BAB 14
Kyungsoo hanya bisa memberenggut ketika Chanyeol terus bertanya tentang hubungannya dengan Jongin. Kyungsoo tidak habis pikir, bagaimana bisa Chanyeol begitu penasaran dengan hubungannya. Sudah sangat jelas, mereka tidak memiliki hubungan apapun. Lagipula siapa juga yang telah memunculkan rasa kecurigaan Chanyeol selain Jongin sendiri. Hebat sekali pria itu, sekarang ia jadi bahan persyaratan—atau mungkin pertukaran—dengan tugas yang akan Chanyeol kerjakan. Bodoh! Kenapa ia harus ikut?
Ketika ia sampai di sebuah kedai, Kyungsoo medapati bahwa kedai itu terbilang cukup sepi pada jam-jam seperti ini. Menjelang malam biasanya seluruh kedai pasti akan penuh oleh para pekerja kantor yang menyempatkan diri untuk makan malam. Tetapi untuk malam ini begitu sangat sepi. Ia memasuki kedai kecil itu dan kemana semua orang-orang?
Kyungsoo melangkah seraya memerhatikan keadaan sekitar, hampir semua meja dan kursi di kedai ini benar-benar kosong. Sama sekali tidak ada pengunjung, bahkan Kyungsoo berpikir bahwa kedai ini sebenarnya tutup dan Chanyeol salah memasuki kedai. Ketika ia hendak bicara, tubuhnya sontak tesentak karena menabrak belakang tubuh Chanyeol yang secara tiba-tiba berhenti di depannya. Kyungsoo mengerang bersiap marah tetapi ketika ia melihat ke depan, Kyungsoo tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya ketika ia melihat Jongin tengah duduk di sana, dia tidak sendiri. Dia bersama Baekhyun dan gadis itu sama terkejutnya seperti dirinya. Berbeda dengan Jongin yang malah bersikap dengan tenang—seolah mengacuhkan kedatangan mereka dan memilih untuk memakan daging-daging yang tengah dibakar di atas pembakaran.
Kyungsoo mendapati raut kebencian dari wajah Baekhyun di sana. Baekhyun hendak berdiri untuk pergi. Tetapi belum sempat gadis itu melangkah, bahkan ketika Chanyeol hendak berjalan untuk menahan kepergiannya. Jongin yang kebetulan tengah meminum soju-nya langsung menyimpan botol itu dengan keras membuat semua orang yang tengah dalam ketegangan seketika terkejut.
"Aku benci mengatakan ini, tetapi kalian telah menghabiskan banyak uangku. Jika kalian memang tidak ingin bicara setidaknya kalian harus membayar uang ganti rugi. Aku menyewa kedai ini untuk satu malam dan siapa pun yang berani keluar dari kedai ini sebelum masalah yang terjadi di antara kalian berdua selesai," Jongin menatap Baekhyun dan Chanyeol bergantian. "Aku anggap kalian memiliki hutang dua kali lipat lebih besarnya dari harga sewa kedai ini."
Jongin kembali menuangkan soju ke dalam gelasnya. Lalu meminumnya dalam sekali tegukan. Keheningan memenuhi seluruh ruangan kedai ini, dan Kyungsoo masih tidak dapat mengerti sebenarnya apa tujuan Jongin sekarang. Semua ini ditujukan kepadanya, atau mungkin—Kyungsoo langsung mengalihkan perhatiannya kepada Baekhyun dan Chanyeol dan saat itulah ia terkesiap. Merasa tidak percaya dengan apa yang telah Jogin lakukan untuk mereka.
"Ingin terus diam seperti itu huh? Kalian tidak menghargai kebaikanku ini?" dengus Jongin. Ia mengalihkan perhatiannya kepada Chanyeol seolah memberi isyarat agar Chanyeol segera melakukan apa yang seharusnya ia lakukan kepada Baekhyun kali ini.
Chanyeol meresponnya dengan cepat. Pria itu lantas berjalan mendekati Baekhyun. Ia hendak meraih pergelangan tangan Baekhyun tapi dengan cepat ditepisnya. Jongin yang masih duduk di sana seolah tidak memerdulikan sepasang kekasih itu. Ia masih sibuk dengan memakan dagingnya dengan tenang. Barulah setelah Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan berani, akhirnya dia berhasil mencengkram pergelangan tangan Baekhyun. Menariknya untuk pergi, melewati Kyungsoo yang masih mematung di tengah ruangan dan membiarkan dua orang itu untuk duduk saling berhadapan di sudut ruangan lainnya.
Kyungsoo masih diam memerhatikan bagaimana Chanyeol yang masih memohon Baekhyun untuk mendengarkannya. Baekhyun memalingkan wajahnya dan Kyungsoo bisa menebak bahwa gadis itu masih marah kepada Chanyeol. Sudah lama sekali rasanya ia tidak melihat Baekhyun dan ia malah bertemu dengan Baekhyun dengan keadaan yang tak terduga.
Oh kini ia tahu rencana Jongin sebenarnya.
"Hei ikan!" Kyungsoo menoleh dan menemukan Jongin tengah menatapnya dengan tatapan sinis. "Ingin menonton orang pacaran huh?" Kyungsoo mendengus. Ia membuang tatapannya dengan kesal. Kenapa ia harus ada di sini, bersama Jongin, lagi.
"Hei.. apa kau tidak malu terus berdiri di sana? Ingin mencari perhatian lelaki heh? Tidak ada pelanggan lain di sini." Jongin kembali bicara dan jujur saja, itu membuat Kyungsoo jengah. Ia menoleh dan kembali memerhatikan pria itu tengah mengunyah dagingnya seraya menatapnya dengan tatapan seperti biasa—angkuh dan memerintah.
"Apa yang kau mau?" tanya Kyungsoo ketus.
Jongin menepuk kursi kosong yang ada di sisinya; kursi yang sebelumnya Baekhyun duduki. Kyungsoo mengernyit ketika Jongin mulai mendengus.
"Kau pasti kelaparan dan belum makan malam. Kemarilah sebelum kuhabiskan daging-daging ini karena aku tidak akan memesan lebih dari satu porsi."
Kyungsoo memerhatikan lekat-lekat wajah Jongin. Pria itu menatapnya, benar-benar tanpa ekpresi sama sekali selain duduk terdiam, menatapnya seraya mengunyah daging yang ada di dalam mulutnya. Ketika Jongin mulai menajamkan matanya, entah kenapa tiba-tiba saja Kyungsoo mulai merasa takut. Ia langsung berjalan mendekat dan mau tak mau duduk di samping Jongin. Pria itu tidak mengatakan apapun selain langsung menyumpitkan sepotong daging dan mengarahkannya mendekat ke bibir Kyungsoo. Kyungsoo masih termangu mendapati perlakukan Jongin. Ia seakan lupa bagaimana caranya untuk membuka mulut, karena saat itu juga Jongin langsung menjejalkan potongan daging itu ke dalam mulut Kyungsoo; merasa kesal karena Kyungsoo tak kunjung membuka mulutnya.
"Tidak ada tugas sejak awal 'kan? Dan aku tidak percaya kau merencakan pertemuan ini untuk Baekhyun dan Chanyeol," ucap Kyungsoo sinis seraya mengunyah daging yang sebelumnya Jongin berikan.
Jongin menatap keberadaan Baekhyun dan Chanyeol yang diikuti dengan tatapan yang sama oleh Kyungsoo. Sekarang Chanyeol tengah menggenggam kedua telapak tangan Baekhyun dan gadis itu kini mulai mau menatap Chanyeol di hadapannya. Chanyeol seperti tengah menceritakan sesuatu. Meskipun Kyungsoo tidak dapat menampik bahwa ia penasaran dengan apa yang Chanyeol katakan kali ini, tetapi yungsoo tidak ingin ikut campur ke dalam hubungan mereka. Biarlah mereka yang menyelesaikannya—meskipun ia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua orang itu.
"Tugas itu memang ada, aku bahkan membawa semua bukuku," Jongin menunjukkan tas punggungnya kepada Kyungsoo sekilas lalu menyimpannya kembali di sisi tubuhnya. "Hanya saja aku berpikir banyak hal akhir-akhir ini, makanya aku merencanakan pertemuan untuk mereka," akhirnya Jongin membuka suaranya, membuat seluruh perhatian Kyungsoo kini teralih kepada Jongin sepenuhnya. "Apa yang kau katakan, mungkin semuanya benar. Aku mencoba mencari apa yang sebenarnya telah aku lakukan dan ya.. mereka berdua terlihat sangat kacau."
"Apa aku benar-benar bicara dengan tuan Kim Jongin saat ini?" tanya Kyungsoo tak yakin.
Jongin menatapnya dan saat itulah Kyungsoo mengatupkan bibirnya rapat. Bahkan daging yang ada di dalam mulutnya terasa sangat sulit untuk di telan.
"Salahkan dirimu karena telah mengacaukan semua rencanaku, meskipun aku merasa senang bahwa dugaanku itu ternyata salah."
"Maksudmu?" tanya Kyungsoo tak mengerti.
"Aku akan menceritakannya nanti setelah mereka berdua pergi dari sini," jawab Jongin acuh. Ia kembali menikmati hidangan daging iga bakar yang ada di depannya. Sedangkan Kyungsoo hanya bisa mengernyit. Tidak ada satu pun ucapan Jongin yang dapat dimengertinya. Jongin terlalu sedikit bicara.
Mengacuhkan hal itu, akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk bergabung menikmati makanan yang telah tersaji di hadapannya. Kyungsoo tidak dapat menyangkal bahwa ia memang tengah kelaparan. Chanyeol mengajaknya pergi pada waktu menjelang makan malam, dan ia sama sekali belum makan. Selalu, Jongin adalah satu-satunya pria yang akan memerhatikan dirinya; apakah dia sudah makan malam atau belum. Meskipun Kyungsoo tak yakin, sikap yang ditunjukkanya apakah sebuah bentuk kekhawatiran atau kesopanan belaka.
Keheningan menyelimuti mereka berdua, hanya saja tidak secanggung saat ia berada di pesta keluarga Kim. Semuanya terasa begitu nyaman. Jongin tidak banyak bicara seperti biasanya dan lebih memilih menikmati makanannya seorang diri. Kyungsoo sesekali melirik ke arah dimana letaknya Baekhyun dan Chanyeol saat ini, napasnya seketika melega ketika mendapati Chanyeol telah duduk berdampingan dengan Baekhyun. Chanyeol memeluk tubuh Baekhyun dan mengusap punggungnya dengan penuh sayang, sepertinya Baekhyun tengah menangis saat ini.
"Apa itu hobimu?" tanya Jongin tiba-tiba membuat Kyungsoo menoleh ke arahnya tidak mengerti. "Menonton orang pacaran. Apa di buku saja tidak cukup?"
Ketika Kyungsoo sadar atas apa yang dikatakan Jongin saat ini—bahwa dia telah mengejeknya karena menonton adegan romantis antara Baekhyun dan Chanyeol. Kyungsoo langsung mendengus dan meneguk cepat segelas soju yang telah terhidang di depannya.
"Lagipula untuk apa kau mengajakku ke sini?" tanya Kyungsoo kesal.
"Aku hanya membutuhkan teman."
Ini adalah kali kedua Kyungsoo mendengar Jongin mengatakan bahwa ia membutuhkan teman. Pertama, saat mereka berada di warnet dan yang kedua di sini, saat ini ketika ia tengah menikmati makan malamnya. Berapa banyak teman yang Jongin miliki, dan kenapa harus dia? Kyungsoo masih tidak mengerti jalan pikiran Jongin sebenarnya. Kyungsoo langsung mengalihkan perhatiannya lagi dari Jongin dan kembali menatap ke depan. Tetapi secara tidak sengaja ia mendapati pemandangan tidak terduga yang ditangkap oleh kedua retina matanya.
Matanya membulat, mulutnya setengah terbuka dan tiba-tiba pipinya memanas. Melihat Baekhyun dan Chanyeol berciuman di hadapannya adalah hal paling memalukan bagi Kyungsoo. Ia tersipu lantas menekuk wajahnya seraya menangkup pipinya yang ia yakini akan memerah seketika.
"Haruskah aku pesankan es batu untuk mendinginkan kepalamu?" tanya Jongin tiba-tiba.
"Diam! Sialan!" ketus Kyungsoo dan rasanya ia ingin sekali mematahkan leher Jongin ketika mendengar pria itu menertawakannya. Menyebalkan.
***
Chanyeol dan Baekhyun secara bersamaan mendatangi meja yang ditempati oleh Kyungsoo dan Jongin. Kyungsoo mengernyit menemukan betapa cepatnya hubungan mereka membaik kembali. Tangan mereka saling bertautan satu sama lain—Kyungsoo teringat bagaimana Baekhyun dulu memamerkan Chanyeol pertama kali di hadapannya setelah resmi menjadi sepasang kekasih.
"Masalah kami sudah selesai, kurasa kami harus pergi," ucap Chanyeol kepada Jongin namun pria itu sama sekali tidak menatapnya. Jongin masih sibuk dengan makanan yang ada di depannya dan hanya berdehem sekali sebagai jawaban.
"Apa itu berarti kami tidak memiliki hutang kepadamu?" tanya Chanyeol kembali memastikan.
"Jika kalian memiliki masalah lagi, demi Tuhan aku tidak akan pernah membantu kalian," jawab Jongin dingin. Ia mendongak dan menatap Baekhyun lekat-lekat. "Urus Chanyeol, aku hampir muak dengan kelakukannnya yang begitu kekanak-kanakan, dia terus menggerutu sepanjang hari tentangmu."
Baekhyun mengernyit. "Menggerutu?"
Jongin hanya menyunggingkan senyumannya sekilas lalu kembali mengalihkan perhatiannya lagi pada makanannya. "Dia sangat kacau dan dia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Aku percaya padamu, dan jika Chanyeol berani macam-macam kepadamu. Kau bisa mengadu kepadaku, aku akan senang hati membunuhnya."
"Hey! Apa yang kau maksud?!" ucap Chanyeol tak terima dengan pernyataan Jongin namun Jongin malah membalasnya dengan sebuah dengusan.
"Cepatlah kalian pergi, dan nikmati kencan kalian berdua," titah Jongin.
"Tapi Kyungsoo.." Baekhyun menatap Kyungsoo, dan gadis itu terkesiap mendapatkan tatapan kasihan yang ditujukan Baekhyun kepadanya. Ia tahu, bahwa Baekhyun mengkhawatirkannya karena kembali meninggalkannya untuk kedua kalinya.
"Ah.. tidak-tidak, aku bisa pulang sendiri nanti. Kalian bisa pergi," ucap Kyungsoo dengan senyumannya. Ia merasa lega karena sekarang sahabatnya itu bisa tersenyum kembali. Sudah lama sekali rasanya tidak melihat Baekhyun tersenyum.
"Dan Jongin," bisik Baekhyun kini menatap Jongin. "Terima kasih atas bantuanmu."
Kyungsoo hanya terpaku ketika melihat Jongin tersenyum dan mengangguk membalas senyuman Baekhyun. Tidak pernah ia melihat Jongin bersikap sopan terhadap Baekhyun, dan ini adalah kali pertama ia bersikap baik kepada gadis itu, bahkan tersenyum kepadanya. Kyungsoo benar-benar tidak yakin bahwa kini ia duduk bersama Jongin yang terkenal angkuh dan mempunyai hati sekeras batu.
Ketika Baekhyun dan Chanyeol memutuskan pergi meninggalkan kedai ini. Kyungsoo menghela napasnya perlahan, akhirnya hubungan mereka telah kembali membaik. Perasaan lega itu muncul bersamaan dengan rasa penasaran yang ditimbulkan terhadap Jongin. Jongin adalah satu-satuya pria yang telah menghancurkan hubungan Baekhyun dan Chanyeol, tetapi kenapa sekarang pria itu mau ikut membantu memperbaiki hubungan mereka kembali? Dan Kyungsoo ingat bahwa Jongin berhutang penjelasan kepadanya.
"Dan sekarang, apa alasanmu sampai kau mau membantu mereka lagi?" tanya Kyungsoo langsung, Jongin meliriknya dan memberi tatapan apa yang membuat Kyungsoo tak bisa menahan lagi dirinya untuk tidak memutar bola matanya. "Kau telah berjanji akan menceritakannya setelah Baekhyun dan Chanyeol pergi."
"Apa aku pernah menjanjikan itu kepadamu?" tanya Jongin bingung.
"Kau sangat menyebalkan," desis Kyugsoo tak tahan lagi dengan sikap acuh Jongin saat ini.
Kyungsoo langsung membuang tatapannya dan mencoba menghindari Jongin yang tengah menatapnya. Jongin tidak akan pernah berubah di matanya. Sekilas Kyungsoo mendengar helaan napas berat yang ia yakini berasal dari Jongin.
"Chanyeol seorang playboy, jika kau ingin tahu," Jongin mulai membuka suaranya dan saat itu juga Kyungsoo melirik Jongin, mulai merasa tertarik dengan apa yang Jongin bicarakan.
"Dia selalu terlibat masalah dengan wnaita-wanita yang pernah menjadi kekasihnya. Dan aku merasa dia tidak akan pernah bersikap dewasa dalam menjalani hubungan dengan wanita manapun. Dia lebih memilih bersenang-senang dibandingkan memikirkan perasaannya sendiri. Hingga aku tahu bahwa Chanyeol mulai memiliki hubungan dengan Baekhyun yang merupakan pegawai magang di perusahaan ayahku."
Kyungsoo masih diam mencoba mendengarkan cerita Jongin saat ini. Ia menumpu dagunya dan menatap lekat-lekat Jongin yang sama sekali tidak menatapnya.
"Baekhyun adalah orang yang terlalu naif, terlalu mudah terbujuk oleh rayuan Chanyeol dan aku meyakini bahwa dia akan berakhir seperti wanita-wanita lain yang dicampakkan Chanyeol."
"Kau merasa tidak senang atau memang karena ada alasan lain?" tanya Kyungsoo masih tidak mengerti.
"Kau pikir hidupmu akan tenang jika sahabatmu membuat ulah tetapi malah kau sendiri yang harus mengatasi masalah mereka?" tanya Jongin kepada Kyungsoo dan saat itulah ia mengerti bahwa Jongin adalah orang yang selalu membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi kepada Chanyeol. "Selama bertahun-tahun menjadi sahabatnya, semua mantan kekasihnya akan datang dan menerorku dengan beberapa pertanyaan bodoh tentang Chanyeol. Dan itu terjadi kepada Baekhyun beberapa minggu yang lalu ketika dia datang dan marah-marah di depan kamar Chanyeol. Aku berpikir bahwa hubungan mereka akan hancur saat itu juga. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan Baekhyun dari ketidakpedulian Chanyeol adalah dengan tidak memberinya sebuah harapan kosong."
"Chanyeol tidak bersikap seperti itu kepada Baekhyun."
"Kau benar, aku salah menilai mereka. Chanyeol bahkan seribu kali terlihat lebih kacau ketika ia kehilangan Baekhyun. Hingga aku sadar bahwa sebenarnya Chanyeol telah berubah dan benar-benar mencintai Baekhyun."
Jongin terkekeh pelan seraya menenggak soju-nya. Kyungsoo mengernyit sekilas karena merasa heran dengan sikap Jongin saat ini. "Aku ingat saat pertama kali Chanyeol mengatakan bahwa ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Baekhyun, tetapi aku malah menertawakannya."
"Kenapa? Memangnya ada yang salah dengan jatuh cinta pada pandangan pertama?" dengus Kyungsoo tak terima.
"Tidak ada jatuh cinta pada pandangan pertama. Jika ada, itu hanya sebuah ketertarikan untuk memiliki saja. Cinta itu datang karena terbiasa." Jawab Jongin dengan santai. "Dan setiap saat Chanyeol selalu mengatakan bahwa dia jatuh cinta kepada wanita ini, dan jatuh cinta kepada wanita itu. Apa atinya itu selain hanya ingin memiliki saja?" Jongin menghela napas perlahan sebelum kembali menatap Kyungsoo lekat. "Lagipula semua yang kau katakan itu benar. Hubungan mereka tidak mungkin seburuk itu."
Kyungsoo terpaku mendengar penjelasan Jongin. Tidak, semua yang dikatakan Kyungsoo tidak sepenuhnya benar. Tetapi yang dikatakan Jongin beberapa minggu yang lalu kepadanya itu adalah pembenaran yang sebenarnya. Kyungsoo tidak pernah berpikir bahwa sikap yang ditunjukkan Jongin adalah bukti kejengahan dirinya karena begitu bosan dengan sikap yang ditunjukkan Chanyeol yang selalu bergonta-ganti pasangan. Ia mencoba menjauhkan Baekhyun dari Chanyeol, secara tak langsung menunjukkan kepeduliannya bahwa ia tidak ingin memberikan Baekhyun sebuah harapan kosong yang dapat menyakitinya. Meskipun sebenarnya dugaan Jongin terbukti salah, bahwa Chanyeol begitu teramat mencintai Baekhyun dengan perasaan yang nyata. Hatinya berdebar dan rasa kekaguman itu muncul terhadap Jongin. Dia adalah sosok pria yang luar biasa di matanya.
"Apa penjelasanku sudah cukup untukmu?"
"Yeah.. kurasa," jawab Kyungsoo lirih.
"Aku hanya tidak ingin kau salah paham dengan apa yang telah kulakukan beberapa waktu yang lalu terhadap Baekhyun."
Rasanya Kyungsoo ingin sekali mengucapkan permintaan maaf ketika ia sadar bahwa apa yang telah diucapkannya kepada Jongin telah begitu sangat berlebihan dan keterlaluan. Ia tiba-tiba merasa bersalah tetapi semua perkataannya hanya bisa tertahan di tenggorokannya, tidak sampai terucap melalui bibirnya.
"Aku ingin mengembalikan sesuatu," ucap Jongin memecah keheningan.
Kyungsoo menurunkan tatapannya dan menemukan Jongin telah menggeser sebuah buku di hadapannya. Pride and Prejudice—tunggu, ini adalah bukunya. Sejak kapan buku ini ada di tangan Jongin? Kyungsoo langsung mengambilnya perlahan dan menatap Jongin dengan tatapan bingung.
"Kurasa, karena aku telah membaca habis buku itu, aku bisa mendapatkan alasan kenapa kau begitu banyak mengoleksi buku ini."
Kyungsoo seketika tergagap, ia merasa bingung dengan permintaan Jongin. Pria itu masih saja penasaran dengan apa yang membuatnya menyukai buku ini. Dan Kyungsoo tak tahu, apa ia harus mengatakannya secara jujur atau memilih bungkam.
"Kenapa kau ingin tahu?"
"Aku hanya penasaran, aku yakin ada sesuatu dari buku ini yang mungkin terlihat spesial bagimu."
Kyungsoo langsung menarik buku itu ke dalam pangkuannya. Menggenggam erat-erat dan hanya bisa menunduk ketika Jongin mulai memerhatikannya.
"Kurasa kau akan menertawakanku," bisik Kyungsoo. Entah kenapa, ia merasa malu harus menceritakan tentang obsesi tersembunyinya—alasan kenapa ia teramat menyukai buku ini.
"Aku tidak akan tertawa," Kyungsoo menoleh kepada Jongin. "Tidak janji, tergantung seaneh apa yang kau sukai dari buku itu."
Kyungsoo mendengus sekilas sebelum akhirnya ia mulai berani membuka suaranya. "Pride and Prejudice adalah film pertama yang aku tonton saat aku kecil, dan begitupun dengan bukunya. Aku jatuh cinta kepada salah satu tokohnya, yaitu Tuan Darcy. Kau tahu dia 'kan?"
Kyungsoo melirik dengan takut dan menemukan Jongin mengangguk sekilas untuknya. Menjawab bahwa ia tahu Mr. Darcy yang ada dalam novel itu.
"Aku terobsesi untuk memiliki suami seperti dia, hingga akhirnya aku memutuskan untuk menjadi seorang editor, berharap bahwa suatu hari nanti aku menemukan seorang pria fiksi yang benar-benar ada di kehidupan nyata. Aku percaya bahwa aku akan mendapatkannya."
"Lalu, kau sudah menemukan pria itu?" tanya Jongin serius. Seketika Kyungsoo terdiam, apa yang harus ia jawab. Tiba-tiba perasaan aneh itu muncul kembali dan jantungnya berdebar saat menemukan tatapan Jongin yang mulai menyendu kepadanya. Apa arti dari tatapan itu?
"Aku tidak tahu," lirih Kyungsoo, tak tahu apa yang harus ia jawab. Kyungsoo menggigit bibirnya sekilas. "Kau tidak menertawakanku?"
"Itu bukanlah hal yang pantas untuk di tertawakan," jawab Jongin acuh, ia mengalihkan perhatiannya dan menenggak satu gelas soju untuk kesekian kalinya.
Kyungsoo tidak pernah tahu bahwa Jongin sebenarnya memiliki sisi pendiam seperti sekarang—lebih tepatnya menjadi seorang pendengar yang baik. Kyungsoo berpikir Jongin adalah pria yang tidak ingin tahu menahu tentang urusan orang lain. Tetapi itu tidak terbukti, selain membantu menyelesaikan masalah antara Baekhyun dan Chanyeol. Jongin juga mau mendengarkan hal yang sebenarnya memalukan bagi semua orang—termasuk dirinya sendiri—tetapi tidak untuk Jongin yang balik memerhatikannya. Kyungsoo merasa beruntung bahwa Jongin tidak mengejeknya saat ini seperti biasanya.
"Kyungsoo," Jongin memanggilnya dengan suara terhalus yang pernah Kyungsoo dengar dari bibir Jongin. Kyungsoo mendongak dan terpaku menemukan Jongin kembali menatapnya dengan begitu sangat intens. "Aku tidak akan meneruskan perasaan yang menurutmu tidak masuk akal ini, tidak akan pernah. Ada banyak hal yang kusadari tentang dirimu sekarang dan aku akan berhenti untukmu."
Kyungsoo merasakan jantungnya berhenti berdetak. Ia tidak tahu apakah ia harus merasa senang, atau sebaliknya merasa sedih. Hanya saja tiba-tiba hatinya terasa sakit mendengar penuturan Jongin yang sangat tidak terduga baginya. Kyungsoo menundukkan wajahnya dengan cepat bersamaan dengan keterdiaman Jongin yang semakin menyiksa keheningan di antara mereka berdua.
"Jika kau sudah menyelesaikan makanmu, ayo kita pulang, aku akan mengantarmu." Jongin membuka suaranya dan Kyungsoo hanya bisa berdehem tanpa berani menatap mata Jongin secara langsung.
***
Keheningan menyelimuti Kyungsoo maupun Jongin. Mereka berjalan tanpa sepatah kata pun yang terucap dari bibir mereka. Mereka berdua berjalan beriringan satu sama lain. Kyungsoo memeluk bukunya erat-erat dalam tangannya sedangkan Jongin, ia terlihat lebih santai dengan kedua telapak tangannya yang berada di dalam saku depannya.
Keheningan ini mencekiknya—apalagi setelah pernyataan Jongin di kedai beberapa saat yang lalu—tetapi Kyungsoo tidak tahu, apa yang harus ia katakan saat ini. Kecanggungan ini selalu datang pada saat-saat yang paling dibencinya. Salah satunya ketika mereka tengah berjalan beriringan seperti ini. Seakan tidak ada hal lain yang harus mereka lakukan selain diam dan menikmati keheningan malam di kota Seoul yang tidak akan pernah sepi sedetik pun.
"Bagaimana dengan skripsimu?" Kyungsoo tak bisa lagi menahan keterdiamannya, salah satu di antara mereka harus memulai pembicaraan dan Kyungsoo mengambil langkah itu lebih dulu.
"Hanya tinggal menunggu revisi, mungkin. Aku tidak terlalu sempurna menyelesaikan makalah itu," jawab Jongin dengan santai. "Tetapi aku akan mulai bekerja, di kantor cabang mulai minggu ini."
"Tidak disini?"
"Tidak," jawab Jongin singkat.
Kyungsoo mengangguk dan rasa bersalah itu kembali muncul ketika Kyungsoo ingat bahwa ia adalah orang yang bertanggung jawab atas menghilangnya semua data yang terdapat di macbook milik Jongin. Tetapi kali ini, sepertinya Jongin telah melupakan masalah itu. Terbukti bahwa pria itu tidak mengungkit pembicaraannya bahwa Kyungsoo yang telah menjadi penyebab utama ketidak sempurnaan Jongin menyusun skripsinya. Namun pernyataan Jongin yang lainnya mampu membuat dada Kyungsoo terasa sesak. Jongin tidak akan berada di sini lagi—dia akan segera pergi.
Sekarang begitu sangat dingin dan Kyungsoo tidak pernah memperhitungkan bahwa salju akan turun malam ini. Kondisinya semakin parah saja dan Kyungsoo tidak tahu apa ia akan terus bertahan di luar dengan keadaan seperti ini. Langkah mereka saat ini begitu sangat pelan—terlalu pelan hingga Kyungsoo tidak mampu menahan dirinya sendiri untuk tidak menggigil ketika Jongin berjalan di sisinya.
Jongin meliriknya tapi tak bereaksi apapun selain membuang tatapannya kembali dan terdiam untuk kesekian kalinya. Kyungsoo sadar bahwa Jongin tidak akan pernah bersikap sopan kepada wanita manapun. Terbukti bahwa dia lebih nyaman menikmati mantel tebalnya sendirian dibandingkan berbagi dengan gadis kedinginan sepertinya. Lagipula apa Jongin mau berbagi jaket dengannya?—Ia harus ingat bahwa Jongin mulai melupakan perasaan yang pernah disampaikannya dulu kepada Kyungsoo—rasanya teramat sesak.
Kyungsoo mencoba berjalan lebih cepat karena ia tidak sabar untuk segera tiba di kamarnya. Menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal lalu tidur dengan nyaman di ranjangnya. Jongin mengikutinya dan masih mengimbangi langkah Kyungsoo. Ketika ia sampai di halaman gedung apartemennya, Kyungsoo tidak tahu, apakah ia harus mengajak Jongin masuk atau malah membiarkannya untuk pulang di tengah turunnya salju saat ini. Karena Kyungsoo tahu, bahwa pria itu akan pulang menggunakan bus, atau lebih baik menggunakan taksi. Tetapi niatan Kyungsoo untuk mengajak Jongin masuk pupus ketika pria itu membuka suaranya lebih dulu.
"Aku harus segera pergi," ucap Jongin membuat Kyungsoo menoleh dan hanya diam membeku di hadapannya.
"Ya, baiklah." Kyungsoo menjawabnya dengan kaku dan setengah bingung apa yang harus ia lakukan saat ini. Jongin masih diam ditempatnya, sepertinya ia berniat untuk mengatakan sesuatu saat ini. Tetapi Kyungsoo tidak tahu, apakah ia harus tetap diam atau kembali berbicara.
"Sepertinya kau harus menjadi penulis saja," Jongin membuka suaranya membuat Kyungsoo mendongak tak mengerti. "Kau tidak akan pernah menemukan pria yang kau inginkan jika hanya mencarinya di dalam buku-buku yang kau baca. Menuliskannya, mungkin kau akan mendapatkan satu. Benar-benar pria yang dapat menyentuh hatimu seperti Tuan Darcy."
Kyungsoo sedikit terkekeh menimpali saran yang Jongin berikan. "Aku 'kan sudah memberitahumu kalau aku tidak memiliki imajinasi yang bagus."
"Kenapa tidak menulis tentang dirimu sendiri?" Jongin memberi saran dan Kyungsoo hanya bisa menatap Jongin mencoba mengerti apa yang pria itu katakan. "Tentang kisah kita, mungkin itu akan mengalahkan buku yang paling kau sukai itu."
Kyungsoo membeku mendengar penuturan Jongin tetapi sebaliknya, Jongin malah tersenyum dan memutar pandangannya seolah apa yang dikatakannya adalah hal yang biasa diucapkan. Kyungsoo yakin bahwa Jongin mengucapkannya sebagai bentuk candaan, tetapi kenapa itu teramat terdengar serius di telinganya. Kyungsoo menunduk merasa kikuk ketika Jongin kembali menatapnya dan Kyungsoo semakin salah tingkah saat ia merasakan telapak tangan hangat yang menyentuh halus kedua pipinya yang dingin. Kyungsoo mendongak dan menemukan Jongin telah begitu sangat dekat di hadapannya. Entah sejak kapan Jongin sedekat ini dengannya atau Kyungsoo memang tidak menyadarinya sejak awal. Kyungsoo temangu dan lidahnya terasa kelu untuk berucap.
"A—apa yang kau lakukan?" tanya Kyungsoo gugup.
"Hanya memastikan bahwa kau tidak akan demam lagi."
Kyungsoo hanya diam ketika mata mereka saling bertemu. Jantungnya berdebar semakin cepat karena merasakan embusan napas Jongin yang begitu hangat menerpa wajahnya. Kyungsoo merutuki dirinya sendiri yang hanya bisa membeku saat ini. Kedua tangannya mengepal erat-erat buku yang ada dalam pelukannya, dan semakin ia naikkan seolah menjadi penghalang untuk membatasi jaraknya dengan Jongin saat ini.
Tetapi semakin lama Kyungsoo menunggu, kedua telapak tangan Jongin tidak lepas dari kedua pipinya. Ia semakin merasa was-was dan semakin gugup saja. Setiap detik terasa menyiksanya dan Kyungsoo tidak yakin apakah ia masih hidup saat ini atau malah telah jatuh pingsan di dalam mimpinya sendiri. Karena hal pertama yang ia sadari saat ini adalah; Jongin telah menciumnya.
Semua ini hanya mimpi 'kan?
Kyungsoo tidak dapat menutup matanya ketika ia merakasan bibir jongin benar-benar menyentuh halus bibirnya. Ciumannya begitu lembut, bibirnya hanya menempel saja. Ia menajamkan matanya dan semakin mencengkram buku yang ada dalam pelukannya lebih kuat lagi. Tanpa sadar, bahwa dirinya telah benar-benar terjatuh ke dalam ciuman itu begitu saja dan rasa ingin membalas ciuman itu begitu sangat besar dibandingkan perasaan gugupnya saat ini. Namun ciuman itu tak bertahan lama, karena setelah itu, Jongin menarik kembali wajahnya dan menatap Kyungsoo yang terkejut dengan apa yang telah ia lakukan.
Ini semua bukan mimpi.
Kyungsoo tersentak dan ia melangkahkan tubuhnya mundur untuk menjauh dari Jongin. Jantungnya berdebar sangat cepat dan napasnya semakin sesak. Pipinya terasa sangat panas dan Kyungsoo tidak mungkin bertahan lebih lama lagi berdiri di hadapan Jongin. Ia langsung berbalik dan berlari meninggalkan Jongin yang masih mematung di halaman gedung apartemennya.
Jantung sialan! Bisakah kau berhenti berdetak sekarang juga atau aku akan benar-benar meledak!
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro