BAB 19
Jongin terus mengetuk mejanya dengan resah. Sesekali ia mengusak rambutnya ke belakang hingga mengacak dokumen yang teronggok berantakkan di mejanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan malam ini. Seluruh pikirannya malah tersita memikirkan keadaan Kyungsoo.
Meskipun Dokter telah mengatakan bahwa kaki Kyungsoo hanya terkilir biasa dan bisa dipastikan bahwa keesokan harinya Kyungsoo akan pulih untuk berjalan. Tapi tetap saja rasa khawatir menggelayuti hatinya saat ini.
Chanyeol yang sedari tadi memerhatikan gerak-gerik tak biasa Jongin mulai bergidik melihat tingkah sahabatnya yang mulai aneh.
"Kau baik-baik saja? Butuh obat mungkin? Nanti kubelikan." Chanyeol hendak terkekeh tetapi melihat balasan tatapan Jongin yang melotot kepadanya membuat ia mendengus. "Ayolah.. jika kau memang mengkhawatirkan Kyungsoo, kenapa tidak menghubunginya saja?"
"Siapa yang mengkhawatirkannya?" balas Jongin dingin.
"Mau kuberikan nomor Kyungsoo?"
"Kau tahu nomornya?" Pandangan Jongin seketika berbinar dan itu mampu membuat Chanyeol kembali terkekeh.
"Sayangnya aku tidak memilikinya," Jongin berdecak kecewa dan tanpa pikir panjang melempar sebuah buku yang kebetulan tak jauh berada di mejanya. Chanyeol berhasil menepisnya, ia masih tertawa mengabaikan kekesalan sahabatnya kali ini. "Jika kau mau, aku akan menelpon Baekhyun untuk meminta nomornya."
"Tidak perlu," balas Jongin ketus.
Jongin kembali membisu dalam pikirannya sendiri. Setelah ia mengantarkan Kyungsoo pulang, ia bahkan tak berani untuk bertanya keadaan Kyungsoo. Jongin hanya bisa diam hingga ibu Kyungsoo mengatakan terima kasih karena telah mengantar Kyungsoo. Begitupun dengan Baekhyun dan Chanyeol yang langsung menyusul kepulangan mereka. Ketika Baekhyun memutuskan untuk menjaga Kyungsoo, Chanyeol telah lebih dulu melemparinya tatapan curiga yang entah apalah itu artinya. Jongin baru tahu hingga akhirnya Chanyeol mengatalan sendiri bahwa; ia tahu bahwa ada sesuatu yang Jongin tutupi antara dirinya dengan Kyungsoo.
Jongin menyerah, entah darimana Chanyeol tahu bahwa ia sebenarnya menyukai Kyungsoo. Tetapi Jongin sengaja tidak merespon segala teori aneh tentang wanita yang Chanyeol ketahui dan menganggap bahwa sahabatnya sudah gila. Bahkan hingga detik ini.
"Kurasa dia juga menyukaimu," Chanyeol membuka suaranya dan entah kenapa itu malah terdengar lucu di telinga Jongin. Chanyeol yang melihat itu seketika mengernyit. "Hey.. aku serius, apa yang kau tertawakan?" ucapnya tak terima.
"Dia membenciku," jawab Jongin acuh.
"Darimana kau tahu itu?"
"Dia yang mengatakannya sendiri kepadaku," Jongin kembali diam dan teringat bagaimana ungkapan benci gadis itu kepadanya. Selamanya, itu adalah kata-kata yang paling menyakitkan yang pernah ia dapatkan.
"Oh, dugaanku benar sekali! Kyungsoo benar-benar menyukaimu!"
Jongin melirik Chanyeol yang kini menyeringai. Ada apa dengan sahabatnya ini. "Kau pikir kata benci dan suka itu sinonim?"
"Yah bukan.. tapi itu lebih terdengar sebagai kata ganti." Sahabatnya benar-benar gila, Jongin menggeleng dan segera melemparkan tatatapannya ke sisi lain. "Aw man.. ternyata pengalamanmu utnuk mengerti bahasa wanita itu buruk sekali. Seharusnya kau belajar kepadaku."
"Aku serius kali ini, bisakah kau diam?" tanya Jongin kesal.
"Hey.. kau pikir kenapa aku terus mengejar Baekhyun padahal dia sudah memakiku dengan ribuan kata benci? Tentu saja karena aku tahu dia sangat mencintaiku."
Barulah Jongin melirik Chanyeol membuat pria itu tersenyum puas, akhirnya Jongin mau mendengarkannya.
"Jika wanita mengatakan benci itu berarti mereka telah dikecewakan, tahu arti dikecewakan? Itu karena ia merasa dikhianati oleh orang yang benar-benar ia pedulikan dan dianggap berarti bagi hidupnya. Apa aku juga harus mengartikan kata mengkhianati?" dengus Chanyeol merasa ia telah menjadi guru bahasa bagi pria yang jelas, jauh lebih pintar darinya.
"Apa maksudmu berarti bagi hidupnya?"
Chanyeol menghela napas panjang. "Kau masih belum sadar juga? Dasar bodoh.. jika Kyungsoo membencimu ia mana mungkin mau berada di dekatmu lagi, jika itu terjadi, paling-paling dia akan memuntahi wajahmu," ucap Chanyeol seraya menunjukkan gerakan seolah ia akan muntah. "Memangnya ada orang yang sedang benci tiba-tiba mau-mau saja diajak bicara sama orang yang dibencinya?"
Jongin mendesah perlahan. Chanyeol benar, selama ini Kyungsoo tidak pernah sengaja menghindar darinya bahkan setelah Kyungsoo mengungkapkan kebenciannya kepada Jongin. Selama ini Jongin lah yang menghindar dari Kyungsoo karena tidak mau membuat gadis itu tak nyaman. Tetapi hingga sejauh ini, Kyungsoo sama sekali tidak pernah menampakkan kebenciannya seperti dulu.
Suara helaan napas panjang itu lagi-lagi membuat Jongin mendengus. Chanyeol nampak tengah meremehkannya kali ini, tapi itu memang benar. Ia seorang pengecut.
"Kupikir hubunganmu dengan Kyungsoo sudah berjalan serius, karena sebelum Kyungsoo pergi, maksudku pulang ke Cheonam, Nyonya Kim datang untuk menemuinya."
Jongin seketika terperanjat. "Siapa? Eomma? Maksudmu dia datang menemui Kyungsoo? Apa saja yang mereka lakukan?" tanyanya seketika panik.
Chanyeol yang terkejut dengan ekpresi berlebihan dari Jongin hanya menggeleng kaku. "Apa itu hal buruk? Kulihat Nyonya Kim memerlakukan Kyungsoo dengan baik. Tapi dengan apa yang mereka lakukan, aku tidak tahu. Dia hanya datang lalu mengajak Kyungsoo pergi."
"Oh ya Tuhan." Seketika pikiran-pikiran buruk bermunculan di kepalanya. Apa yang dilakukan ibunya kepada Kyungsoo? Kenapa ia baru tahu semua ini? Sial!
Jongin segera meraih ponselnya lantas berjalan setengah tergesa meninggalkan ruangan yang ditempatinya dengan Chanyeol. Ia harus memastikan bahwa ibunya tidak melakukan hal apapun yang dapat menyakiti Kyungsoo.
***
Kyungsoo menikmati waktu sore harinya dengan kebosanan. Baekhyun pergi sejak tadi pagi setelah Chanyeol datang menjemputnya dan mengatakan bahwa ia akan merayakan white day hanya berdua. Kyungsoo tidak perlu banyak berbasa-basa saat itu, tentu saja. Ia juga tidak ingin menjadi pengganggu kencan mereka. Sepertinya valentine day tidak cukup bagi sepasang kekasih untuk berbagi kasih sayang. Lihat saja nanti saat black day. Kyungsoo akan menyekap Baekhyun dan membiarkannya kelaparan ketika ia memakan jjajangmyeon di hadapannya.
Kyungsoo mendesah memikirkan ide bodohnya. Tidak, Kyungsoo bukan cemburu, ia hanya sedikit kesal kepada Baekhyun yang masih mengungkit Jongin dalam pembicaraan mereka. Tahu apa yang Baekhyun katakan sebelum pergi? Ia mengatakan bahwa hari ini Kyungsoo harus merayakan white day bersama Jongin yang mampu dihadiahi sebuah pukulan ringan oleh tangan Kyungsoo.
Sudah dua hari dan Kyungsoo tidak bisa terus berbaring seperti orang sakit. Ia sehat dan kakinya luar biasa baik-baik saja. Terima kasih kepada Kim Jongin yang mau menggendongnya pergi ke klinik karena sekarang kakinya telah kembali pulih. Sekarang apa kabar pria itu? Apa Jongin masih sibuk dengan pekerjaannya? Oh jika Kyungsoo bisa, ia akan pergi ke kantor Jongin saat ini. Tetapi ia mengurungkan niat itu jika ia tidak mau mendapatkan kemurkaan ibunya.
Kyungsoo hanya bisa duduk bersila kaki di halaman rumahnya. Melihat sang ibu yang tengah memanen beberapa tomat segar yang telah berwarna merah menyala. Lihat, betapa segarnya tomat-tomat itu Bahkan Kyungsoo tak sabar untuk bisa membuat jus dari tomat hasil kebunnya sendiri.
Suara deritan pagar yang sudah aus menarik perhatian Kyungsoo dari tomat-tomat di kebunnya. Kyungsoo melirik dan terkejut ketika mendapati siapa yang baru saja membuka pintu pagar rumahnya. Dia adalah Jongin.
Kyunsgoo seketika beranjak ketika melihat bagaimana penampilan Jongin yang benar-benar berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi setelan lengkap yang membalut tubuhnya. Kini hanya jaket dan pakaian sederhana yang membuat Kyungsoo teringat dengan Jongin yang pernah tinggal di apartemen tua milik Chanyeol. Tidak ada lagi rambut yang ditata serapih mungkin karena kini rambut bagian depannya telah jatuh ke bawah membentuk sebuah poni yang manis. Kyungsoo yakin ini bukan Kim Jongin yang dikenalnya.
"Hai!" sapa Jongin ramah. Kyungsoo bahkan tak sadar bahwa pria itu telah berdiri di hadapannya. Ia hanya bisa mematung dengan wajah memerah.
"Hai!" balas Kyungsoo. Jongin tersenyum dan Kyungsoo tiba-tiba berubah salah tingkah. Ini bukan seperti dirinya begitu juga Jongin.
"Bagaimana dengan kakimu?"
"Baik-baik saja, sudah pulih," jawab Kyungsoo seraya menggerakkan pergelangan kakinya yang sempat terkilir sampai akhirnya Jongin mengangguk.
Mereka sama-sama terdiam seolah tidak ada kata yang pantas mereka ucapkan kali ini. Kyungsoo hanya bisa menunduk tanpa berani menatap Jongin kali ini. Bahkan hingga ibunya datang menghampiri mereka berdua, memecah keheningan yang terjadi di antara mereka berdua.
"Oh Tuan Kim, ada yang bisa saya bantu? Silahkan masuk." sapa ibunya namun Jongin menggeleng, segera menolaknya dengan halus.
"Tidak, saya sebenarnya kesini untuk menemui anda."
"Saya?" tanya ibu Kyungsoo terkejut.
"Bolehkah saya mengajak Kyungsoo pergi? Ada film bagus hari ini dan saya ingin mengajaknya."
"Aku?" Kyungsoo kini yang terkejut. Ia seketika terdiam ketika ibunya mulai meliriknya dengan tatapan bingung.
"Saya harap, Nyonya Do mau mengijinkannya. Saya berjanji tidak akan pulang terlalu larut malam." Lanjut Jongin meyakinkan. Jauh dari nada paksaan tapi lebih terdengar seperti sebuah permohonan yang halus.
Lagi-lagi Kyungsoo mendapati sang ibu meliriknya. Kyungsoo yakin ibunya ingin mencercanya dengan berbagai pertanyaan tapi ia yakin bahwa ini bukan saatnya. Lagipula Kyungsoo juga tidak tahu bahwa Jongin akan datang sengaja ke rumahnya dan mengajakanya untuk pergi menonton film. Tunggu apa ini namanya kencan?
"Kyungsoo bagaimana?" Kyungsoo terlonjak dan baru sadar bahwa ibunya kini tengah menungu persetujuan darinya.
Sekilas ia menatap Jongin dan demi Tuhan, sejak kapan Jongin memiliki wajah memohon seperti itu? Kyungsoo tidak tahu apa yang akan ia jawab kali ini. Ia hanya mengangguk dan Kyungsoo harap itu dapat menjawab semua pertanyaan Jongin maupun ibunya kali ini.
"Baiklah, Kyungsoo bisa pergi," lanjut ibunya.
Kyungsoo yakin helaan napas lega itu berasal dari Jongin. Dan lagi-lagi pria itu tersenyum lebar. Kyungsoo terpaku beberapa saat hingga Jongin kini melemparkan perhatiannya kepadanya. Kyungsoo terperanjak, dengan salah tingkah ia segera berjalan mundur, melangkahkan kakinya untuk memasuki rumahnya.
"Aku akan bersiap-siap dulu, tunggu aku sebentar!" Lantas Kyungsoo segera berlari memasuki kamarnya begitu saa
ja.
Benar, ini kencan! Kyungsoo dengarlah; hari ini kau akan berkencan dengan Kim Jongin, saat white day!
***
Jongin lupa bahwa ibu adalah pahlawan di atas segala-galanya. Jongin biasanya menganggap ibunya cerewet, selalu merasa benar dan selalu berkeinginan sendiri. Tetapi ia lupa bahwa ibu, adalah orang yang tahu bagaimana caranya untuk memecahkan masalah anak-anaknya.
Jongin bisa menganggap kebetulan tapi Jongin lupa satu hal. Sejak ia mengajak Kyungsoo untuk pergi ke perjamuan makan malam itu, Jongin lupa bahwa ibunya adalah orang yang paling sulit dibohongi. Semua orang pernah berbohong. Tapi bagi Jongin, berbohong kepada ibunya sama saja membuka pintu lebar-lebar bagi para mata-mata masuk ke dalam hidupnya. Dalam arti sebenarnya; Jongin telah membuka peluang bagi ibunya untuk mencari tahu apakah anaknya berbohong atau tidak.
Jongin ingat betul semua perkataan ibunya malam itu ketika ia bertanya: apa tujuan ibunya menemui Kyungsoo? Dan jawaban yang diberikan ibunya adalah obat yang paling ia butuhkan selama ini. Sebuah kepastian, sebuah saksi, sebuah harapan bahwa ia memiliki kesempatan untuk kedua kalinya.
"Aku tahu kau telah berbohong sejak awal. Jangan tanyakan lagi alasannya karena aku ingin tahu, sejauh apa pentingnya gadis yang membuat putraku setengah gila meninggalkan Seoul pada waktu hampir tengah malam."
Jongin membeku seketika. Dan ia tidak bisa mengatakan apapun ketika ibunya kembali melanjutkan ucapannya.
"Aku juga mengatakan hal yang sama kepada Kyungsoo. Tapi sebelum aku dapat mengatakan tujuanku sebenarnya, gadis itu telah lebih dulu mengatakannya kepadaku. Gadis yang sangat berani, aku mengagumi kejujurannya."
"Maksud eomma?"
"Dia mengatakan bahwa, dia sama sekali tidak memiliki hubungan apapun denganmu, Jongin. Dan dia mengatakan bahwa kau yang memaksanya,"
"Itu.."
"Dan aku butuh penjelasan kenapa kau memilih dia Kim Jongin? Apa karena kau memang terpaksa, atau kau memang sengaja menunjukkannya kepadaku?" lanjut sang ibu membuat Jongin kembali membeku.
Mereka sama sekali tidak mengatakan apapun. Ibunya seolah menunggunya untuk buka suara. Sedangkan bagi Jongin sendiri ia tidak tahu apa yang pantas ia ucapkan kali ini.
Suara helaan napas kembali terdengar dan Jongin hanya bisa menunduk saat ini.
"Kau tahu Jongin, aku benar-benar menyukai gadis itu," ucap ibunya tiba-tiba membuat Jongin menajamkan pendengarannya. "Aku mengajaknya ke galeri hari itu."
Jongin terkesiap. "Jangan katakan kalau eomma mengajaknya kesana untuk--"
"Tentu saja, aku ingin menunjukkan bakat putraku. Ya Tuhan.. Jongin, seharusnya kau tahu betapa inginnya seorang ibu membangga-banggakan putranya. Sayangnya aku tidak bisa menyebutkan namamu saat itu. Jadi kau tidak perlu sepanik itu," decak ibunya membuat Jongin yang kini menghela napasnya lega. "Aku menanyakan alasannya tentang lukisanmu dan kau tahu apa jawabannya? Dia mengatakan bahwa lukisan yang terakhir kau buat indah tetapi terlalu menyedihkan. Oh.. kau tidak perlu membayangkan bagaimana senangnya diriku, pemikiran kita sama. Aku benar-benar menyukainya."
Jongin langsung terdiam. Ia benar-benar tak banyak bicara kali ini karena sepenuhnya yang dikatakan ibunya sangat sulit untuk dipercayai. Benarkah ibunya menyukai Kyungsoo? Tapi ia ingat bahwa ibunya pernah megomentari lukisannya itu menyedihkan. Siapa sangka bahwa Kyungsoo akan mengatakan hal yang sama.
"Apalagi yang Kyungsoo katakan saat itu?" tanya Jongin dengan suara yang sengaja tidak terlalu terdengar menuntut.
"Dia tidak mengatakan apapun," jawab ibunya membuat Jongin secara tak langsung merasa kecewa. "Tapi aku rasa pesanmu dalam lukisan itu sampai kepada Kyungsoo."
"Maksudnya?"
"Aku tahu kau menyukainya dan dapatkan dia. Aku telah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri bahwa dia.. yah sangat baik untukmu. Kau mendapatkan dukungan dariku, Jongin."
Bukannya menjawab pertanyaan Jongin, ibunya malah mengatakan hal yang bagi Jongin paling mustahil keluar dari bibir seorang Nyonya Kim. Tapi entah kenapa, mendengar hal itu membuat Jongin mulai yakin akan sesuatu yang selama ini diragukannya. Mungkin sudah saatnya Jongin untuk melarikan diri dan mengindar. Senyumannya tiba-tiba terukir ketika mendengar kalimat terakhir sang ibu sebelum ia menutup panggilannya.
"Aku yakin apa yang kulihat bukanlah kesalahan tapi saat aku bicara tentangmu, Kyungsoo sangat memperhatikannya. Kau tau apa maksud dari ucapanku."
Saat itulah untuk pertama kalinya ia meloncat meneriakkan nama sahabatnya dan menghujamnya dengan ribuan ucapan terima kasih. Meski Chanyeol terus mengatakan umpatan menjijikan kepada Jongin karena sikapnya yang mendadak aneh, Jongin tidak terlalu memerdulikannya. Jika bukan karena Chanyeol, ia tidak akan pernah tahu bahwa ibunya pernah menemui Kyungsoo dan mengetahui pendapat ibunya tentang Kyungsoo sendiri.
Berkat sahabatnya juga, ia bisa berani datang menemui Kyungsoo setelah menunggu dua hari yang menyiksanya. Chanyeol menyarankan bahwa Jongin tidak boleh terburu-buru sehingga pada akhirnya ia malah terjebak dengan kesibukkan tak masuk akal di kantornya. Mungkin konyol karena ia menuruti perintah Chanyeol untuk berkencan dengan Kyungsoo saat white day. Meski itu adalah hal tabu baginya tapi pada akhirnya Jongin tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.
Sekarang Jongin maupun Kyungsoo hanya bisa menikmati keterdiamannya masing-masing selagi mereka menyusuri jalanan pedestrian yang mengarah langsung ke Mall tempat bioskop yang akan mereka kunjungi. Tetapi mungkin saat ini Kyungsoo yang sepenuhnya diam, Jongin diam hanya karena ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis berpakaian sederhana dengan lengan sepertiga. Sebelumnya Jongin mengatakan apakah tidak masalah bila ia mengajak Kyungsoo pergi dengan berjalan kaki? Dan Kyungsoo hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan dan senyuman. Nah, sekarang bagaimana bisa Jongin melepaskan pandangannya setelah apa yang dilakukan gadis itu yang malah menyalahgunakan senyumannya sehingga membuat Jongin terpikat. Jongin merasa gila dan satu tujuan hidupnya seolah semuanya ada di mata Kyungsoo saat ini.
"Jangan tatap aku seperti itu. Aku tahu aku tidak memiliki pakaian yang bagus, tapi ini sudah yang terapih," ucap Kyungsoo tiba-tiba tanpa mengangkat wajah untuk menatapnya.
Jongin terpengarah untuk sekian detik sebelum akhirnya terkekeh mengerti maksud dari perkataan Kyungsoo. Ya, itu pakaian yang tidak cukup bagus bagi Kyungsoo. Tetapi matanya bahkan sedetik pun tidak tertarik untuk memerhatikan apa yang dipakai Kyungsoo karena sepasang mata itu telah mengalihkan segalanya.
"Aku tahu itu, aku bersyukur bahwa kau masih memiliki pakaian yang layak hari ini," canda Jongin.
Wajah Kyungsoo berubah memberenggut dan untuk pertama kalinya Jongin menyesal untuk mengatakan hal itu kepada Kyungsoo. Seharusnya ia memujinya bukan malah mengejeknya.
"Tapi kau cantik," gumam Jongin.
Kyungsoo mendongak dan saat itu juga Jongin segera melemparkan tatapannya. "Kau mengatakan sesuatu?" tanya Kyungsoo dengan kening berkerut.
"Tidak ada," balas Jongin singkat. Ia menstabilkan jantungnya sebelum menatap kembali Kyungsoo dengan senyuman seolah tidak terjadi apa-apa. "Kita harus cepat, aku tidak ingin ketinggalan filmnya!"
Tanpa memberi kesempatan apapun, Jongin lantas segera menggenggam pergelangan tangan Kyungsoo yang sedari tadi ia acuhkan. Jongin bisa merasakan Kyungsoo terkesiap tetapi itu malah membuat gadis itu semakin lucu. Jongin tersenyum sekilas, ada rasa lain yang membuatnya ingin sekali untuk terus menggenggam tangan Kyungsoo dan itu semakin baik saja karena Kyungsoo sama sekali tidak menolaknya lantas menarik Kyungsoo untuk segera berjalan agar mereka tidak akan ketinggalan film yang akan mereka tonton.
***
"Pride and Prejudice and Zombies?" tanya Kyungsoo bingung ketika ia melihat poster film apa yang akan ia dan Jongin tonton hari ini.
Jongin mengangguk. "Ya, aku tidak tahu apa kau akan menyukainya. Saat aku memesan tiket, dari beberapa film yang sedang tayang aku hanya tertarik dengan film itu. Judulnya mirip seperti buku yang kau baca, entah sama atau tidak tapi aku langsung mengingatmu."
Kyungsoo hanya diam mendengar apa yang dikatakan Jongin. Tidak menyangka hanya karena hal sesederhana itu bisa membuat Jongin ingat kepadanya. Kyungsoo pernah dengar tentang buku Pride and Prejudice and Zombies yang merupakan hasil remake oleh salah satu fans Jane Austen itu, tapi sungguh Kyungsoo sendiri tidak tahu bahwa buku itu ternyata telah di filmkan saat ini.
Meskipun Kyungsoo belum pernah membaca buku remake itu, hatinya seketika bergembira. Mungkin ia akan sedikit bernostalgia tentang film yang paling di sukainya saat ia masih kecil. Kyungsoo penasaran apa Mr. Darcy yang ada di film ini akan sama membuatnya jatuh cinta seperti Mr. Darcy pada film di tahun 2005 yang ia tonton. Hanya saja ada satu hal yang ia ragukan saat ini.
"Tapi aku benci film horor," bisik Kyungsoo membuat Jongin menunjukkan wajah terkejutnya.
"Benarkah?" Kyungsoo mengangguk dan Jongin setengah menggigit bibirnya seolah ragu apa ia yakin akan mengajak Kyungsoo untuk menonton film yang akan ditontonnya saat ini. "Jika kau tidak suka, kita bisa menonton film lain."
"Tidak, tidak. Kita bisa menonton ini."
"Kau yakin?"
"Ya, lagipula jika itu menakutkan aku memiliki pelampiasan." Kyungsoo melirik Jongin lantas menyeringai.
Jongin seketika mengernyit tak lama kemudian bergidik menyadari apa maksud Kyungsoo. "Aku menghindari segala pukulan dalam bentuk apapun. Tetapi jika pelukan, aku akan menerimanya dengan senang hati." Kyungsoo seketika berdecak mendengar godaan Jongin yang terdengar memalukan baginya. Lantas Kyungsoo segera pergi memasuki pintu masuk mendahului Jongin. Mencoba menghindar secepat mungkin karena tidak ingin Jongin tahu bahwa pipinya mungkin tengah memerah saat ini.
Jongin berderap mengikutinya tapi Kyungsoo sama sekali tidak ada niatan untuk menunggu Jongin. Dan sialnya itu malah menjadi kesalahan bagi Kyungsoo. Sekarang dimana ia duduk?
Kyungsoo bergidik seketika saat ia merasakan suhu ruangan di dalam teater begitu sangat dingin. Berapa derajat mereka mengatur AC-nya? Ini benar-benar akan membekukan tubuhnya.
"Jangan masuk begitu saja, kau tahu kan tiketnya ada padaku," ucap Jongin yang telah berdiri di sampingnya.
Kyungsoo berdecak lantas menggigil. "Tunjukkan kursinya! Oh Tuhan.. ini dingin sekali."
Kyungsoo belum sempat melangkahkan kakinya ketika tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah jaket yang tiba-tiba terlampir di bahunya. Kyungsoo dapat merasakan bahwa ada telapak tangan yang kini tersimpan di bahunya dan mulai mendorongnya untuk naik mencari kursi yang akan ia duduki.
"Aku lupa bahwa sebenarnya kau sama sekali tidak kuat akan suhu dingin, oh.. aku telah berbohong kepada keluargamu," bisik Jongin ketika Kyungsoo menoleh kepadanya. Ia terkekeh dan Kyungsoo kembali merasa kesal dengan ejekkan yang diberikan Jongin.
Kyungsoo sama sekali tidak berkomentar apapun ketika Jongin mendudukkan tubuhnya pada kursi yang terletak di bagian tengah-tengah teater. Jongin duduk di sampingnya dengan santai. Sekilas Kyungsoo melirik Jongin. Bahkan pria itu memakai pakaian tipis saat ini sedangkan jaket ini malah Jongin berikan kepadanya.
Kyungsoo mengepal jaket yang terlampir di bahunya kuat-kuat lantas menatap Jongin kembali.
"Apa kau tidak kedinginan?" tanya Kyungsoo.
Jongin menoleh lalu kembali tersenyum. Hal yang paling tidak bisa Kyungsoo hindari bersamaan dengan jantungnya yang selalu berdebar kencang.
"Tidak, kau saja yang gunakan. Aku baik-baik saja."
Kyungsoo kembali tidak mengatakan apapun setelah itu karena Jongin sendiri kembali diam tak banyak bicara seperti biasa yang ia lakukan. Kyungsoo memfokuskan perhatiannya pada film yang akan ia tonton. Bahkan ia tidak bisa memungkiri meskipun mereka sama-sama saling terdiam, jantungnya sama sekali tidak bisa berhenti untuk terus berdebar kencang. Mereka duduk berdampingan dan ini adalah kencan pertama yang mereka lakukan. Ia tidak tahu apa yang akan Baekhyun katakan jika ia tahu bahwa saat ini ia tengah berkencan dengan Jongin. Mungkin gadis itu akan terus memekik setiap saat.
Film telah mulai diputar dan Kyungsoo mencoba mengalihkan seluruh perhatiannya pada film yang akan ia tonton saat ini. Semua dimulai dengan adegan-adegan sederhana seperti sekumpulan orang tengah bermain kartu di atas meja. Ketenangan itu berubah menjadi sebuah keterkejutan ketika Zombie itu mulai muncul dengan wajah yang hampir hancur.
Kyungsoo langsung menjerit seperti penonton lain. Kyungso tersentak lantas memalingkan wajahnya untuk bersembunyi.
Parfum itu. Kyungsoo seketika membeku menghidu aroma parfum yang selalu membuatnya pipinya merona. Kim Jongin. Ia memeluk Kim Jongin!
Kyungsoo tersentak. Ia segera menegakkan tubuhnya dan kembali duduk seperti semula seolah tidak ada terjadi kepadanya beberapa saat lalu. Sekilas ia melirik Jongin dan sialnya pria itu malah menatapnya dengan tatapan yang sulit sekali bisa Kyungsoo artikan. Yang jelas, yang bisa Kyungsoo rasakan saat ini bahwa ia tengah tersipu.
Kyungsoo mencoba untuk tidak memerdulikan Jongin karena ia tahu bahwa pria itu masih menatapnya. Kyungsoo merasa diperhatikan dan itu malah membuatnya semakin salah tingkah. Tapi syukurlah ia mulai terbiasa dengan beberapa adegan mengejutkan serta menakutkan yang terjadi di film itu. Kyungsoo tak lagi tersentak sampai memeluk tubuh Jongin kembali. Tidak ada lagi jeritan yang keluar dari mulutnya karena jeritan lain di dalam hatinya saat ini lebih membuat ia merasa gila. Kyungsoo hanya diam dan mencoba tidak peduli dengan tatapan Jongin yang masih bertahan hingga saat ini.
Sedangkan Jongin sendiri sama sekali tidak peduli sebagus atau semenegangkan apa film yang tengah ia tonton saat ini. Matanya hanya tertuju kepada satu orang saja dan itu hanya kepada Kyungsoo. Entah sejak kapan Jongin mulai tak memerhatikan film itu yang jelas hal paling menarik yang bisa ia lihat saat ini adalah bagaiaman cara gadis itu yang sesaat terkadang tersenyum, menatap serius hingga bergidik ketakutan. Sangat lucu melihat berbagai ekpresi yang ditunjukkan Kyungsoo saat ini dan itu semakin membuat Jongin tidak ingin melewatkan satu detik pun momen yang bisa Jongin tangkap.
Entah apa yang membuat Kyungsoo tiba-tiba menggigit bibirnya dan itu tidak luput dari perhatian Jongin saat ini. Jongin melirik dan memerhatikan sekilas bibir itu. Bibir yang pernah tanpa sengaja ia sentuh, bibir yang selama ini selalu menghantuinya. Bagaimana bisa Kyungsoo memiliki bibir yang selalu merasuk ke dalam setiap pikirannya? Jongin seketika berkedip. Apa yang kau pikirkan Kim Jongin, sadarlah!
Tapi tetap saja, matanya masih tertuju pada bibir gadis itu. Demi Tuhan, berapa lama ia bisa bertahan untuk hal-hal segila ini?
Entah dorongan darimana, tiba-tiba Jongin mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Kyungsoo yang masih memerhatikan film yang tengah ia tonton. Jongin menelan ludahnya, ia mulai ragu dan sadar apa yang akan ia lakukan saat ini. Jongin memertahankan matanya untuk tetap meanatap Kyungsoo, berharap bahwa gadis itu tidak sadar apa yang ia lakukan saat ini. Namun tanpa diduga Kyungsoo menoleh dan jarak wajahnya dengan bibir Kyungsoo hanya berjarak beberapa inci saja. Sial! Ini bukan jarak yang tepat untuk Jongin bisa menghindar karena bibir itu malah semakin menggodanya.
Jongin dapat merasakan helaan napas tertahan Kyungsoo saat ini dengan kedua matanya yang membulat terkejut. Jongin bisa saja mengurungkan niatnya tetapi gerak tubuhnya tidak sejalan dengan apa yang qda dalam pikirannya dan entah orongan darimana, tiba-tiba bibrinya telah mendarat di bibir Kyungsoo. Itu bukan dirinya, Jongin berani bersumpah karena yang ia dapati adalah Kyungsoo yang telah menekan halus bibirnya lebih dulu dengan mata yang tertutup rapat.
Jongin mengagumi bagaimana ia bisa melihat bulu mata Kyungsoo dengan jarak sedekat ini. Dan ciuman yang diberikan Kyungsoo dapat membuat hatinya seketika menghangat. Jantungnya berdebar antusias dan ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya selalin menutup matanya dan membalas ciuman itu dengan lembut.
Semuanya terasa mengalir begitu saja. Jongin merasa ia telah terlalu lama terjebak di padang pasir sehingga saat ia bertemu oase, Jongin tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk tidak meninggalkannya. Dan itulah yang Jongin rasakan saat ini ketika ia mulai memagut halus bibir Kyungsoo begitupun sebaliknya.
Ciuman mereka terlepas dan napas mereka sama-ama terengah. Jarak wajah mereka sama-sama saeperti tak ingin meninggalkan dan Kyungsoo lupa bagaimana ia selalu terjebak setiap kali ia menatap sepasang mata tajam dan gelap seperti Jongin. Beberapa detik yang mendebarkan dan Kyungsoo tidak percaya bisa lepas kendali seperti ini.
Lampu teater tiba-tiba bersinar membuat Kyungsoo sadar sedang apa dan dimana ia saat ini. Filmnya telah selesai. Kyungsoo kembali menatap Jongin dan terkejut dengan apa yang telah ia lakukan beberapa menit lalu bersama pria itu.
Kyungsoo tersentak. Ia merasa malu dan pipinya memanas seketika. Kyungsoo hendak berdiri untuk melarikan diri tetapi telapak tangan Jongin telah mencekalnya lebih dulu membuat ia membeku. Kyungsoo menoleh dan melihat sepasang mata tajam itu berubah sendu dengan tatapan penuh keputusasaan.
"Kumohon jangan pergi lagi," bisiknya. "Beri aku kesempatan untuk bicara dan setelah itu kau bebas ingin tetap tinggal atau pergi kemanapun kau mau, karena jawabanmu saat ini sangat penting bagi hidupku."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro