BAB 13
Tidak membutuhkan waktu lama hingga Jongin sadar akan keberadaan Kyungsoo di pesta ini. Meski awalnya Jongin ragu, namun ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk menatap siapa sebenarnya gadis bergaun hitam itu. Ada puluhan atau mungkin ratusan wanita yang memakai gaun yang hampir serupa namun entah kenapa sejak kedatangannya, gadis itu telah menarik perhatiannya. Dan benar saja, ketika gadis itu menoleh, Jongin tidak dapat melepaskan perhatiannya lagi dari Kyungsoo. Kyungsoo benar-benar ada di sini dan ini bukanlah ilusi.
Jongin masih belum bisa melepaskan perhatiannya dari Kyungsoo ketika gadis itu mulai berjalan setengah tergesa; seperti tengah mencoba menghindarinya. Jongin tahu gadis itu tak nyaman akan tatapannya saat ini tapi matanya bahkan tidak ingin untuk berkedip meski hanya untuk sedetik. Seluruh pikirannya, seluruh perhatiannya; hanya tertuju kepada Kyungsoo.
Jantungnya berdebar kembali. Sama seperti saat ia mengucapkan perasaannya kepada Kyungsoo. Perasaan itu telah kembali hanya saja sedikit menyisakan rasa sakit yang belum bisa Jongin hilangkan. Ketika kedua mata mereka saling bertemu dan menatap satu sama lain. Jongin berharap bahwa Kyungsoo datang untuk menemuinya. Tetapi ia mencoba menepisnya, Kyungsoo sangat membencinya, itu pasti. Dan apa yang sebenarnya jongin harapkan saat ini?
Jongin mendengus untuk dirinya sendiri, namun dengan cepat ia bisa kembali bersikap tenang seperti biasa dan berhasil mengalihkan perhatiannya dari Kyungsoo. Meski sebenarnya ia tidak ingin. Rekan ayahnya kini tengah membicarakan beberapa rencana promosi yang bahkan tidak bisa Jongin pahami. Ia hanya diam dan mendengarkan tanpa satu pun dari ucapan pria itu yang dapat ia tangkap. Pengaruh Kyungsoo begitu sangat besar dan sialnya, otaknya kini seperti menjajah dirinya sendiri.
Desahan itu keluar begitu sangat tenang, rasa penasaran itu kembali timbul dan mau tak mau akhirnya ia melirik dan mendapati Kyungsoo tengah berdiri bersama dua orang pria-yang bahkan tidak dikenalnya. Sejak kapan Kyungsoo dekat dengan pria lain? Kini ia tidak peduli lagi dengan pembicaraan yang dibahas oleh pria di sampingnya. Kini seluruh perhatiannya benar-benar tertuju kepada Kyungsoo. Perasaan tidak suka itu tiba-tiba muncul tetapi itu tidak berlangsung lama karena selanjutnya rasa kekhawtiran yang ia rasakan. Ibunya telah berada di sana, bersama Kyungsoo dan entah apa yang tengah mereka bicarakan saat ini.
Jongin mulai merasa resah. Ia ingat dua hari kemarin ketika ibunya terus bertanya apakah Kyungsoo akan datang? Apakah gadis itu akan menerima undangannya? Jongin tidak dapat berpikir apa-apa saat itu selain sadar bahwa Kyungsoo sangat membencinya dan tidak mau berurusan lagi dengannya. Tentu saja, meskipun ia memeberi Kyungsoo undangan, gadis itu tidak akan pernah mau untuk hadir ke pestanya. Jongin terpaksa mengatakan bahwa Kyungsoo tengah sibuk dengan pekerjaannya. Seperti biasa, ibunya memang seorang penuntut dan Jongin tidak mungkin mengatakan hal sebenarnya; hubungan antara dirinya dengan Kyungsoo. Jika ia mengatakan bahwa Kyungsoo bukanlah kekasihnya-atau mungkin tidak pernah sekali pun menjadi kekasihnya-ibunya akan kembali memaksanya untuk mencari pasangan. Jadi hanya jawaban itu yang bisa menyelamatkannya saat ini.
Tetapi diluar dugaan, Kyungsoo datang ke pesta tanpa ia tahu siapa yang telah mengundangnya. Apakah ibunya? Jika memang ibunya mengundang Kyungsoo, ia pasti tahu. Lalu siapa? Atau mungkin dia pergi dengan pria lain? Karyawan di kantor ini? Jongin mendengus. Bisa saja.
Jongin langsung menyimpan gelas sampanye yang sedari tadi ia pegang. Mungkin jika ia terus membiarkan gelas itu dalam genggamanya, bukan tidak mungkin bahwa gelas itu akan pecah di tangannya sendiri. Gadis bodoh! Untuk apa dia berada disini? Jika niatnya hanya untuk mencari pria lain dan sengaja memperoloknya. Jongin tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Setelah mengucapkan permintaan maaf kepada rekan mengobrolnya beberapa saat yang lalu, Jongin lantas melangkahkan kakinya untuk mendekati dimana Kyungsoo berdiri sekarang bersama ibunya. Jongin sepertinya akan membunuh dirinya sendiri setelah ini. Kenapa ia harus melakukan hal ini? Sudah sangat jelas Kyungsoo akan menghindarinya-setelah apa yang terjadi di antara mereka sekitar sebulan yang lalu-dan Jongin saat ini seperti pria bodoh yang bahkan tidak ingin menerima kenyataaan yang telah diterimnya. Kyungsoo membencimu dan ia tidak akan mau untuk menerimamu.
Langkahnya tiba-tiba terhenti seketika saat melihat sang ibu telah meninggalkan Kyungsoo. Kini Kyungsoo benar-benar berdiri sendirian. Dengan gaun hitamnya, rambutnya yang tersanggul, riasannya yang natural, pernahkah Jongin memuji penampilan Kyungsoo sebelumnya? Tapi untuk saat ini, jika memang diijinkan, Jongin akan mengakui bahwa satu-satunya penampilan tamu di ruangan ini yang dapat memikatnya hanya Kyungsoo.
Jongin sekilas melirik ke arah vas bunga yang menjadi hiasan dalam pesta ini. Sekumpulan bunga mawar liar itu terlihat sangat indah. Mungkin sedikit penghargaan bisa membuat gadis itu mau untuk melihatnya. Jongin langsung menarik setangkai mawar itu dengan hati-hati. Memerhatikannya untuk sekian detik sebelum akhirnya ia menghela napasnya perlahan dan berjalan mendekati Kyungsoo. Selangkah demi Selangkah, jantungnya berdebar semakin cepat dan Jongin tidak dapat menyembunyikan senyumannya ketika ia berhasil mengulurkan bunga mawar itu kepada Kyungsoo hingga diterimanya dan membuat gadis itu menoleh untuk menatapnya. Dan demi Tuhan, Jongin sendiri bahkan tidak ingin membayangkan bagaimana senyumannya saat ini kepada Kyungsoo. Yang jelas, ini kali pertama ia tersenyum akan sesuatu yang tidak dapat ia jelaskan.
"Mau berdansa denganku?"
Setiap detik penuh ketidakpastian membuat Jongin merasa was-was. Jongin sepenuhnya sadar dengan apa yang ia katakan. Dan ia siap jika Kyungsoo menolak ajakannya dan mulai mencacinya kembali. Namun ini terlalu lama dan Jongin tidak dapat menunggu selama ini hanya demi Kyungsoo.
"Apakah kau menolak ajakkanku?" tanyanya lagi memastikan.
Uluran tangan itu akhirnya berhasil ia dapatkan. Kyungsoo membalas genggaman tangannya dan Jongin dapat merasakan kegugupan yang terjadi pada Kyungsoo saat ini. Tangannya sedikit gemetar namun bagi Jongin itu terlihat cukup manis, melihat bagaimana cara Kyungsoo menerimanya.
"Tidak," bisiknya lirih membuat Jongin tersenyum akan apa yang ia dapatkan.
Musik telah diputar dan Jongin tidak ingin membuang waktunya lebih lama lagi untuk melewatkan kesempatan ini. Jongin langsung menarik tubuh Kyungsoo mendekat, dalam sekali tarikan membuat gadis itu tersentak. Satu tangan Kyungsoo berada dalam genggamannya, sedangkan tangan lain-tengah memegang bunga mawar pemberiannya-mencengkram kuat bahunya. Jongin menatap mata itu lekat-lekat dan ia bisa menemukan kegelisahan dari mata gadis itu. Rasanya canggung setelah ia mendapatkan penolakan dari Kyungsoo, dan kini ia malah berdansa dengan gadis yang telah menolaknya. Setidaknya gadis itu tidak menolak ajakannya untuk berdansa sekarang.
Jongin membawa Kyungsoo untuk berdansa selangkah demi selangkah. Jongin sebenarnya membenci dansa dan ia tidak pernah menari dengan cukup baik. Terbukti bahwa gerakan yang ia lakukan bersama Kyungsoo terlampau kaku dan tidak semahir tamu lainnya. Hanya saja Jongin menikmati saat-saat seperti ini. Saling terdiam dan menikmati musik yang sebelumnya pernah ia anggap sebagai musik tua yang tidak begitu enak untuk didengarkan. Dan satu lagi, rasanya begitu senang karena Kyungsoo tidak terlalu banyak bicara seperti biasanya.
"Selamat ulang tahun," bisik Kyungsoo memecah keheningan di antara mereka.
Jongin berhasil menangkap basah Kyungsoo yang tengah menatapnya, namun dengan cepat gadis itu langsung berpaling dan menatap lurus dadanya. Jongin hanya menarik ujung bibirnya ke atas sebelum menaikkan kembali pandangannya lurus.
"Aku tidak mengundangmu dan tiba-tiba kau ada disini, kau sebuah kejutan," jawab Jongin.
"Baekhyun yang mengajakku."
"Benarkah?"
"Dia memintaku menemaninya agar bisa menghindar dari Chanyeol," Kyungsoo terdiam untuk beberapa detik. Membicarakan hal yang sama dengan topik utama pertengkarannya dengan Jongin, ini terasa aneh. "Hubungan mereka semakin buruk saja."
Jongin terdiam mendengar apa yang dikatakan Kyungsoo. Ia diam bukan berarti tidak peduli. Apa yang dikatakan Kyungsoo memang benar. Hubungan Chanyeol dan Baekhyun memang semakin buruk. Jongin tidak buta untuk melihat kondisi Chanyeol maupun Baekhyun. Baekhyun yang merupakan pegawai magang di perusahaan ayahnya, sesekali ia dapat memerhatikan gadis itu yang terlihat suntuk setiap memulai pekerjaannya. Dan pernah sekali, ia menangkap basah gadis itu menangis saat di kantin. Lalu Chanyeol, Jongin tidak perlu menjelaskan lebih detail bagaimana kondisi Chanyeol saat ini. Sungguh, dia bukan lagi menjadi Chanyeol yang ia kenal. Sahabatnya itu lebih banyak diam dan menggerutu setiap saat karena tidak pernah berhasil menghubungi Baekhyun.
Entah Jongin harus merasa senang atau malah sedih melihat kondisi Chanyeol. Yang jelas, ia tidak ingin terus melihat sahabatnya terpuruk seperti itu. Sungguh sangat memuakkkan.
"Kau mungkin tidak mau mendengar ceritaku tentang mereka 'kan?" Kyungsoo kembali bersuara membuat Jongin merlirik sekilas ke arahnya. Gadis itu mengatupkan bibirnya dan masih tetap tenang mengikuti setiap gerakannya.
"Jujur saja, iya," jawab Jongin singkat. "Kenapa kita harus membicarakan hubungan orang lain tetapi kita tidak bisa mengatasi masalah kita sendiri."
"Apa maksudmu?" Kyungsoo membalas tatapannya dan Jongin merasa kikuk seketika. Ia mencoba menunjukkan sikap acuhnya dengan tetap menari dan menjaga tatapannya untuk tidak lagi menatap Kyungsoo selagi gadis itu menunjukkan tatapan tajamnya.
Sedangkan Kyungsoo, ia masih mencoba mengatur detak jantungnya saat ini. Ketegangannya semakin terasa saja ketika ia mendapati beberapa orang tengah memerhatikannya. Secara tidak langsung bahwa dirinya dan Jongin saat ini telah menjadi pusat perhatian seluruh tamu pesta. Pasangan-pasangan lain telah memilih berhenti untuk berdansa seolah membiarkan mereka berdua untuk menguasai lantai dansa ini. Kyungsoo bahkan tidak yakin sejak kapan Nyonya Kim dan Tuan Kim memerhatikannya. Kyungsoo mencoba mencari Baekhyun dan Chanyeol tetapi pasangan itu tidak sekali pun menunjukkan batang hidungnya lagi.
"Kurasa kita harus berhenti," ingat Kyungsoo mencoba melepaskan dirinya dari dekapan Jongin. Namun bukannya melepaskan Kyungsoo, Jongin malah semakin erat memeluk pinggangnya.
"Kau tidak akan mendapatkan kehormatan kedua kalinya untuk berdansa dengan Tuan muda Kim, Nona," ucap Jongin penuh percaya diri.
Kyungsoo mendengus, membuat Jongin menunjukkan senyuman sombongnya lagi. Kyungsoo lupa kapan terkahir kali ia melihat Jongin bersikap angkuh di hadapannya tetapi ia yakin bahwa pria itu tidak akan pernah berubah di matanya. Meskipun seyuman itu; senyuman yang menenangkan dan menghangatkan itu sempat meluluhkan hatinya untuk beberapa saat.
Kyungsoo memerhatiakan setangkai mawar yang masih ada dalam genggamannya. Tanpa sadar ia tersenyum dan mulai menyadari betapa manisnya sikap Jongin saat ini. Tidak pernah sekali pun ia diperhatikan seperti ini dan Jonginlah satu-satunya pria yang mampu membuatnya tersipu hanya dengan setangkai mawar.
"Ngomong-ngomong, terima kasih untuk mawarnya," bisik Kyungsoo.
"Itu hanya bunga hias yang ada di vas."
Jongin menunjukkan letak vas berisi sebuket bunga mawar besar dengan dagunya. Kyungsoo mengikutinya dan saat itulah Jongin sedikit terkekeh menemukan gadis itu mengernyit lantas mendengus menyadari apa yang didapatkannya.
"Tidak kusangka kau mudah terpukau dengan hal-hal yang begitu sederhana."
"Tetap bersombonglah di hadapanku," jawab Kyungsoo ketus.
"Baiklah, jika kau mau, aku akan memberikan seluruh bunga itu untukmu. Bagaimana?" Dengan sengaja Jongin mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Kyungsoo. Sekujur tubuh Kyungsoo bergetar dan ia tidak mampu menampik aroma maskulin yang menguar dari tubuh Jongin saat ini.
"Bisakah kau menjauh? Nyonya Kim memerhatikanku," cicit Kyungsoo membuat Jongin akhirnya mau menjauh dan memberikan sedikit ruang untuknya.
Mimik muka Jongin berubah seketika dan ia menatap Kyungsoo, memerhatikan. Tiba-tiba perasaannya mendadak resah ketika mengingat kembali bagaimana sang ibu yang datang untuk menyapa Kyungsoo. Berharap bahwa tidak ada hal buruk yang di sampaikan ibunya ataupun Kyungsoo tentang kebohongan mereka.
"Eomma, dia tidak mengatakan apapun 'kan?" tanya Jongin khawatir.
Kyungsoo mendongak dan menyipitkan matanya melawan tatapan khawatir Jongin. "Kau masih berbohong kepadanya ya? Sejak kapan aku menjadi kekasihmu?" dengus Kyungsoo tak terima.
"Aku tidak ada pilihan lain," jawab Jongin.
"Oh ya, menghindari kencan buta lainnya 'kan?"
"Itu salah satu alasannya," jawab Jongin serius. Matanya bertahan untuk menatap lekat-lekat mata Kyungsoo. Menguncinya dan membiarkan gadis itu terjebak pada tatapannya saat ini. "Mungkin kau berubah pikiran," bisik Jongin terdengar putus asa.
Kyungsoo mengernyit dan sedikit memiringkan kepalanya untuk meneliti lebih jauh apa yang Jongin katakan kali ini. "Maksudmu?"
"Lupakan saja," jawab Jongin singkat. Mulai menarik dirinya lagi untuk melepaskan tatapannya dari Kyungsoo.
Jongin menggeram tertahan dan berhasil menyamarkannya menjadi sebuah deheman. Apa yang ia lakukan saat ini? Mustahil baginya untuk berharap lebih jauh kepada Kyungsoo. Toh, hinga saat ini saja Kyungsoo tidak pernah sekali pun menganggap perasaannya nyata. Rasanya semakin aneh saja dan Jongin hanya bisa diam tak mengucapkan sepatah kata pun hingga musik mulai berhenti dimainkan.
Dengan enggan Jongin melepaskan dekapannya, hanya saja genggaman tangannya masih ia pertahankan. Jika Jongin melepaskannya sekarang juga, ia akan menyesal.
"Sepertinya aku harus berterima kasih kepada Baekhyun karena telah mengajakmu ke sini." Ucap Jongin memecah keterdiaman setelah dansa mereka berakhir.
Kyungsoo hanya mematung dan diam tak membalas ucapan Jongin, membuatnya merasa lega. Ia berharap Kyungsoo melupakan apa yang telah ia ucapkan sebelumnya kepada Kyungsoo. Dan ini adalah waktunya Jongin untuk pergi.
Dengan berani, Jongin menarik pergelangan tangan Kyungsoo yang masih dalam genggamannya. Tanpa sedikit pun rasa ragu dalam dirinya, Jongin mengarahkan tangan itu mendekat ke wajahnya. Matanya masih mengunci mata Kyungsoo untuk terus menatapnya ketika Jongin berhasil menyematkan kecupan singkat di punggung tangan Kyungsoo. Ia tersenyum melihat reaksi Kyungsoo yang nampak terkejut tetapi Jongin merasa takjub; karena Kyungsoo sama sekali tidak menolak dengan apa yang telah ia lakukan.
"Senang kau ada disini, semoga kita bisa bertemu lagi," bisiknya tertahan untuk beberapa saat. "Secepatnya."
Jongin melepaskan genggaman tangannya perlahan, lantas melangkah mundur dengan senyuman yang masih menyungging di bibirnya. Sebelum akhirnya ia berbalik dan melangkah menjauh meninggakkan Kyungsoo. Mungkin hanya ini yang bisa Jongin lalukan. Ia tidak akan terburu-buru seperti apa yang telah ia lakukan kepada Kyungsoo beberapa waktu yang lalu. Perlahan demi perlahan Jongin bisa menerima penolakan Kyungsoo kepadanya. Setidaknya ia tidak terlalu sakit bahwa sebenarnya Kyungsoo masih belum menolak keberadaannya ketika Jongin di dekatnya.
***
Seperti dugaan Kyungsoo, Baekhyun tidak lagi muncul di hadapannya setelah terakhir kali ia melarikan diri dari Chnayeol. Entah kemana perginya sahabatnya itu, bahkan telponnya tidak sekali pun diangkat. Kyungsoo cemas sekaligus merasa kesal, cemas karena mengkhawatirkan keadaan Baekhyun dan kesal karena Baekhyun mengingkari janjinya lantas meninggalkannya seorang diri di acara pesta.
Setelah dua jam berada di tempat itu, lebih tepatnya setelah menghabiskan waktu berdansa dengan Jongin. Kyungsoo memutuskan untuk pergi dan memilih pulang meskipun acara masih belum selesai dilaksanakan. Ia tidak peduli bahwa pada akhinya ia harus pulang menggunakan taksi atau mungkin bus seorang diri, karena Kyungsoo merasa ia tidak mungkin dapat bertahan lebih lama lagi di tempat itu. Apalagi setelah ia bertemu dengan Jongin. Perasaan canggung dan malu tiba-tiba merayapi seluruh tubuhnya, ia tidak ingin nampak seperti gadis bodoh yang sama sekali tidak memiliki teman di sana, meskipun Jongin mengenalnya. Tapi Kyungsoo sadar, siapa dirinya dan banyak puluhan atau mungkin ratusan tamu yang lebih penting bagi Jongin dibandingkan dirinya.
Tetapi entah kebaikan apa yang pernah ia lakukan kepada keluarga Jongin. Ketika ia baru saja melangkah keluar dari pintu utama. Seorang pria berperwakan tinggi dan besar mendatanginya. Kyungsoo mulai merasa was-was, takut bahwa ia dianggap sebagai penyelinap. Tetapi ternyata salah, pria itu adalah salah satu pegawai dari keluarga Kim. Setelah ia menanyakan kebenaran nama Kyungsoo, dengan sopan pria itu bertanya kemana dia akan pergi. Kyungsoo menjawab bahwa ia harus pulang dan tanpa diduga pria itu telah mununtunnya untuk pergi dan meminta ijin agar bisa mengantarnya. Awalnya Kyungsoo menolak tetapi pria itu menyakinkan kepada Kyungsoo bawa ia telah diperintah oleh Nyonya dan Tuan Kim untuk mengantarnya. Betapa luar biasanya keluarga Jongin.
Meski Kyungsoo merasa tidak nyaman diperlakukan seperti ini-terlihat berlebihan dan teramat dispesialkan-tetapi tidak ada pilihan lain. Akhirnya ia menerima tawaran itu. Pulang diantarkan lebih baik daripada ia harus pulang seorang diri menggunakan bus umum dengan pakaian tak lazim seperti ini.
Hingga sesampainya ia di apartemen, Kyungsoo masih tidak habis pikir dengan semua perlakukan spesial yang ia dapatkan. Apa sebahagia itu Nyonya Kim akan kehadirannya hingga ia diberi seorang sopir khusus untuk mengantarnya? Dengan gaun yang masih dikenakannya, Kyungsoo langsung membaringkan tubuhnya terlentang di atas ranjang. Mengingat apa saja yang telah terjadi di acara pesta itu.
Kim Jongin.
Kembali ia teringat akan pria itu. Ia melirik ke sisi tubuhnya dan menemukan bunga mawar liar yang Jongin berikan masih ada dalam genggaman tangannya. Kyungsoo menaikkan tangannya untuk menatap lebih jelas bunga mawar itu. Bunga hias yang ada di vas. Kyungsoo langsung tersenyum dan menghidu kembali aroma manis yang menguar dari bunga mawar itu. Rasanya begitu sangat menenangkan.
Kyungsoo langsung bangkit dan berjalan menuju rak bukunya. Mencari buku tebal dan menemukan satu yang dirasa pas untuknya. Kyungsoo membuka halaman buku itu asal, tepat di tengah-tengahnya lantas menyimpan kelopak mawar itu pada bagian dalam buku yang terbuka itu. Sekilas Kyungsoo kembali memerhatikannya dan menyentuh mawar itu dengan ujung jarinya. Ini adalah hadiah pertama yang mampu membuatnya bahagia. Hadiah yang diberikan Jongin untuknya. Dengan perasaan bahagia, Kyungsoo menutup buku dan membuat mawar itu terselip di antara halaman buku itu. Kyungsoo mendekap buku itu erat-erat lalu menjatuhkan tubuhnya untuk duduk dan bersandar pada rak bukunya.
Rasanya aneh sekali. Hatinya tidak pernah sehangat ini dan Jongin adalah pria pertama yang mampu membuatnya tersipu. Kyungsoo tidak dapat menyangkal bahwa pengakuan cinta Jongin beberapa waktu yang lalu memang membuatnya marah. Tetapi di sisi lain, tepat di bagian sudut hatinya, Kyungsoo merasakan kebahagian yang tidak jauh berbeda dengan perasaannya saat ini. Apa mungkin perasaan bencinya telah menghilang?
Sikapnya, tutur katanya, perhatiannya. Kali ini terlihat jelas berbeda di matanya. Meski Jongin tetap menjadi Jongin yang sama, tapi Kyungsoo tidak dapat menyangkal bahwa seluruh perhatian Jongin malam ini membuat Kyungsoo mau tak mau mengakui bahwa ia jatuh hati kepadanya.
Ketika Kyungsoo baru saja memejamkan matanya akan kebahagiaan yang baru saja ia dapatkan. Ia terkejut mendapati ponselnya telah berdering, nyaring sekali. Kyungsoo langsung menyimpan bukunya dengan asal lalu berlari untuk mengambil ponselnya. Ia jatuh berbaring seraya mengangkat pangilannya ketika ia tahu siapa yang memanggilnya saat ini.
"Ya Baekhyun?"
"Kyungsoo, kau sudah pulang?"
"Ah, ya.. aku sudah pulang, Bagaimana denganmu? Apa aku meninggalkanmu? Apa kau masih di sana?" tanya Kyungsoo mulai panik.
"Tenanglah, aku juga sudah pulang. Syukurlah, aku merasa bersalah. Aku meninggalkanmu begitu saja. Aku takut kau tidak bisa pulang sendirian. Maafkan aku ya," jawab Baekhyun terdengar menyesal.
Kyungsoo mendesah perlahan. "Tidak apa-apa. Lagipula aku masih bisa pulang dengan selamat."
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Baekhyun panik.
Kyungsoo terdiam untuk beberapa saat mengingat apa saja yang telah terjadi kepada dirinya di acara pesta itu. Ia berdansa dengan Kim Jongin, tapi ia tidak mungkin mengatakannya kepada Baekhyun sekarang. Belum waktunya. "Tidak ada. Aku baik-baik saja."
Terdengar helaan napas di ujung telepon sana. Seperti sebuah bentuk kelegaan. "Sekali lagi maafkan aku, aku tidak menepati janjiku dan malah meninggalkanmu begitu saja. Aku mencoba menghindari Chanyeol dan aku berhasil melarikan diri menggunakan taksi."
Kyungsoo bahkan hampir melupakan kekesalannya saat ini kepada Baekhyun. Tetapi mendengar suara parau Baekhyun, Kyungsoo yakin bahwa Baekhyun baru saja menangis.
"Kau baik-baik saja 'kan?" tanya Kyungsoo khawatir.
"Aku baik-baik saja. Aku tidak apa-apa, Kyung."
Kyungsoo menganguk perlahan meski pun Baekhyun tidak mungkin dapat melihatnya saat ini. Ia merasa miris dengan masalah yang dialami Baekhyun saat ini. Dia dan tentunya Chanyeol, tidak seharusnya mereka terus seperti ini. Mereka harus segera menyelesaikan masalah ini secepatnya. Kyungsoo ingin sekali menyelesaikan kesalah pahaman yang terjadi antara Baekhyun dan Chanyeol. Hanya saja, ia tidak tahu bagaimana cara untuk memulainya.
"Kau harus beristirahat Baekhyun," ingat Kyungsoo. Semakin lama mendengar suara Baekhyun, semakin membuatnya tak tega. Ia tidak ingin pada akhirnya ia ikut menangis karena terbawa merasakan kesedihan yang dialami Baekhyun sekarang.
"Kau benar, aku harus tidur. Maafkan aku ya, kapan-kapan aku akan mentraktirmu."
Itu bukan masalah bagiku. Bisik Kyungso dalam hati. "Baiklah, selamat malam," jawab Kyungsoo yang dibalas dengan ucapan yang tak kalah parau dari sebelumnya.
Setelah sambungan telepon itu terputus. Kyungsoo langsung menelungkupkan wajahnya di atas kasur. Harus ada yang menengahi masalah antara Baekhyun dan Chanyeol. Ia tidak mungkin membiarkan Baekhyun terus seperti ini. Tetapi siapa? Ia tidak mungkin menjadi pihak sok tahu antara Baekhyun dan Chanyeol. Satu-satunya yang dapat diandalkan adalah Jongin. Tapi apakah ia mau membantunya. Mustahil. Otak dari permasalah Baekhyun dan Chanyeol ada pada Jongin, mana mungkin ia mau membantu memperbaiki hubungan yang telah secara sengaja ia hancurkan.
***
Beberapa hari berlalu setelah pesta itu dan Kyungsoo kembali disibukkan dengan naskah novel yang harus direvisinya. Kyungsoo kini tengah dalam semangat yang tinggi untuk menyelesaikan naskahnya. Bahkan ia bekerja lebih tekun sejak hari itu. Semua itu berhasil membangkitkan gairahnya untuk bekerja dan menyelesaikan pekerjaannya lebih baik lagi. Kyungsoo bahkan berhasil menyelesaikan setengah pekerjaannya dalam waktu beberapa hari saja. Kyungsoo berharap selamanya ia terus bekerja seperti ini.
Namun sore ini ia kembali diganggu oleh suara ketukan yang membuatnya kesal. Kyungsoo sempat mengacuhkannya namun ketukan itu malah berubah semakin keras saja setiap menitnya. Kyungsoo mendegus dan akhirnya bangun dari tempat duduknya. Ia berjalan untuk membuka pintu kamarnya dan tidak salah lagi, Chanyeol telah berdiri di depan pintu dengan wajah setengah memelas dan setengah suntuknya.
"Jika kau menanyakan kabar Baekhyun lagi, hanya satu yang bisa aku katakan. Aku-tidak-tahu. Baekhyun benar-benar tidak menghubungiku."
"Aku tahu itu, maka dari itu aku tidak menanyakannya," jawab Chanyeol lirih.
"Lalu? Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Kyungsoo bingung.
"Menanyakan apakah kau mau pergi denganku?"
"Apa?" Kyungsoo tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Sepertinya reaksi Kyungsoo terlalu berlebihan. Ia mendapati Chanyeol yang mendegus menatapnya. Tidak ada lagi ucapan mengejek yang biasa terlontar dari mulut pria itu.
"Sebenarnya bukan aku, tetapi Jongin. Dia mengajakku pergi dan aku harus membawamu."
Jantung Kyungsoo berhenti berdebar ketika mendengar nama Jongin diucapkan. "Mengajakku? Sungguh? Untuk apa?"
Chanyeol mengangkat bahunya dengan acuh. "Aku membutuhkannya untuk membantu menyelesaikan tugasku, tetapi ia meminta syarat untuk membawamu juga. Sebenarnya ada hubungan apa kau dengannya?" Chanyeol mengangkat kedua tangannya menyila di depan tubuhnya.
Kyungsoo seketika menegang mendapatkan tatapan mencurigakan dari Chanyeol. Tetapi cepat-cepat Kyungsoo menepisnya. Pasti Chanyeol tengah mengerjai dan mengatakan hal omong kosong belaka.
"Aku sedang banyak pekerjaan. Aku tidak bisa pergi dengan-Hei! Apa yang kau lakukan?!" Kyungsoo terkejut ketika Chanyeol telah meraih pergelangan tangannya dan menarik-nariknya untuk keluar.
"Kau tidak ingin membantu tetanggamu? Ayolah, aku membutuhkan Jongin kali ini dan aku tidak ada pilihan lain selain mengajakmu agar dia mau membantuku. Sekali ini saja dan aku berjanji tidak akan menganggumu."
Kyungsoo meronta meminta dilepaskan, tetapi Chanyeol malah semakin erat menggenggam tangannya untuk ditarik keluar. Tangan Kyungsoo yang lain menahan pada kusen pintu. Memertahankan dirinya untuk tidak keluar dengan cara penuh paksaan seperti ini. Dan sial, ini menjadi semakin menyakitkan saja. Kyungsoo seharusnya tidak melawan kekuatan Chanyeol, dia seorang pria.
"Baiklah aku ikut, tapi lepaskan aku!" teriak Kyungsoo kesal dan saat itulah Chanyeol melepaskan tangannya diikuti senyuman konyolnya, lagi.
Kyungsoo mendesis dan mengusap tangannya yang sempat ditarik oleh Chanyeol. Ada yang aneh, jika Jongin mau membantu Chanyeol kenapa harus melibatkannya? Kenapa ia harus ikut bertemu dengannya? Perasaannya tiba-tiba berdebar begitu saja. Rencana apa lagi yang Jongin lakukan sekarang?
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro