BAB 18
Kyungsoo melangkah setengah tergesa untuk segera pulang ke rumahnya. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi kepadanya nanti; ibunya yang akan memarahinya karena telah pergi terlalu lama atau Baekhyun yang kemungkinan akan mencercanya dengan seribu pertanyaan; jika Baekhyun mengetahui bahwa sebenarnya ia pergi bersama Jongin. Mengingat hal itu, Kyungsoo menghentikan langkahnya dan berbalik tepat di hadapan Jongin yang kini menatapnya dengan bingung.
"Kau bisa mengantarku sampai sini," ucap Kyungsoo pelan.
"Aku akan menjelaskannya jika eomma-mu marah."
Kyungsoo segera menggeleng, ia sedikit menoleh ke halaman rumahnya yang kini hanya berjarak beberapa meter saja. Pintunya terbuka, pasti Baekhyun telah menunggunya.
"Tidak, tidak apa-apa. Eomma tidak akan marah."
"Tapi bagaimana jika--"
"Kyungsoo!"
Ucapan Jongin segera terpotong oleh suara panggilan seseorang kepadanya. Kyungsoo tercekat, dari suaranya ia sudah mengenal jelas bahwa itu adalah Baekhyun. Kyungsoo lantas berbalik dan melihat Baekhyun yang kini telah berlari mendekatinya. Baekhyun sama sekali tidak memberi kesempatan Kyungsoo untuk bicara karena gadis itu telah lebih dulu menerkamnya dengan sebuah pelukan erat.
"Oh aku merindukanmu!" Baekhyun semakin memperat pelukannya, jika Kyungsoo tidak ingat bahwa ada Jongin disini, tubuhnya pasti telah remuk seketika. Kyungsoo segera mendorong tubuh Baekhyun perlahan untuk melepaskan pelukannya.
"Baekhyun, kenapa kau ada disini?"
"Berlibur, Chanyeol bilang kau mengijinkan kami datang."
Kyungsoo berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya ia mengingat percakapan terakhirnya bersama Chanyeol sebelum ia pergi untuk pulang ke rumahnya. Chanyeol pernah mengatakan bahwa ia akan menyusul Kyungsoo untuk menikmati musim semi di Cheonam bersamanya. Kyungsoo lantas mengangguk dan mulai mencari keberadaan sosok pria bertubuh tinggi itu.
"Jadi dimana dia?" tanya Kyungsoo.
Baekhyun sama sekali tak mengatakan apapun sampai akhirnya Kyungsoo menatapnya kembali dan sadar bahwa kini Baekhyun tak lagi memerhatikannya, sebaliknya ia malah memerhatikan Jongin. Oh, Kyungsoo melupakan satu hal itu.
Kyungsoo menggigit bibirnya ketika Baekhyun tiba-tiba memberi salam kepada Jongin. Sedikit ia memerhatikan Jongin dan Kyungsoo dapat menemukan bahwa Kim Jongin yang beberapa menit yang lalu menghabiskan waktu untuk bercanda dan tertawa bersamanya telah menghilang digantikan kembali dengan Jongin yang dingin dan tak banyak bicara.
Tatapan Kyungsoo masih tertuju memerhatikan perubahan sikap yang ditunjukkan Jongin hingga ia menemukan Jongin membalas tatapannya. Kyungsoo menelan ludahnya merasa gugup karena diperhatikan seperti itu, lantas ia segera memalingkan wajahnya. Tepat bersamaan dengan sikutan lengan Baekhyun di pinggangnya.
Kyungsoo mengaduh perlahan, Baekhyun melemparkan tatapan 'apa maksudnya ini' membuatnya mau tak mau mengatakatan keberadaan Jongin bersamanya.
"Kebetulan kami bertemu di jalan, maksudku yah.. hanya kebetulan," jelas Kyungsoo dengan gugup, dan sialnya Baekhyun malah menyipitkan matanya dengan curiga.
"Aku bekerja di kantor cabang di kota ini," Jongin menyahuti hingga akhirnya Kyungsoo bisa terbebas dari tatapan penasaran yang diberikan Baekhyun. "Kau ingat, kekacauan produksi?"
Baekhyun terdiam dengan kening berkerut ketika Jongin mengatakan perihal masalah kekacauan produksi kepadanya. Tidak lama hingga akhirnya gadis itu mengangguk seolah mengerti, berbeda dengan Kyungsoo yang sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Jika Kyungsoo tidak ingat bahwa Baekhyun adalah pekerja magang di perusahaan keluarga Jongin, mungkin saat ini Kyungsoo akan memekik karena ia tidak tahu apapun.
"Kau datang bersama Chanyeol? Dimana dia?" tanya Jongin.
"Dia ada di dalam," tunjuk Baekhyun menggunakan ibu jarinya. Kyungsoo mencoba menahan dengusannya Sebelumnya ia menanyakan pertanyaan yang sama kepada Baekhyun tetapi gadis itu baru menjawab setelah Jongin yang bertanya kepadanya.
"Apa?" tanya Baekhyun yang kebetulan memergoki tatapan mengejek Kyungsoo namun Kyungsoo hanya membalasnya dengan menggedikkan bahu.
Kyungsoo nenatap kembali Jongin yang masih berdiri di hadapannya, ya sudah terlanjur. Lagipula Baekhyun juga sudah mengetahui bahwa Jongin ada disini, dan sialnya diketahui bahwa mereka tengah bersama-sama. Dari pertanyaan Jongin pun sudah menunjukkan bahwa pria itu ingin bertemu dengan sahabatnya, Chanyeol.
"Ayo masuk!" ajak Kyungsoo kepada Jongin. Belum sempat Jongin menjawab, ia telah lebih dulu mengandeng tangan Baekhyun dan membawanya pergi untuk masuk. Bahkan Kyungsoo masih menemukan tatapan penasaran yang Baekhyun berikan kepadanya. Sudah sangat jelas bahwa Baekhyun kini menaruh kecurigaan kepadanya.
Kyungsoo tidak perlu menoleh untuk memastikan apakah Jongin mengikutinya atau tidak, karena dengan suara ketukan sepatunya yang beradu dengan lantai rumahnya, Kyungsoo sudah tahu bahwa Jongin kini tengah mengekornya masuk.
Sebelum Kyungsoo masuk, kepalanya telah merangkai seribu alasan yang akan diberikannya kepada sang ibu. Tetapi ketika ia baru saja melewati pintu masuk rumahnya, ia hanya menemukan wajah menekuk Chanyeol yang tengah teurduduk seorang diri di ruang tamunya.
"Ada apa dengan wajahnya?" bisik Kyungsoo kepada Baekhyun.
"Eomma-mu."
"Eomma?" Kyungsoo mengernyit bingung dan menatap Baekhyun yang mengangguk membenarkan.
Wajah Chanyeol yang menekuk seketika berubah saat melihat sosok lain yang memasuki rumahnya. Tidak menyangka bahwa wajah masam itu bisa digantikan begitu sangat cepat dengan ekpresi sumringah ketika ia melihat kehadiran Jongin.
"Hey! Kau disini?" tanya Chanyeol yang seketika bangkit dari tempat duduknya. Jongin hanya membalasnya dengan sebuah anggukan, seperti biasa; terkesan dingin dan terlihat tak terlalu peduli.
"Akhirnya aku memiliki tempat untuk tidur, kupikir aku akan berakhir tidur di halaman rumahmu," Chanyeol mengangkat dagunya dan meneleng singkat kepada Kyungsoo yang menatapnya tak mengerti.
Oh, ada yang tak beres dengan ibunya saat ini. Kyungsoo melepas gandengan tangannya dari Baekhyun lantas memanggil ibunya.
"Eomma! Aku pulang!"
Pendengaran ibunya memang sangat tajam. Lihatlah dia yang secara tiba-tiba muncul di ruang tamu dan memberinya ucapan selamat datang dengan pukulan di pantatnya. Kyungsoo mengaduh pelan dan menatap wajah sang ibu dengan tatapan penuh kesakitan.
"Kemana saja? Sejak tadi siang kau pergi dan baru pulang semalam ini?" tanya sang ibu dengan tak sabar.
Pipi Kyungsoo hampir memerah karena malu, apakah ibunya tidak tahu atau memang ia membutakan pandangannya bahwa disini bukan hanya mereka berdua. Masih ada Chanyeol, Baekhyun dan jangan lupakan Jongin. Ini memalukan.
"Kami kebetulan bertemu di toko buku dan saya mengajak Kyungsoo untuk makan," Kyungsoo terlonjak, itu bukan dirinya dan ia tidak pernah bermaksud memaksa Jongin untuk membantunya. Kyungsoo memalingkan tatapannya kepada Jongin yang telah menunduk singkat di hadapan ibunya. "Maafkan saya, saya tidak tahu bahwa membawa Kyungsoo terlalu malam bisa menjadi kesalahan."
Kyungsoo tidak salah dengar kan? Jongin meminta maaf dan itu kepada ibunya. Kyungsoo hampir saja meleburkan dirinya karena ia takut melihat sang ibu mulai memicingkan tatapannya. Tetapi itu tak bertahan lama hingga akhirnya ibunya kembali menatap Jongin dengan senyuman yang terbilang tenang.
"Tidak apa-apa Tuan Kim, lain hari jika anda mengajak Kyungsoo untuk pergi, anda harus meminta ijin saya. Dia putriku satu-satunya."
Kyungsoo menghela napas perlahan. Ibunya akan tetap menjadi dirinya sendiri. Ibunya bukanlah orang yang suka menerima atau memberi pujian kepada siapa pun, apalagi menarik perhatian seseorang. Jika ia tidak suka ia akan mengatakan tidak suka, jika seseorang melakukan kesalahan, ibunya akan menganggap itu tetap salah meskipun orang itu adalah seseorang yang penting. Salah satunya adalah yang terjadi kepada Jongin kali ini; Kyungsoo hanya berharap bahwa Jongin tidak terlalu mengambil hati ucapan ibunya.
Jongin terlihat tak nyaman dengan tatapan ramah sekaligus mengancam yang dibrikan ibu Kyungsoo, membuat Kyungsoo seketika mengalihkan perhatian sang ibu tentang apa yang terjadi kepada Chanyeol.
"Eomma, apa yang kau lakukan kepada temanku?" Kyungsoo bertanya dan menunjuk Chanyeol dengan dagunya.
"Ah, eomma hanya mengatakan bahwa kita tidak mempunyai kamar lebih di rumah yang sederhana ini. Lagipula eomma tidak menerima tamu pemuda yang akan menginap."
Suara helaan napas berat terdengar dari Chanyeol yang Kyungsoo yakini ia sangat kecewa dengan keputusan ibunya. Berbeda dengan Baekhyun yang malah terlihat menahan tawanya. Pasangan yang aneh.
"Tapi dia kan temanku eomma," bujuk Kyungsoo.
"Jadi kau dan Baekhyun mau tidur di luar dan memberikan kamarmu kepada teman pemudamu itu?" tanya sang ibu membuat Kyungsoo membeku seketika. "Lagipula kedatangan mereka cukup mendadak, eomma belum sempat mempersiapkan tempat tinggal untuk temanmu itu. Jadi yah.. mau bagaimana lagi."
Ibunya lantas memberikan senyuman kepada Chanyeol dengan cukup ramah. "Maafkan saya karena terlihat bersikap tidak sopan, ini sudah menjadi aturan keluarga kami."
Kyungsoo lantas memberikan tatapan maaf kepada Chanyeol setelah ibunya pergi meninggalkan mereka semua. Ia merasa bersalah karena tidak bisa membantu banyak agar Chanyeol bisa menginap di rumahnya. Ibunya memang protectif dalam urusan kelurga, termasuk itu tentang melarang pemuda untuk tinggal satu atap di rumahnya.
"Sudahlah tidak apa-apa aku mengerti, sebelumnya Baekhyun menceritakan tentang sifat ibumu," ucap Chanyeol membalas tatapan bersalah Kyungsoo. Tetapi wajah menekuknya masih nampak jelas.
"Yah.. tidak apa-apa. Lagipula itu baik untukmu juga kan?" lanjut Baekhyun menimpali yang malah menyeringai kepada Chanyeol. "Terkadang, para gadis memang membutuhkan privasinya. Iya kan Kyungsoo?"
Kyungsoo tak mengatakan apapun selain diam mendengar ucapan Baekhyun yang terdengar meggoda Chanyeol karena tidak bisa mengganggunya selama ia disini.
Baekhyun langsung mendekati Chanyeol yang telah berdiri di sisi Jongin. "Aku menyesal mengatakan ini, tapi besok kita akan bertemu lagi dan bersenang-senang bersama. Dan.. kita harus menjaga sikap disini." Bisik Baekhyun sebelum akhirnya memberikan sebuah cubitan gemas pada pipi Chanyeol.
"Kyungsoo! Aku merindukkan kamarmu, ah aku lelah sekali. Eomma!"
Baekhyun langsung berlari begitu saja meninggalkan mereka, lantas berteriak memanggil ibu Kyungsoo layaknya di rumahnya sendiri. Ya seperti itulah Baekhyun dan Kyungsoo memaklumi hal itu.
"Menyedihkan karena tidak bisa menikmati waktu semalaman dengan kekasihmu itu kan?" bisik Jongin tiba-tiba membuat perhatian Chanyeol maupun Kyngsoo kini teralih kepadanya.
Chanyeol hanya mendengus sebelum akhirnya menyeringai dengan senyuman lebar. "Setidaknya kau mau memberikanku tumpangan kan? Oh, aku beruntung sekali bahwa kau ada di kota ini."
"Siapa yang ingin menampungmu?" sinis Jongin.
Chanyeol menepis ucapan Jongin dengan santai seraya menggerakkan satu telapak tangannya. Tatapan Chanyeol tiba-tiba teralih kepada Kyungsoo dan tak lama kembali lagi kepada Jongin. Ia seolah tengah memikirkan sesuatu yang membuat Kyungsoo mengernyit ketika melihat seringaian anehnya lagi.
"Ah.. aku melupakan barang-barangku. Jangan pergi meninggalkanku, aku akan segera kembali." Setelah Chanyeol mengingatkan Jongin, pria itu lantas pergi dengan langkah mengendap-ngendap meninggalkan mereka.
Kyungsoo meringis. "Ada apa dengan mereka?"
Kyungsoo merasa ada yang aneh dengan sepasang kekasih itu. Tidak terlalu memerdulikan keanehan mereka, Kyungsoo kembali menatap ke depan dan ia melihat Jongin yang kini menatapnya dengan tatapan sendu. Saat itulah Kyungsoo sadar bahwa ia telah ditinggalkan-hanya-berdua-dengan Kim Jongin. Suasana cangung tiba-tiba menghinggapi mereka berdua. Kyungsoo merasa bersalah tentang apa yang sebelumnya sang ibu katakan kepada Jongin.
"Maafkan aku tentang apa yang dikatakan eomma tadi."
"Tidak apa-apa, aku mengerti. Lagipula aku salah karena mengajakkmu makan terlalu malam."
Sebenarnya itu salahku juga karena terlalu nyaman untuk menikmati waktu bersama denganmu. Kyungsoo hanya mengangguk pelan tanpa berani membalas ucapan Jongin.
Kyungsoo kembali teringat tentang Chanyeol. "Kau tidak benar-benar membiarkan Chanyeol untuk tidur di luar sana kan?"
Jongin terkekeh, akhirnya tawa pertamanya setelah ia memasuki rumah Kyungsoo. "Aku tidak sejahat itu, aku pernah tinggal di apartemennya. Aku mana mungkin membiarkan sahabatku menderita begitu saja, meskipun aku menginginkanya."
Kyungsoo lantas terkekeh menimpali apa yang dikatakan Jongin. Yah, pada dasarnya Jongin memang senang bercanda hanya saja sikapnya yang terlampau dingin dan tidak terlalu serius menutupi sifat tak terduganya itu. Jongin tersenyum dan Kyungsoo berusaha untuk tak terlihat gugup karena senyuman Jongin.
"Kita akan bertemu lagi." Bukan sebuah pertanyaan, itu sebuah pernyataan yang membuat Kyungsoo menganggukkan kepalanya setengah tersipu.
"Ya, kita akan bertemu lagi," balas Kyungsoo yang mampu membuat pria di hadapannya tersenyum bersamaan dengan jantung Kyungsoo yang seketika berdebar.
***
Selepas Chanyeol dan Jongin pergi, Kyungsoo segera memasuki kamarnya dan segera mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Ia mencengkram dadanya kuat-kuat merasakan debaran jantungnya yang berdebar menggila. Selain dadanya, Kyungsoo juga mencengkram buku yang diberikan Jongin tak kalah kuat hingga akhirnya ia sadar dengan keberadaan buku itu.
Kyungsoo lantas mengeluarkan buku dari kantungnya dan menatap lekat-lekat buku yang ada di tangannya. Hadiah pertama dari Jongin. Kyungsoo tersipu dan ia menyunggingkan senyumnya tak percaya bahwa Jongin bisa memberikan sebuah hadiah kepadanya. Dan senyuman itu tanpa Kyungsoo sadari mengundang kecurigaan Baekhyun yang beberapa menit yang lalu telah memasuki kamarnya dengan tubuh yang bersandar di balik pintu.
"Nah, senyuman apa itu?" tanya Baekhyun tiba-tiba membuat Kyungsoo terlonjak. "Ada sesuatu yang terjadi antara kau dengan Jongin."
Kyungsoo membelalak dan segera menepis lengannya membantah, "Apa yang kau maksud? Sesuatu apa?"
"Kau nampak gugup Kyungsoo."
Kyungsoo hanya berdesis, belum sempat ia melarikan diri, Baekhyun segera meloncat duduk di ranjangnya dan menahan Kyungsoo untuk tidak pergi meninggalkannya.
"Ayolah.. apa yang ingin kau ketahui? Tidak ada apa-apa di antara kami," erang Kyungsoo tak kuat melawan tatapan memohon Baekhyun. "Tidurlah, ini sudah malam."
"Aku tidak akan tidur sebelum kau menceritakan semuanya," jawab Baekhyun yakin.
"Menceritakan apa Byun Baekhyun?" tanya Kyungsoo penuh penekanan.
"Se-mu-a-nya Do-Kyung-Soo!" balas Baekhyun tak kalah menuntut.
Kyungsoo menghela napas panjang. Baekhyun selalu menuntutnya. Tetapi mungkin ini saatnya ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya bersama Jongin. Yah, selama ini Baekhyun maupun Kyungsoo selalu berbagi cerita satu sama lain. Ia tidak mungkin menyembunyikannya lagi.
Dengan terpaksa, akhirnya Kyungsoo menceritakan semuanya. Semua yang terjadi antara dirinya dengan Jongin, termasuk Chanyeol. Kyungsoo mengigit bibirnya ragu ketika ia menceritakan bahwa sebenarnya Jongin tahu bahwa Chanyeol pergi tetapi ia juga menjelaskan alasan di balik kebohongan Jongin saat itu. Keraguan itu berubah menjadi semakin menakutkan ketika Baekhyun mulai melotot saat Kyungsoo mengatakan perihal perasaan cinta Jongin yang ditolaknya mentah-mentah.
"Oh Kyungsoo, kau pikir aku sejahat itu akan membencimu karena kau menyembunyikan kebenaran ini? Meskipun sekarang aku marah karena kau baru jujur kepadaku.. tapi demi Tuhan soo, aku tidak percaya kau menolak Jongin hanya demi diriku?" histeris Baekhyun membuat Kyungsoo seketika meringis.
"Saat itu aku sedang marah kepadanya karena dia telah membohongimu," ucap Kyungsoo ragu.
Baekhyun menghela napasnya perlahan. "Jadi, saat kau menangis, itu karena Jongin?" Kyungsoo mengagguk. "Kau menyesal kepadanya?" Kyungsoo mengangguk lagi. "Dan kau jatuh cinta kepadanya?"
Kyungsoo hanya membeku mendengar pertanyaan Baekhyun. Ia tidak mengangguk ataupun menggeleng Sebaliknya ia malah mematung diam begitu saja. Baekhyun menghela napas panjang dan mengusap pipi Kyungsoo perlahan.
"Oh sayang, jika kau mencintainya katakan, jangan kau pendam seperti itu. Seharusnya kau mendengarkan hatimu bukan kemarahanmu."
"Aku belum menyadari itu." Sebuah pengakuan yang bahkan membuat Kyungsoo sendiri berdebar hanya karena memikirkan perasaan Jongin kepadanya. "Dan aku tidak tahu apakah aku masih memiliki kesempatan," bisiknya.
"Kesempatan itu selalu ada", Baekhyun meyakinkannya membuat Kyungsoo akhirnya mendongak menatapnya. "Tapi kau harus jujur tentang perasaanmu itu, jika kau memang menyukainya, katakanlah atau berhenti dan lupakan."
Kyungsoo tercenung dengan apa yang dikatakan Baekhyun. Kyungsoo tidak tahu apakah ia harus mengatakannya atau tidak. Ini membingungkannya dan ia tidak mungkin mengatakannya secara terbuka seperti itu kepada Jongin, hubungan mereka sudah cukup baik seperti ini dan ia benci harus terjebak dalam kecanggungan.
Baekhyun yang merasa bosan menunggu keputusan Kyungsoo akhirnya beringsut mundur dan menarik selimut untuk segera berbaring.
"Para pria itu jahat, mereka mengatakan cinta tapi setelah wanita menolaknya, mereka akan melupakannya begitu saja. Sedangkan para wanita, mereka selalu jatuh dalam luka yang ditimbulkan pria itu dan berharap mereka mau mengatakan hal yang sama untuk kedua kalinya. Percayalah Kyungsoo, jika ada pria yang mengatakan cinta kepadamu untuk kedua kalinya, berarti kau adalah wanita yang beruntung karena itu menandakan bahwa ia berusaha untuk memilikimu."
***
Baekhyun terus menggerutu sepanjang perjalan. Kyungsoo tak tahu harus menenangkan Baekhyun bagaimana lagi karena sejak tadi pagi, gadis itu terus menggerutu karena keterlambatan Chanyeol untuk datang ke taman.
Masing-masing dari mereka menuntun sepeda yang beberapa menit yang lalu disewa Baekhyun. Menghilangkan kebosanannya, Baekhyun lebih memilih menggunakan sepeda itu berkeliling untuk beberapa putaran. Sedangkan Kyungsoo memilih duduk-duduk saja ketika menunggu Baekhyun selesai bersepeda. Kyungsoo tidak bisa menggunakan sepeda dan Baekhyun tahu itu. Tapi anehnya Baekhyun malah menyewa dua sepeda dengan alasan; Kyungsoo juga harus bersenang-senang.
Mereka hampir menghabiskan waktu setengah jam untuk berjalan-jalan seraya menuntun sepeda masing-masing. Barulah pria yang selama ini ditunggu mereka mulai datang. Hanya saja Kyungsoo tak percaya, ia pikir hanya Chanyeol yang akan datang ke taman ini. Ternyata ada pria lain mengekor langkahnya setengah malas dan itu adalah Kim Jongin.
Chanyeol seperti biasa selalu berpakaian santai, berbeda dengan Jongin yang masih memakai setelan lengkapnya. Kyungsoo memicing ketika tatapan Jongin beralih kepadanya dengan santai.
"Lama sekali!" bentak Baekhyun seraya melayangkan pukulannya pada lengan Chanyeol ketika kedua pria itu telah berdiri di hadapan mereka.
Chanyeol hanya terkekeh seraya mengusap bekas pukulan Baekhyun. "Maafkan aku, aku lama karena sulit untuk memaksa dia pergi," ucapnya seraya menunjuk Jongin dengan dagunya.
"Dan aku tidak akan benar-benar pergi kesini jika kekasihmu itu berhenti mengacau semua pekerjaanku," balas Jongin sinis.
"Come on man, kau mau terus mengurung diri di ruangan pengap itu. Aku heran bagaimana otakmu masih bisa bekerja di tempat macam itu," balas Chanyeol bergidik.
"Dan aku heran bagaimana otakmu yang lebih banyak digunakan untuk bermain-main daripada menggunakannya agar bisa membuatmu lulus tepat waktu."
Chanyeol hanya berdecak, tak terlalu peduli dengan sindiran Jongin saat ini. Sebaliknya pria itu malah memeluk Baekhyun dengan erat, tak tahu bahwa Kyungsoo masih ada disana, sengaja berdiam diri karena merasa malu melihat bagaimana mesranya pasangan itu.
"Mungkin maksud Chanyeol agar kau tidak stress," lanjut Baekhyun yang berhasil melepaskan pelukan Chanyeol kepadanya. "Sehari saja, kau juga butuh bersenang-senang."
Jongin sama sekali tak menimpali apa yang dikatakan Baekhyun. Sebaliknya ia malah melirik Kyungsoo yang tengah tertunduk dengan tangan yang masih memegang sepedanya.
"Ayo kita mulai bersepeda!" ajak Baekhyun antusisas kepada Chanyeol. Sepertinya rasa kesalnya sudah menghilang.
Chanyeol mengangguk dan segera mengambil alih sepeda dari Baekhyun. Ia lantas naik dan Baekhyun segera duduk di depan hingga membuat tubuh Baekhyun yang bisa di bilang kecil berada dalam kungkungan tubuh Chanyeol. Mereka lantas melesat pergi dengan sepedanya. Meninggalkan Kyungsoo yang berteriak memanggil mereka untuk kembali. Dan tentu saja, mereka tidak akan pernah mendengarkannya. Sial, kenapa ia harus ditinggalkan dengan sepeda ini dan juga Kim Jongin?
Kyungsoo menelan ludahnya, lantas berbalik untuk melihat Jongin. Wajahnya terlihat kesal, sepertinya Jongin benar-benar sedang marah kepada Chanyeol yang telah menganggu pekerjaannya. Nah, sekarang apa yang harus Kyungsoo lakukan?
Tiba-tiba ia teringat kembali dengan percakapannya yang dilakukan dengan Baekhyun tadi malam. Memikirkannya saja membuat Kyungsoo seketika tersipu. Jantungnya berdebar dan rasanya semakin aneh saja berdiri berdampingan dengan Jongin seperti ini.
"Mau bersepeda?" tawar Kyungsoo menunjuk sepeda yang tengah di pegangnya saat ini.
"Aku tidak bersepeda," balas Jongin dingin.
Kyungsoo menelan ludahnya. Dingin sekali, bahkan jauh lebih dingin daripada biasanya.
"Kalau kau mau, gunakan saja sendiri," lanjut Jongin membuat Kyungsoo mendongak untuk menemukan tatapan malas Jongin. Kenapa pria ini mendadak menjadi menyebalkan?
Kyungsoo langsung mendengus kesal "Ya! Aku akan gunakan ini sendirian!" jawab Kyunsgoo setengah membentak.
Kyungsoo lantas memutar sepedanya dan ia segera menaiki sepedanya. Ia terdiam untuk beberapa saat, apa yang ia lakukan? Ia tidak bisa menggunakan sepeda dan kenapa ia harus menaikinya? Tiba-tiba Kyungsoo merutuki kebodohannya sendiri saat ini.
"Kau yakin bisa menggunakannya? Jika kau tidak bisa lebih baik kau diam saja."
Pertanayaan Jongin layaknya api yang menyulut kemarahan Kyungsoo. Jongin seperti nampak tengah mengejeknya. Kyungsoo mendengus, ya, dia memang tidak bisa tapi setidaknya ia pernah belajar saat ia masih kecil. Kyungsoo pasti bisa mengendarainya saat ini. Hanya tinggal menyeimbangkan tubuh dan sepedanya saja kan?
"Tentu saja aku bisa!" ucap Kyungsoo percaya diri bersamaan dengan tubuhnya yang mulai mendorong maju sepedanya dan mengayuh sepeda itu perlahan.
Sial. Menyeimbangkan tubuh di atas sepeda ternyata tak semudah yang Kyungsoo bayangkan. Belum separuh ia melaju, sepedanya sudah terlanjur oleng ke luar jalur dan baru terhenti setelah sepeda yang dikendarainya menabrak sebuah pohon willow bersamaan dengan teriakan Kyungsoo yang terjatuh.
Kyungsoo meringis, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama kakinya yang tertimpa oleh badan sepeda. Ia menangis ketika ia berusaha menggerakkan kakinya dan Kyungsoo berpikir mungkin kakinya terkilir. Kyungsoo tidak bisa memikirkan apapun bahkan ia tidak peduli dengan tatapan orang lain atau Jongin yang mungkin sedang menertawakannya. Kini yang ia tangisi adalah kakinya yang teramat sakit untuk digerakkan.
Melihat kejadian itu, Jongin lantas berlari mendekati Kyungsoo yang sudah jatuh terduduk dengan sepeda yang menimpa kakinya. Dengan napas terengah Jongin segera menjauhkan sepeda yang menimpa kaki Kyungsoo lalu berlutut di hadapan gadis itu yang mulai meringis kesakitan.
"Kau baik-baik saja?" wajah menyebalkannya telah menghilang digantikan dengan raut kepanikan.
"Kakiku," ringis Kyungsoo.
"Sudah kubilang jika kau tidak bisa, jangan sok menaikinya. Gadis keras kepala!" bentak Jongin dengan suara pelan. Kyungsoo rasanya ingin menangis lebih keras, ia terjatuh dan kakinya sakit, tetapi Jongin malah memarahinya. Menyebalkan.
"Naiklah." Tiba-tiba Jongin memutar tubuhnya dan menunjuk punggungnya sendiri. "Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepadamu."
Kyungsoo hanya bisa berkedip, tangisannya berhenti digantikkan dengan wajah terkejut setengah tak percaya.
"Tidak, tidak.. aku tidak mau," Kyungsoo menolak dengan suara parau.
Bukannya menerima penolakan Kyungsoo, Jongin malah menoleh kepadanya dengan mata yang memicing tajam seolah mengancam Kyungsoo. Kyungsoo dibuat takut saat itu juga tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa selain diam ketika Jongin menarik kedua tangannya mendekat untuk melingkar di leher Jongin dan tidak butuh waktu lama hingga pria itu berhasil menggendong Kyungsoo di balik punggungnya.
Kyungsoo memeluk leher Jongin kuat-kuat karena terkejut tapi pria itu sama sekali tidak mengatakan apapun sampai akhirnya Jongin berhasil melangkah dengan tubuh Kyungsoo yang ada dalam gendongannya.
Kyungsoo terpaku dengan apa yang dilakukan Jongin kali ini. Ia tidak pernah sedekat ini sebelumnya dengan Jongin, bahkan hingga memeluknya seperti ini. Kyungsoo dapat mencium aroma sampo yang menggelitik hidungnya. Begitu menenangkan dan Kyungsoo yakin bahwa pipinya tengah memerah saat ini.
"Apa kau setiap hari selalu bertindak ceroboh?" tanya Jongin yang berhasil memecah bayangan Kyungsoo tentang sampo apa yang Jongin gunakan untuk rambutnya.
"Ya-ya?" tanya Kyungsoo tergagap dan Jongin hanya menjawabnya dengan sebuah dengusan.
Kyungsoo merutuki kegugupannya saat ini hingga akhirnya ia sadar bahwa ia telah kembali menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang ada di taman. Oh lagi, dan kenapa harus selalu bersama Jongin? Kini Kyungsoo menyadari bahwa penampilan Jongin terlalu formal dibandingkan dengan dirinya yang berpakaian seadanya. Apa Jongin tidak malu harus menggendong gadis norak sepertinya?
"Kau memang selalu memakai setelan ya?" tanya Kyungsoo tiba-tiba ketika ia mengingat betapa seringnya ia bertemu Jongin yang selalu berpakaian rapi.
"Terkadang, kenapa?" tanya Jongin balik.
"Tidak, maksudku.. apa hanya pergi ke taman saja harus menggunakan kemeja, dasi dan jas lengkap seperti ini?"
Jongin menoleh dan Kyungsoo seketika gugup menyadari jarak antara wajahnya dan Jongin begitu sangat dekat. Ia langsung menunduk dan Jongin segera memalingkan wajahnya.
"Kurasa kau mengerti apa yang aku perdebatkan dengan Chanyeol beberapa saat yang lalu," dengusnya, "Aku sedang bekerja dan tiba-tiba dia datang ke kantor memaksaku pergi. Aku sudah menolaknya tapi dengan bodohnya dia malah mengganggu beberapa gadis yang bekerja di kantor itu," Jongin menghela napas panjang sebelum akhirnya menoleh kepada Kyungsoo. "Aku tidak perlu menjelaskan lagi bagaimana sifatnya kan? Jangan ceritakan ini kepada Baekhyun."
Kyungsoo mengangguk kecil sekaligus gugup karena ditatap sedemikian rupa dengan jarak yang sangat dekat. Akhirnya Jongin kembali melemparkan tatapannya ke depan. Entah kenapa tiba-tiba saja ia teringat dengan apa yang dikatakan Nyonya Kim tentang putranya, apa Jongin memang benar-benar seorang pekerja keras atau memang ini hanyalah sebuah bentuk keterpaksaan.
"Apa kau benar-benar bahagia dengan menghabiskan waktumu yang masih muda untuk bekerja?"
"Kenapa?" tanya Jongin balik tanpa mengalihkan perhatianya.
"Tak pernah berpikir untuk bekerja di bidang lain, misalnya menjadi dokter?"
"Tidak."
"Penyanyi?"
"Tidak."
"Polisi?"
"Tidak."
"Artis terkenal?"
"Tidak."
"Pemberontak?"
"Kenapa aku harus menjadi seperti itu?" Kekeh Jongin merasa geli.
"Di buku-buku dan film yang aku tonton, biasanya anak-anak orang kaya selalu tidak bahagia karena kebebasannya diambil oleh orangtuanya dan mereka selalu memberontak agar mereka bisa menjadi apa yang mereka mau."
"Kenapa aku harus jadi seperti mereka jika keinginanku yang terbesar memang ingin jadi CEO menggantikan posisi appa?"
Pikirannya sederhana sekali, Kyungsoo mendengus. "Ayolah kita berandai saja, jika kau tidak ditakdirkan menjadi CEO, kau mau menjadi apa?"
Jongin berpikir sejenak hingga akhirnya ia membuka suaranya. "Mungkin jadi pengacara atau paling tidak pelukis."
"Pelukis?"
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Jongin curiga.
Kyungsoo menggeleng, Kyungsoo merasa Jongin menjawab pertanyaannya dengan asal saja. Memangnya pria itu bisa melukis? Pengacara boleh saja karena Kyungsoo yakin Jongin pintar, tetapi pelukis; jawaban yang paling buruk dan tidak masuk diakal.
Kyungsoo lantas memerhatikan sekeliling lagi ketika ia sudah sadar bahwa mereka tak lagi berada di tempat yang sama dan hampir mencapai jalan keluar untuk meninggalkan taman ini. "Hey! Kau mau membawaku kemana? Baekhyun akan mencariku nanti!"
"Tentu saja ke klinik. Kakimu terluka. Aku harus bertanggung jawab karena telah membiarkanmu menaiki sepeda sendirian hingga jatuh seperti tadi. Maafkan aku."
Kyungsoo hanya bungkam tak bisa mengatakan apapun selain menatap diam-diam kedua mata Jongin yang dapat dilihatnya dari samping. Jantungnya kembali berdebar dan ia tidak bisa menyangkal bahwa ia memang benar jatuh cinta kepada Kim Jongin.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro