelopak mata Kyungsoo yang basah. Jongin menciumnya dengan penuh kasih sayang. Berganti dari kelopak mata yang satu ke kelopak mata lainnya dengan belaian bibir Jongin yang halus menyapu wajahnya.

Kyungsoo merasakan tubuhnya bergetar dan jantungnya berdebar dengan penuh kebahagiaan. Ia seperti gadis yang paling beruntung di dunia ini. Merasa dicintai sekaligus dilindungi secara besamaan.

Semua harapanku untuk memberi kebahagiaan kepadamu.

Satu kalimat sederhana yang mampu menggetarkan hati Kyungsoo. Bukan hanya karena kalimat itu berasal dari kutiapan buku favoritnya. Bukan hanya karena kalimat itu yang mampu membuat Elizabeth luluh akan lamaran Mr. Darcy. Tapi semuanya, semua yang sebelumnya Kyungsoo anggap mustahil akan ia dapatkan tapi kini terasa sangat nyata untuk bisa ia hiraukan.

Jongin adalah pria pertama yang dapat menyentuh hatinya.

***

Kyungsoo menggenggam tangan Jongin erat-erat setibanya mereka di rumah Kyungsoo. Ia melirik Jongin yang berdiri di sampingnya, menatapnya dengan tatapan resah.

"Kau yakin dengan apa yang akan kau lakukan ini?"

Jongin meliriknya tapi ia hanya diam tak mengatakan sepatah kata pun. Kyungsoo menelan ludahnya lantas menunduk.

"Jika kau tidak yakin dengan ini, jangan bicara apapun. Nanti mereka akan tahu sendiri, hanya butuh waktu."

"Tidak," potong Jongin. Kyungsoo mendongak dan Jongin telah menatapnya dengan penuh keyakinan. "Aku yakin dengan apa yang aku lakukan ini."

"Tapi, bagaimana bisa kau begitu yakin, Jongin?"

"Kau tidak percaya padaku?" Kyungsoo terdiam ketika Jongin mulai menunjukkan senyumannya kembali meskipun ia tahu bahwa terdapat ketegangan yang ia sembunyikan kali ini. "Dengarkan aku Kyungsoo, aku tidak ingin bermain-main lagi saat ini. Tidak ada gunanya aku mempermainkan ini, aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku bersungguh-sungguh."

Kyungsoo tersentuh mendengar ucapan Jongin yang begitu sangat meyakinkannya. Ia hampir saja menangis lagi jika ia tidak ingat bahwa kini mereka telah sampai di rumah Kyungsoo. Dengan kesungguhan hatinya, Jongin segera menggenggam tangan Kyungsoo dan membawanya untuk memasuki rumah.

Kyungsoo terpaku selagi ia dituntun oleh Jongin. Kyungsoo merasa ini bagaikan sebuah mimpi. Saat mereka hendak pulang ke rumah, Jongin bertanya kepadanya; apakah boleh ia mampir sebentar di rumah Kyungsoo? Kyungsoo tentu memperbolehkannya tetapi saat ia bertanya alasan kenapa Jongin ingin mengunjungi rumahnya terlebih dahulu, Jongin bungkam.

Jongin terus menutup mulutnya selama perjalanan. Meskipun Kyungsoo sempat kesal karena keterdiaman Jongin, setidaknya kekesalan itu dapat digantikan dengan ketenangan yang Kyungsoo dapatkan dari genggaman tangan pria itu. Barulah setelah mereka hampir mencapai rumah, Jongin mulai bicara dan itu adalah hal yang tidak pernah Kyungsoo duga.

Jongin mengatakan bahwa ia berniat untuk menjalin hubungan lebih serius dengan Kyungsoo dan ingin orangtuanya tahu terlebih Nyonya Do agar dia tidak salah paham. Selama itu Kyungsoo sama sekali tak berkomentar apapun karena ia lebih memilih mendengarkan dan memastikan bahwa Jongin sedang tidak main-main dengan ucapannya.

"Ini bukan hanya tentangmu dan tentangku. Ini tentang kita semua sebagai keluarga. Aku tidak tahu apakah keluargamu akan menerimaku terlebih lagi eomma-mu. Aku hanya ingin mereka memegang janjiku bahwa aku benar-benar akan berusaha membuatmu bahagia."

Sebelum Kyungsoo sempat berkomentar Jongin telah kembali melanjutkan ucapannya. "Di umurku saat ini, tidak ada lagi kata main-main dan kau harus yakin dan percaya bahwa kau.. kau adalah yang terakhir."

Ini adalah sebuah Komtitmen.

Hanya itu yang bisa Kyungsoo sadari sekarang. Jongin benar-benar serius kepadanya. Bukan hanya sebagai pria yang dimabuk cinta dan ingin memilikinya saja, melainkan mendapatkan dan memberikan Kyungsoo kebahagian untuk selamanya dan bukan sementara.

Kyungsoo tidak tahu apakah ia harus bahagia atau malah takut. Ia belum pernah menjalin hubungan apapun dengan pria. Tidak pernah tahu bagaimana menjaga hubungan cinta agar tetap baik. Bahkan hingga membedakan mana kata janji yang hanya selintas saja atau janji yang diucapkan untuk sebuah komitmen. Jongin adalah pria pertama. Entah kenapa ia teringat dengan Baekhyun semasa mereka SMA, gadis itu selalu mengatakan bahwa; pria adalah makhluk yang pandai berbohong dan pembuai ulung.

Keraguan muncul di hatinya. Kyungsoo tidak takut, karena ini adalah kali pertamanya ditambah pria yang begitu dicintainya itu adalah Jongin, ia hanya khawatir bahwa ucapan Baekhyun dulu itu menjadi nyata.

Semua lamunanya tiba-tiba menghilang ketika Jongin memanggilnya dan menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jongin khawatir.

"Ya.. ya.. aku baik," gugupnya. Kyungsoo hanya bisa bungkam. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa, aku ragu dengan apa yang akan kau ucapkan nanti. Jangan-jangan kau membohongiku. Itu sama saja menghilangkan kepercayaannya atas Jongin. Akhirnya Kyungsoo memilih membuang pikiran buruk itu jauh-jauh dan menunggu apa kiranya yang akan Jongin katakan kepada orangtuanya.

"Orangtuamu," bisik Jongin mengingatkan Kyungsoo akan tujuannya disini.

Kyungsoo mengangguk lantas menyunggingkan senyumnya. Kyungsoo menyuruh Jongin untuk duduk selagi ia memanggil orangtuanya agar menemui Jongin. Masih pukul sembilan malam, mereka pasti belum tidur. Kyungsoo segera melangkah menuju ruang tengah. Sebelum ia pergi sekilas ia melirik Jongin. Pria itu seperti tengah tegang, kakinya terus bergerak dengan jari-jari tangannya yang terus ia mainkan. Kyungsoo tiba-tiba tersenyum, seharusnya ia percaya kepada Jongin bukan malah meragukannya. Sejauh ini, Kyungsoo yakin Jongin tidak akan pernah main-main dengan ucapannya. Bagaimana pun dia adalah pria dewasa.

Kyungsoo lantas memasuki ruang tengah dan menemukan ayah dan ibunya yang tengah menonton tv. Baekhyun telah pulang dan gadis itu seperti tengah mengobrol, membahas yang mereka tonton saat ini bersama ibunya.

"Eomma!" panggil Kyungsoo dengan suara pelan.

Ibunya melirik bersamaan dengan Baekhyun. Berbeda dengan ayahnya yang masih terfokus menatap layar televisi.

"Kau sudah pulang?" tanya ibunya.

"Oh.. dia sudah pulang berkencan!" pekik Baekhyun seraya menyenggol lengan ibu Kyungsoo.

Jika memungkinkan, saat ini Kyungsoo ingin langsung menerkam Baekhyun dan memukulnya habis-habisan karena nada bicaranya begitu sangat menyebalkan. Tetapi Kyungsoo mencoba menahan diri dan lebih memilih kembali menatap ibunya lalu ayahnya yang masih belum meliriknya.

"Appa!" panggil Kyungsoo dan barulah ayahnya menoleh dan menatapnya bingung. "Kim Jongin ada disini, dia ingin bicara dengan Appa."

"Oh.. Tuan Kim?" Ayahnya nampak terkejut tapi ia dapat mengendalikan ekpresinya dan segera bangkit dari duduknya. Sebelum ayahnya sempat pergi menemui Jongin, Kyungsoo segera melanjutkan ucapannya.

"Dan eomma," nampak wajah ibunya yang lebih bingung dibandingkan terkejut. Ia menatap suaminya sebelum kembali menatap Kyungsoo. "Dia ingin membicarakan sesuatu yang penting, ini.. tentang kami," bisik Kyungsoo takut.

Butuh waktu hingga kebingungan mereka berubah menjadi sebuah keterkejutan. Kami, satu kata yang dapat mengartikan segalanya. Tetapi sebelum mereka mengambil sendiri makna dari kata itu, akhirnya ayah dan ibunya lebih memilih segera bangkit, pergi menemui Jongin yang telah menunggu di ruang tamu.

Kyungsoo hanya bisa diam menundukkan wajahnya seraya mengatur detak jantungnya yang mulai berdebar keras. Suara pintu yang tertutup membuatnya semakin tegang saja, bahkan ayah dan ibunya tidak membiarkan ia masuk. Kyungsoo mulai khawatir apakah rencana Jongin akan berjalan baik.

Baekhyun melompat dari kursinya dan berjalan mendekati Kyungsoo.

"Hei.. Jongin disini? Apa yang dia lakukan? Kenapa dia ingin bertemu dengan orangtuamu? Oh ya ampun.. ya ampun.. aku harus mendengarkannya."

Baekhyun hendak menyusul ketika Kyungsoo segera mencekalnya dan menariknya bersama untuk bersembunyi di balik pintu ruang tamu yang tertutup. Kyungsoo menjatuhkan tubuhnya terduduk seraya menarik Baekhyun agar ikut duduk di sampingnya. Kyungsoo memeluk lengan Baekhyun kuat-kuat seolah hanya Baekhyunlah yang dapat menyelamatkan nyawanya kali ini.

"Tetaplah disini dan pastikan bahwa aku masih hidup hingga eomma dan appa keluar dari sana," bisik Kyungsoo. Jantungnya semakin berdebar kian keras dan ia semakin takut akan keputusannya nanti.

***

Ini adalah kali pertama Jongin benar-benar serius dengan hubungan yang telah dijalinnya saat ini. Terlebih itu adalah Kyungsoo, masuk akal jika Jongin benar-benar ingin menunjukkan keseriusannya kepada orangtua Kyungsoo. Lagipula ini juga bukan suatu tindakan yang buruk. Jongin memiliki maksud baik dan ditambah dorongan ibunya, itu sedikit memberi harapan bahwa orangtua Kyungsoo mau menerima Jongin.

Ketegangannya semakin meningkat ketika Tuan dan Nyonya Do muncul. Jongin hampir salah tingkah karena melihat Tuan Do yang tiba-tiba membungkuk memberi salam kepadanya. Tidak ingin membandingkan kedudukan, Jongin lebih memilih berdiri dan ikut memberi salam sebisa mungkin. Bagaimana pun yang ia temui saat ini adalah ayah Kyungsoo bukan sebagai pegawainya.

Jongin mendapati raut keterkejutan Tuan Do saat ini tetapi Jongin berusaha bersikap sebiasa mungkin meskipun jantungnya semakin berdebar tak terkendali. Barulah ketika mereka duduk, Jongin kembali duduk di tempatnya.

"Kyungsoo mengatakan Anda ingin membicarakan sesuatu dengan kami, apa ada masalah?" tanya Tuan Do. Terlihat jelas sekali bahwa Tuan Do menyimpan rasa penasaran dari nada bicaranya saat ini.

"Ya," balas Jongin singkat. Kedua orang yang duduk di hadapannya itu saling bertatapan membuat jantungnya semakin berdebar tatkala mereka kembali memerhatikan Jongin lekat-lekat.

"Katakanlah," perintah Tuan Do.

Jongin menghela napasnya perlahan, tiba-tiba saja ketegangannya itu menghilangkan seluruh rangkaian kalimat yang telah ia buat di kepalanya. Ia merasakan telapak tangannya mulai berkeringat dan sesegera mungkin mengepalkannya kuat-kuat.

"Saya menyukai putri Anda, tuan."

Terlalu cepat. Terlalu terburu-buru, tapi kenyataannya hanya itu yang bisa Jongin katakan kali ini. Tidak ada lagi rangkaian indah yang sengaja ia buat-buat. Menurutnya, cukup hanya dengan kalimat itu Jongin berharap orangtua Kyungsoo mengerti dengan apa yang diucapkannya.

Dan itu terdengar sangat jelas di telinga Jongin ketika ia mendengar kedua orang itu terhenyak merasa terkejut. Jongin sebisa mungkin menjaga tatapan matanya untuk memandang serius. Ia ingin semua ini berjalan secara cepat agar ia tidak bisa merasakan ketegangan segila ini lagi, ia menjaga nada bicaranya agar tidak terdengar terburu-buru.

"Saya sudah cukup mengenal Kyungsoo saat kami di Seoul, meskipun kami baru mengenal beberapa bulan saja, saya yakin dengan perasaan yang sama miliki. Saya mencintai Kyungsoo begitupun sebaliknya. Saya hanya ingin mengatakan ini sekaligus menunjukkan bahwa saya serius dengan hubungan ini dan bukan hanya main-main saja. Orangtua saya sudah mengetahui Kyungsoo sebelumnya dan mereka menyetujuinya," ucap Jongin yakin.

Jongin mengatakannya dengan penuh keyakinan, ketika ia merasa Tuan Do tidak berkomentar, Jongin segera melanjutkan ucapannya. "Saya tahu ini terlalu dini, tapi Anda sebagai orangtua bisa memegang janji saya. Saya berjanji bahwa saya akan membahagiakan putri anda."

Hening.

Untuk beberapa saat mereka saling terdiam seolah ada sesuatu yang sulit dipercayai saat ini. Dan itu lebih nampak terjelas dari tuan Do yang pada dasarnya jarang menunjukkan ekpresinya. Ia masih nampak terkejut sekaligus tenang dalam waktu bersamaan.

"Oh tuan Jongin, saya.."

"Semua tergantung pada putri saya," ujar Tuan Do cepat memotong ucapan sang istri. Jongin hanya mampu mengangguk selagi Tuan Do bangkit dari duduknya.

Kyungsoo sendiri yang masih bersembunyi di balik pintu hampir meneteskan air matanya kembali mendengar betapa sungguhnya Jongin kepadanya. Keraguan yang beberapa menit lalu ia rasakan tiba-tiba mulai menghilang. Ini yang ia rasakan, semuanya nampak nyata.

"Kyungsoo kau dengar itu? Ya Tuhan.. Kim Jongin mencintaimu," bisik Baekhyun seraya menangkup kedua pipi Kyungsoo.

Aku tahu. Kyungsoo hanya bisa tersenyum menunjukkan matanya yang berkaca-kaca. Raut Baekhyun begitu terlihat bahagia dan Kyungsoo bersyukur gadis ini ada disini, memastikan bahwa Kyungsoo tetap sadar dan tidak jatuh pingsan.

Suara pintu yang terbuka tiba-tiba menyadarkannya untuk segera berdiri. Baekhyun mengikutinya dan ia merasa kikuk ketika ayahnya telah berdiri di hadapannya ketika Kyungsoo berbalik. Tatapan ayahnya begitu sangat tidak biasa. Bahkan begitu menakutkan untuk bisa Kyungsoo tatap secara langsung, jadi ia hanya bisa menunduk.

"Apa ini? Sejak kapan kau mencintainya?" bisik sang ayah yang Kyungsoo yakini hanya dapat didengar oleh dirinya saja.

Kyungsoo meneteskan air matanya. "Entahlah, itu terjadi begitu saja." Kyungsoo mengusap air matanya dan segera mendongak menatap sang ayah. "Kami memiliki kesamaan dan.. appa.. aku benar-benar tidak bisa menjelaskan bagaimana bahagianya aku ketika bersamanya."

Untuk sesaat Kyungsoo ragu bahwa ayahnya akan menerima keputusannya semudah itu. Tetapi secara tak terduga, ayahnya yang terbiasa tidak menunjukan banyak ekpresi mulai tertawa kecil lantas menatap putrinya dengan penuh kegelian.

"Kau benar-benar jatuh cinta kepadanya?"

Kyungsoo mengangguk dan itu mampu membuat sosok pria yang paling berharga seumur hidupnya meneteskan air mata. Ayahnya menangis dengan bahagia. Kyungsoo tersentak ketika ayahnya memeluknya dengan erat.

"Aku merasa sudah sangat tua, putriku telah jatuh cinta," bisik sang ayah yang mampu menggetarkan hati Kyungsoo.

Ini benar-benar sebuah kebahagiaan. Kyungsoo tak mampu mengucapkan kata terima kasih selain membalas pelukan sang ayah. Sekilas ia menatap ibunya yang tersenyum tulus dan satu lagi, Kim Jongin. Pria itu nampak lega dengan senyuman di bibirnya.

Bukankah ini adalah awal yang indah?

***

Kyungsoo paham dengan arti penting sebuah penantian. Meskipun terkadang ibunya selalu mengucilkannya akan impian bahwa ia akan menemukan sosok Mr. Darcy yang asli di kehidupan nyata, itu tidak merubah kenyataan bahwa dunia fiksi tidak akan pernah hidup di dunia nyata. Kyungsoo menyadari hal itu. Penantiannya selama bertahun-tahun hanya ia habiskan dengan menunggu bukan dengan mencari. Bahkan ia tidak tahu jika Jongin tidak pindah ke apartemen Chanyeol dan terlibat masalah dalam insiden menumpahkan kopi, ia tidak yakin Kyungsoo dapat mewujudkan impiannya hingga seperti ini.

Ibunya mengatakan bahwa; jalan hidupmu benar-benar seperti kisah Pride and Prejudice, bagaimana bisa itu terjadi?

Kyungsoo sendiri tidak tahu jawabannya.

Takdir dan keberuntungan. Keduanya adalah bukti bahwa keyakinan yang selama ini Kyungsoo genggam telah menjadi nyata. Dan saat itulah Jongin datang. Pria yang begitu sangat dingin tapi tiba-tiba dapat meluluhkan hatinya. Semua orang tidak dapat menyangkal bahwa Jongin adalah pria mapan, tampan dan memiliki karir yang bagus. Kedudukannya yang lebih tinggi sejujurnya membuat Tuan Do sendiri merasa ragu apa putrinya benar-benar mencintai Jongin karena hati atau karena materi. Tapi pemikiran itu bisa dengan cepat tertandaskan ketika Kyungsoo menceritakan apa saja yang terjadi kepadanya dan Jongin hingga mereka sampai dititik untuk menjalin kasih.

Kini tidak ada lagi keraguan. Kyungsoo bahagia dan ia yakin Jongin merasakan hal yang sama. Pria itu lebih banyak tersenyum meskipun sifat dinginnya tidak pernah terlepas dari perangainya. Kyungsoo harus mengakui bahwa Jongin bukanlah pria yang manis dan pandai memberi pujian. Dia pria dewasa pada umumnya yang berpikiran rasional tapi entah kenapa itu membuat Kyungsoo merasa nyaman dengan sikapnya yang rata-rata dibenci para wanita.

"Kapan pertama kali kau sadar bahwa kau mencintaiku?" tanya Kyungsoo tiba-tiba selagi Jongin hendak mengantarkan Kyungsoo untuk pulang ke rumahnya.

Jongin terdiam untuk beberapa saat tanpa melepaskan gengaman tangannya dari Kyungsoo. "Aku tidak tahu apa penyebab atau pemicu yang membuatku mencintaimu, tiba-tiba saja aku merasakannya. Dan entah kenapa.. kau berbeda."

Kyungsoo terneyum. "Aku masih ingat bahwa kau pernah mencela penampilanku yang buruk, apa itu yang membuatmu jatuh cinta kepadaku?"

"Sifat dan kesederhanaanmu, kurasa." Jongin melirik lantas tersenyum. "Ada banyak hal yang terjadi dan kau mampu mengubah semua pemikiran yang tadinya tidak ada menjadi ada. Kau berbeda, dan saat pertama kali kau jatuh sakit.. itulah kali pertama aku merasa khawatir dan ingin terus berada di sampingmu sepanjang malam."

"Itu menyentuhku," bisik Kyungsoo. "Kau tiba-tiba bersikap manis dan semua sikapmu kepadaku membuatku tersentuh."

Jongin tersenyum, mengusak kecil rambut Kyungsoo dan membimbingnya untuk kembali berjalan. Ini sudah seminggu sejak mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Meskipun sudah cukup lama, tetapi ini terlalu singkat jika menyadari bahwa ini adalah perpisahan mereka untuk pertama kali setelah mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

Masa liburan Kyungsoo telah habis dan ia harus segera pergi ke Seoul bersama Baekhyun dan Chanyeol. Jongin tidak bisa pergi, ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya disini dan itu yang membuat Kyungsoo sedih. Ketika mereka telah tiba di depan rumah. Kyungsoo tidak dapat menyembunyikan kesedihannya dan terus menggenggam tangan Jongin mengingat besok ia akan segera berangkat.

"Aku tidak akan memaksamu terus mengirimiku pesan karena aku tahu kau sibuk dengan pekerjaanmu. Tapi sempatkanlah sedikit untuk berkomunikasi."

"Aku akan melakukannya setiap detik, menit, jam bahkan setiap hari."

"Jangan seperti itu," kekeh Kyungsoo. "Aku memiliki pekerjaan dan kau juga, meskipun kita sama-sama sibuk tapi kita harus mengutamakan pekerjaan juga."

"Aku tahu itu," Jongin tersenyum lantas membelai pipi Kyungsoo. "Aku akan merindukanmu."

"Aku juga," bisik Kyungsoo. Jongin mendekat, memberi sebuah pelukan yang menenangkan. Kyungsoo akan merindukan pria ini. Hanya sementara, mereka pasti akan bertemu kembali.

"Aku akan mnyusulmu dalam waktu dekat."

Kyungsoo mendorong pelan bahu Jongin untuk melepaskan pelukannya.Tertawa mendengar ucapan Jongin yang terdengar konyol.

"Jangan bercanda."

"Aku serius, aku baru saja mendapatkan e-mail bahwa aku harus merevisi skripsiku. Tentu saja aku akan pulang untuk mengurusnya. Bagaimanapun aku harus lulus."

Kyungsoo seketika berbinar ketika Jongin mulai tersenyum menunjukkan bahwa mereka tidak akan benar-benar berpisah. Mereka akan bertemu lagi dalam waktu dekat, kembali menghabiskan banyak waktu di Seoul berdua-itu jika Jongin tidak lagi sibuk dengan skripsinya.

"Cepatlah masuk, ini sudah malam. Eomma-mu akan marah kepadaku jika membiarkankan kau terus disini bersamaku."

Kyungsoo tersenyum lantas mengangguk. Sekali lagi ia memeluk Jongin begitu sangat erat seolah tidak ada hari esok yang akan mempertemukan mereka kembali, meski pada kenyataannya mereka akan bertemu kembali besok ketika Jongin mengantar kepergian Kyungsoo ke Seoul. Kyungsoo melepaskannya penuh keengganan begitu juga dengan Jongin tapi Kyungsoo sadar ini waktunya ia untuk pulang. Jongin benar, ia harus segera masuk sebelum ibunya kembali berceloteh karena mereka selalu menghabiskan waktu dari sore hingga larut malam.

Dengan sebuah senyuman yang tersungging di bibir Jongin, akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk berbalik masuk ke rumahnya. Baru beberapa langkah Kyungsoo berjalan, Jongin kembali berteriak memanggilnya. Kyungsoo berbalik dan ia dapat melihat senyuman lebar pria itu yang jujur saja begitu sangat tidak cocok dengan wajahnya.

"Apa kau mau menikah denganku?"

Pertanyaan itu lagi. Entah sudah berapa kali Kyungsoo mendengar pertanyaan yang sama selama hampir sepanjang hari ini. Dibandingkan dengan menjawabnya, Kyungsoo hanya memilih tersenyum. Ini terlalu cepat. Lagipula Kyungsoo tahu Jongin hanya bergurau dengan ucapannya.

Dengan senyuman yang tersungging di bibirnya, akhirnya Kyungsoo mampu membuka suaranya kali ini menjawab pertanyaan Jongin.

"Menjadi sarjanalah dulu baru aku akan menikah denganmu."

***

Sedih buat bilang ini tapi, next chapter 'Bab 21' is the last chapter. Enjoy dan tunggu kejutan di chapter terakhir.

Love, siput.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro