Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 10

Dua hari berlalu sejak sakitnya Kyungsoo, Jongin sama sekali tidak pernah muncul di hadapannya. Entah apa yang terjadi pada pria itu. Kyungsoo mencoba menebak, apakah ia melakukan kesalahan pada malam dimana ia jatuh sakit? Tetapi tidak ada satu pun petunjuk yang dapat menjawab pertanyaannya itu. Jongin juga tidak kembali ke kamarnya hanya untuk mengerjakan makalahnya. Kyungsoo menganggap, Jongin mungkin telah menyelesaikan skripsinya itu lebih cepat, mengingat waktu yang dibutuhkan Jongin untuk menyelesaikannya hanya tiga minggu saja. Sudah hampir tiga minggu, dan Kyungsoo yakin keteguhan Jongin yang terus mengerjakan tugasnya hampir setiap hari pasti telah membuahkan hasil.

Kyungsoo sudah cukup membaik. Demamnya kini sudah mulai menghilang. Hanya menyisakan batuk dan serak di tenggorokannya. Selama dua hari ini Kyungsoo tidak melakukan apapun selain berbaring, makan, meminum obat, berbaring, memainkan ponselnya dan terus seperti itu hingga ia tertidur. Apa yang diingatkan Jongin sebelumnya benar, kepala editor Han memberinya waktu libur dua hari. Selama itu, Kyungsoo sama sekali tidak menyentuh komputernya. Ia hanya ingin beristirahat hingga naskah lainnya akan kembali menyita seluruh waktunya beberapa minggu ke depan. Oh, seharusnya ia telah mendapatkan penghargaan karena memecahkan rekor untuk mengedit naskah tercepat yang hanya diselesaikan kurang lebih tiga minggu lamanya.

Kembali mengingat Jongin.

Entah kenapa setiap Kyungsoo memikirkan pria itu, ia terus teringat dengan perawatan yang dilakukannya. Kyungsoo penasaran, apa saja yang dilakukan pria itu kepadanya selain mengompresnya, membelikan obat dan membuatkan bubur untuknya. Apakah dia merasa terbebani, panik atau cemas? Alangkah baiknya jika Jongin datang menemuinya secara langsung. Setidaknya untuk menanyakan kondisinya namun Jongin sama sekali tidak muncul di hadapannya.

Kyungsoo sempat berpikir, apakah ia lebih baik megunjungi kamar apartemen Jongin? Namun ia menepis rencana itu, mengatakan bahwa ia tidak ingin lagi membuat masalah pada Jongin. Ia masih dibayangi ketakutannya saat tanpa sengaja menumpahkan kopi panas, membuat macbook milik Jongin ikut rusak. Tetapi tetap saja, hatinya seolah mendoronganya untuk selalu mengajak keluar dari dalam apartemen. Setiap kali ia mendengar langkah kaki yang melewati kamarnya setiap pagi dan sore hari. Yang ada dalam pikirannya hanya Jongin. Ia resah dan ia tidak dapat berpikir apa yang sebaiknya ia lakukan saat ini.

Yah, setidaknya semua berubah menjadi baik-baik saja. Secara tidak langsung, Kyungsoo dapat benar-benar beristirahat tanpa mendapatkan gangguan dari Jongin seperti biasanya. Kini ia yakin bahwa sepenuhnya ia telah pulih.

Ponselnya berdering ketika Kyungsoo tengah memasak makan malam untuknya sendiri. Kyungsoo mengusap tangannya yang basah pada celana training yang dikenakannya. Berjalan mendekat dimana ponselnya berada. Sebuah pesan dan sesegera mungkin Kyungsoo membukanya.

Gajihnya telah di transferkan.

Tunggu? Secepat ini?

Kyungsoo menggeleng tidak yakin. Biasanya gajihnya akan turun setiap di akhir bulan, ini terlalu cepat. Dan berapa? Sekitar seminggu lagi hingga hari gajihannya. Karena ketidakyakinannya. Kyungsoo hendak menghubungi Manager yang mengurus upah setiap pegawai lepas sepertinya. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika ia menyadari mungkin gajihnya dipercepat karena sebentar lagi hari Natal akan segera datang, begitu pun dengan pergantian tahun.

Kyungsoo tersenyum sumringah. Sepertinya gajih yang lebih cepat turun untuknya membuatnya seribu kali merasa lebih sehat. Ia kini bisa membayar semua tunggakan yang telah menumpuk meminta dibayar sekaligus tidak perlu lagi memakan makanan instan-setidaknya dalam waktu seminggu ini. Oh satu lagi, ia bisa mengirim uang untuk keluarganya. Meskipun ia tidak bisa pulang, setidaknya ada sedikit uang yang bisa ia berikan kepada orang tuanya.

Tidak ingin menunggu waktu lebih lama lagi. Kyungsoo langsung berlari menuju konter. Mematikan kompor yang tengah memasak sup kimchi. Dengan semangat Kyungsoo langsung meraih dompet beserta tasnya. Tak lupa merapatkan jaket yang masih dikenakannya. Rencananya hari ini, menarik uang hasil pekerjaannya di ATM, mentransfer uang kepada ibunya, membeli beberapa perlengkapan bulanan, dan membayar semua tunggakannya. Hasilnya tidak banyak setidaknya bisa menutupi beban biayanya selama sebulan ini.

***

Jongin baru saja turun dari dalam bis yang ditumpanginya. Cukup jauh dari letak gedung apartemennya karena kini, ia berniat untuk mengecek kondisi macbook miliknya di toko service. Beberapa jam lalu, pemiliki toko itu-yang memperbaiki laptopnya-mengatakan bahwa Jongin harus datang untuk memastikan kondisi laptopnya itu. Sebenarnya Jongin tidak terlalu peduli dengan data-datanya, toh, ia telah hampir menyelesaikan skripsinya saat ini. Yang ia harapakan bahwa laptopnya bisa berfungsi kembali seperti semula dan ia bisa kembali ia gunakan. Ia tidak ingin terus meminjam komputer Kyungsoo. Rasanya tidak nyaman harus terus berada di ruangan yang sama dengan Kyungsoo.

Jongin baru saja berjalan beberapa langkah ketika ia menemukan sosok yang cukup tak asing lagi di matanya. Kyungsoo, gadis itu seperti biasa, memakai pakaian noraknya tengah menenteng beberapa kantung plastik berukuran besar dan berjalan seorang diri di tengah keramaian. Tanpa sadar, bibirnya tersungging ke atas membentuk sebuah senyuman.

Selama dua hari ini Jongin disibukkan dengan kegiatan kampusnya. Ia sama sekali tidak memiliki waktu banyak mengerjakan tugas akhirnya karena setelah pulang, ia telah kekelahan dan jatuh tertidur lebih awal. Sebenarnya ia cukup menyesal tidak mengerjakan tugasnya selama itu. Tetapi mengingat kondisi Kyungsoo, setidaknya ia bisa membiarkan gadis itu beristirahat sementara waktu tanpa gangguan apapun. Jongin penasaran dengan keadaan gadis itu, apa sekarang dia baik-baik saja? Melihatnya yang bisa keluar pada cuaca seperti ini, sepertinya kondisinya mulai mebaik. Jongin rasa dia sudah sehat. Melihat belanjaannya juga, oh kini Jongin ingat akan satu hal.

Dengan langkah besar, Jongin berjalan mendekati gadis itu. Tidak membutuhkan waktu yang lama hingga Jongin dapat mengerjar langkahnya dan berjalan beriringan dengan Kyungsoo. Membuat gadis itu menoleh dan mengernyit ketika mendapatinya dengan tiba-tiba.

Kyungsoo terkesiap keika menemukan keberadaan Jongin yang telah berjalan disinya. Arah tatapannya memandang lurus tanpa sekali pun berniat untuk menatap Kyungsoo. Bagaimana Jongin bisa ada disini? Pria itu selalu muncul dimana pun ia berada dengan cara yang tak tertuga. Padahal dua hari kemarin Kyungsoo sama sekali tidak melihatnya. Bahkan ia telah berpikir bahwa Jongin menghilang.

"K-kau?" Kyungsoo terbata, menarik perhatian Jongin kini menatapnya.

Sedetik Kyungsoo membeku ketika menemukan arah tatapan Jongin yang tertuju memerhatikannya lekat dari atas hingga bawah. Oh, jangan pakaiannya lagi.

"Hari gajihan ya?" tanya Jongin tanpa minat sama sekali.

"Ah.. iya, eh, darimana kau tahu itu?" Kyungsoo membulatkan matanya bingung mendapati kini Jongin terkekh, sungguh tidak biasanya melihat Jongin tertawa seperti itu.

"Aku tahu segalanya," ucapnya dengan nada sombong.

Kyungsoo mendengus. Sifatnya masih belum berubah, ia masih terlihat angkuh dengan nada bicaranya yang memuakkan. Lantas Kyungsoo mempercepat langkahnya untuk menjauhi Jongin namun entah karena kakinya yang pendek atau kaki Jongin yang terlampau panjang, pria itu dapat kembali bisa mengejar langkahnya.

"Hei.. kau sudah berjanji padaku."

"Janji? Apa aku memiliki janji kepadamu?" tanya Kyungsoo ketus seraya menatap tajma Jongin yang berjalan di sisinya.

"Kau kan mengatakan akan membayar biaya perbaikan laptop milikku," seketika Kyungsoo mengatupkan bibirnya. Tanpa membutuhkan waktu lama hingga ia ingat dengan ucapannya sendiri saat itu. Jongin melanjutkan ucapannya tanpa sekali pun menatap Kyungsoo. "Laptopnya sudah mulai membaik dan kebetulan kau sudah gajihan juga kan? Itu akan sangat sempurna untuk mempercepat pulihnya laptopku kembali."

"Perhitungan," bisik Kyungsoo, mencoba menyembunyikan desisnya kali ini. Tidak peduli bahwa Jongin akan mendengarkannya atau tidak. Oh sial, ia tidak bisa berjalan dengan langkah cepat seraya membawa belanjaan ini.

"Dan oh iya.. kau harus mentraktirku juga," saat itu juga langkah Kyungsoo berhenti. Mentraktir? Mentraktir untuk apa?

Seolah mengerti ketidak tahuan Kyungsoo saat ini. Jongin membalikkan tubuhnya dan melihat Kyungsoo yang tengah mematung dengan mata yang membulat. "Aku kan sudah membantumu saat kau demam itu. Kau tahu, kau itu sangat menyusahkan.Tidak ada toko obat yang buka hingga lewat sebelas malam dan aku mencarinya untukmu. Sial, seharusnya kau tahu bawa aku tidak bisa tidur hanya untuk memastikan demammu turun."

Kyungsoo tidak dapat menagatakan apapun selain tatapannya berubah terkejut. Jongin pun sepertinya tidak sadar dengan apa yang dikatakannya. Terbukti dengan tubuhnya yang tiba-tiba teekesiap lalu mengacak pinggangnya dengan resah.

"Maksudku, hanya memastikan bahwa kau tidak memiliki penyakit parah," lanjut Jongin beralasan.

Kyungsoo mematung dalam keterkejutannya sendiri. Apa sampai separah itu hingga Jongin mencari obat hanya untuknya, hampir menjelang tengah malam? Menunggunya hingga ia tidak bisa tidur. Oh, benarkah ini Jongin yang memiliki hati sekeras batu. Bagaimana bisa Jongin melakukan semua ini atas kehendaknya sendiri. Tiba-tiba hatinya berdesir denga tenang, gejolak aneh membuat perutnya terasa digelitik oleh sesuatu yang menyenangkan. Jongin sama sekali tidak mengatakan apapun lagi setelah ia berbalik dan berjalan di depannya. Yang bisa Kyungsoo sadari saat ini adalah senyumannya yang tiba-tiba saja tersungging di bibirnya. Ia merasa diperhatiakan.

***


Kyungsoo hanya diam menatap penuh curiga kepada Jongin yang tengah membalik-balikkan daging di atas panggangan. Ia mendesis ketika Jongin langsung melahap potongan daging itu dan tersenyum layaknya anak kecil. Jongin sepertinya berniat untuk membuatnya bangkrut. Kyungsoo telah menghabiskan lebih dari 20000 won untuk membayar laptop Jongin yang baru diperbaiki dan sekarang ia semakin memorotinya dengan memesan satu porsi besar galbi beserta arak beras lebih dari empat botol.

Kyungsoo mengerang, sepertinya ia akan kembali memakan makanan instant lagi.

"Kau tidak makan?" tanya Jongin menatap bingung Kyungsoo yang tidak menyentuh sepotong daging pun selain meminum soju yang ia tuangkan sendiri.

"Kau membuatku gila," desah Kyungsoo. "Uangku akan benar-benar habis malam ini."

Bukannya menyesal, Jongin malah memutar bola matanya. Sangat tidak sopan.

"Kau perhitungan sekali, jangan-jangan kau tidak pernah sekalipun mentraktir temanmu ya? Oh dan siapa temanmu itu, Baekhyun? Kau tidak pernah mentraktirnya juga kan?"

Kyungsoo terkesiap. Ia ingin membantah semua itu, tetapi apa yang akan dikatakannya karena kenyataan itu memang benar adanya. Kyungsoo tidak pernah mentraktir Baekhyun sama sekali. Pekerjaan Baekhyun jauh lebih mapan daripada dirinya dan selebihnya Baekhyunlah yang lebih sering mentraktirnya.

Jongin tertawa dan itu membuat Kyungsoo semakin menggeram kesal karena merasa terpojokkan. "Aku benar, ah.. teman macam apa kau ini."

Dengan kesal Kyungsoo langsung mencengkram kuat-kuat sumpitnya. Langsung mengambil beberapa potong daging lalu menjejalkannya dengan paksa ke dalam mulut Jongin yang tengah tertawa. Pria itu tersedak dan mencoba mundur menjauhkan potongan daging lain yang siap menjejalinya lagi.

Kyungsoo menghentikan protesnya. Ia langsung menjatuhkan sumpitnya dan melipat tangan di depan dadanya. Kyungsoo dapat menemukan tatapan melotot dari Jongin seolah mengatakan 'Kau gila!' Ya , ya... dia memang gila. Dan salahkan Jongin yang selalu membuatnya kesal. Makan semua daging-daging itu!

Kyungsoo menuangkan kembali arak ke dalam gelas dan meminumnya dalam sekali teguk. Mengabaikan Jongin yang kini tengah berusaha mengunyah daging dan menelannya.

"Itu tidak sopan."

"Jangan menggerutu seperti itu, memangnya kau sudah menjadi teman yang baik bagi Chanyeol?" tanya Kyungsoo. Jongin menatapnya dan Kyungsoo sama sekali tidak terganggu dengan tatapan itu. "Kau bahkan mencampuri hubungannya.. oh tidak, malah semakin memperburuknya."

Suara helaan napas terdengar berat dan Kyungsoo mengernyit melihat Kai menumpu kedua tangannya kini di atas meja. iSkap yang tidak pernah ia tunjukan selama ini.

"Kau membicarakan ini lagi," desahnya kecewa. "Memangnya kau tahu apa tentang mereka?" tanya Jongin.

"Kau sendiri, kau tahu apa tentang mereka? Selayaknya menjadi sahabat, kau harus mengatakan dengan jujur bahwa Chanyeol menghubungimu. Setidaknya itu bisa membuat Baekhyun tenang."

"Kau tidak mengerti. Aku lebih tahu Chanyeol dan aku tahu Baekhyun. Aku hanya menyelematkan mereka dari konflik yang lebih buruk nantinya," jawab Kyungsoo santai.

"Konflik buruk?"

"Apa kau mengenal Chanyeol sejauh aku mengenalnya? Apa kau mengenal Baekhyun sejauh aku memerhatikannya?" ucap Jongin kembali semakin membuat Kyungsoo tidak mengerti.

Kyungsoo mengabaikan daging yang terpanggang dengan aroma menggoda di hadapannya. Kini seluruh pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan membingungkan. Jongin mengatakan hal-hal yang membingungkan. Ia kembali mengulang pertayaan Jongin yang terakhir dan saat itulah ia merasa risih ketika mendengar kata-kata Jongin; Apa kau mengenal Baekhyun sejauh aku memerhatikannya?"

Sebenarnya sedekat apa Jongin dengan Baekhyun?

Tiba-tiba saja otaknya mulai mencerna hal yang paling tidak masuk akal. Paling tidak mungkin untuk ia percayai.

"Kau benar-benar menyuaki Baekhyun ya?" tanya Kyunsgoo serius.

"Apa?" Mata Jongin membulat terkejut membuat Kyungsoo tersentak. Namun wajah keterkejutannya tidak bertahan lama, terganti dengan suara kekehan aneh darinya. "Apa yang kau katakan? Kenapa aku harus menyukainya."

Tawanya berubah keras, dan Kyungsoo tidak menemukan kebohongan dari tawa itu. Benar-benar lepas seolah pernyataan Kyungsoo tadi adalah sebuah lelucon paling lucu yang pernah ia sampaikan. Bahkan Jongin menyeka air matanya yang tergenang. Aneh, apa selucu itu ia menganggap ucapannya? Padahal ia mengatakannya dengan serius.

"Lalu?"

"Lalu? Lalu apa? Apa yang ingin kau tahu? Tentu saja aku tidak menyukainya. Hei.. darimana kau menganggap aku bisa menyukainya?" jawab Jongin.

Dahinya mengernyit dalam. Ya, benar. Ucapannya memang tidak mendasar dan mungkin itu bukan alasan kenapa Jongin seolah menjauhkan Chanyeol dari Baekhyun. Entah apa alasannya, tetapi Kyungsoo yakin, Jongin mengetahui sesuatu tetapi ia tidak ingin membaginya. Dia misterius, dia gila, dia keras kepala. Sikapnya yang seperti itu membuat Baekhyun semakin patah hati.

"Makanlah, aku takut kau menangis saat pulang nanti karena tidak memakan sepotong daging pun," ucap Jongin yang kembali sibuk melahap potongan daging di atas pemanggang.

"Makan saja sendiri," jawab Kyungsoo ketus.

Kyungsoo hendak menuangkan kembali araknya ketika dengan tiba-tiba Jongin mendekatkan lengannya dan menjejalkan satu potongan daging ke dalam mulut Kyungsoo. Gadis itu membelalalk terkejut namun Jongin malah terkekeh memerhatikannya. Seolah apa yang dilakukannya adalah hal yang biasa tapi Kyunsoo yakin, Jongin melakukan hal itu hanya demi sebuah balas dendam semata. Mengingat sebelumnya ia telah menjejalkan beberapa potongan daging secara bersamaan ke dalam mulut Jongin.

"Enak bukan? Orang bilang, makan dari suapan orang lain bisa membangkitkan selera makan," jawab Jongin dengan santai dan menggigiti sumpitnya, disertai senyumannya yang-menawan.

Kyungsoo menguyah potongan daging dalam diam. Menatap Jongin yang kali tidak memerhatiannya. Sesaat ia terkejut menemukan senyuman itu. Entah, kapan ia melihat senyuman itu. Sangat tidak asing dan Kyungsoo tidak mampu menarik perhatiannya dari wajah itu. Kalau bukan karena desisan antara lemak dengan pembakaran yang panas. Kyungsoo mungkin benar-benar memperhatikan wajah itu sepanjang malam.

Dengan segera Kyungsoo menunduk ketika Jongin merlirik ke arahnya. Kyungsoo sebisa mungkin mengabaikan tatapannya itu, dan baru kali ini ia berani mengangkat sumpitnya dan memakan potongan daging itu dengan suapannya sendiri. Hanya diam tidak megatakan apapun.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu?" tanya Jongin, suara terdengar lebih serius tidak serti sebelumnya.

Kyungsoo menghargai pertanyaan itu, hanya saja bukankah itu sedikit terlambat? Dasar. "Berapa lama kita bersama seperti ini? Empat jam atau lima, dan kau baru menanyanyakan keadaanku?" tanya Kyungsoo sinis.

"Hanya memastikan bahwa kau tidak pingsan di tengah jalan dengan," Jongin mengarahkan dagunya ke arah setumpuk belanjaan yang Kyungsoo bawa. Jongin mengikutinya sesaat dan kembali menatap Jongin lekat. "Jangan harap aku mau membantumu untuk kedua kalinya," lanjutnya lagi.

"Siapa yang meminta bantuanmu," Kyungsoo menjawabnya dengan ketus namun Jongin malah membalasnya dengan senyuman. Perutnya terasa semakin sakit saja. Entahlah tiba-tiba pipinya terasa menghangat. Bukan, ini bukan tersipu. Kyungsoo hanya kepanasan dengan alat pemanggang yang tak jauh berada di hadapannya.

Sekilas ia kembali menatap Jongin. Merasa tidak yakin dengan apa yang tenga ia lakukan saat ini. Makan bersama dan duduk saling berhadap-hadapan. Jongin tidak semenyebalkan seperti biasanya, meski terkadang selalu membuuatnya menahan marah. Tetapi untuk kali ini, untu pertama kalinya. Kyungsoo merasa begitu sangat dekat dengan Jongin. Apakah tidak berlebihan bila Kyungsoo mengatakan, ia menyukai saat-saat seperti ini bersama Jongin? Tidak ada salahnya juga kan?

***

Kyungsoo berjalan setengah menyeret kantung belanjaannya sesaat setelah ia sampai di gedung apartemennya. Ketika ia melihat deretan anak tangga yang harus ia naiki, tanpa sadar ia menghela napasnya berat. Tangannya akan putus kapan saja jika Kyungsoo memaksakan diri untuk membawa seluruh belanjaan ini sendiri. Padahal ia tidak biasanya seperti ini. Apa mungkin ia masih belum pulih dari sakitnya?

Kyungsoo mendudukkan tubuhnya lelah padahal ia baru menaiki beberapa anak tangga saja. Keringatnya bercucuran dan ia butuh sesorang untuk membantu mengangkatnya. Letak pandangannya tertuju kepada Jongin yang baru saja memasuki gedung apartemen. Seketika Kyungsoo menggeleng, tidak. Pria itu tidak akan membantu.

"Ada apa?" tanya Jongin ketika melihat Kyungsoo yang tengah terduduk di salah satu anak tangga.

"Aku rasa aku tidak akan dapat membawanya ke atas. Oh, tanganku lelah," Kyungsoo mengeluhkan tangannya dengan cara mengangkatnya tinggi-tinggi, menunjukkan kepada Jongin letak kelelahannya.

Jongin mendesis lalu menghempaskan tubuhnya untuk duduk di sisi Kyungsoo. "Dasar manja," bisiknya tak heran membuat Kyungsoo menggeram melihat pria itu yang sama sekali tidak membantunya.

Keheningan melanda mereka berdua. Kyungsoo merasa aneh kenapa Jongin malah ikut duduk di sisinya. Biasanya pria itu akan selalu mengacuhkannya tetapi kini, ia malah diam seolah menunggunya. Ini aneh, dan tidak biasa. Kyungsoo mencoba menghindari segala kemungkinan apa pun ketika ia menyadari bahwa Jongin kini tengah memerhatikannya.

Jongin sendiri, ia merasa terpaku melihat kondisi Kyungsoo saat ini. Melihat buliran keringat yang membasahi wajahnya. Padahal suhu malam ini begitu sangat dingin tetapi gadis itu masih berkeringat seperti baru menikmati musim panas di siang hari.

"Kau belum benar-benar sembuh ya?" tanya Jongin menyadarkan Kyungsoo yang langsung menatapnya bingung. "Kau banyak berkeringat," lanjutnya lagi.

"Ahh.. itu, ya, aku kan sudah mengatakan bahwa aku kelelahan," Kyungsoo hendak mengusap keringatnya menggunakan lengan jaketnya, namun saat itu juga lengan lain mencekalnya untuk tidak melakukannya. Itu Jongin. Dan Kyungsoo hanya terdiam ketika Jongin menyeka keringatnya menggunakan punggung tangannya sendiri.

Kyungsoo membeku. Ia terdiam sama sekali tidak bergerak. Ia benar-benar bisa merasakan kehangantan dari tangan itu dan seketika membuat pipinya berubah panas. Jantungnya berdetak hebat dan semakin cepat ketika ia mendapati Jongin tengah menatapnya. Benar-benar menatap matanya.

"Kau memang belum sembuh," ringis Jongin langsung menjauhkan tangannya dari kening Kyungso. "Minumlah obatmu hingga kau benar-benar pulih."

Kyungsoo tidak mengatakan apapun. Ia hanya menundukkan wajahnya, merasa malu dengan perhatian yang Jongin tunjukkan kali ini. Jantungnya berdebar tak terkendali dan semakin lama semakin cepat. Kyungsoo mengepal tangannya kuat-kuat. Oh apa yang ia rasakan?

Suara derap langkah cepat dengan diikuti beberapa teriakan dan makian yang terlontar membuat Kyungsoo tercekat dari duduknya. Ia langsung menatap Jongin yang juga menunjukkan wakah terkejut. Mereka berdua kompak berdiri dan menoleh ke belakang. Menemukan sepasang kekasih yang selalu menjadi bahan perdebatan mereka, kini benar-benar berdebat satu sama lain di hadapan mereka. Chanyeol dan Baekhyun.

Baekhyun menuruni anak tanggan dengan tergesa beserta air mata yang jatuh dari kedua matanya. Sedangkan Chanyeol berdiri di belakangnya, mencegah kepergian Baekhyun. Tunggu, bukannya Chanyeol pergi selama sebulan, tetapi kenapa dia telah pulang?

"Aku membencimu Chanyeol. Menjauhlah dari hadapanku!" teriak Baekhyun menepis kasar lengan Chanyeol yang mencoba menahannya.

"Baekhyun dengarkan penjelasanku dulu," ucapnya menunjukkan wajah memelas.

"Tidak, tidak ada lagi penjelasan apa pun."

Baekhyun langsung berlari menurui anak tangga. Berjalan mendekat pada letak keberadaan Kyungsoo dan Jongin yang tengah mematung kebingungan. Mereka berdua sontak menyingkir ketika tahu bahwa Baekhyun tidak mungkin berhenti dari langkahnya. Baekhyun berjalan seolah ia tidak mengetahui keberadaan Kyungsoo dan Jongin. Begitupun dengan Chanyeol yang dengan segera berjalan menyusulnya.

Kyungsoo hendak berteriak memanggil Baekhyun, namun ia tahu, itu sia-sia saja karena Baekhyun langsung berlari keluar meninggalkan gedung apartemen. Kyungsoo langsung menatap Jongin, bersamaan dengan tatapan Jongin yang tak mengerti apapun. Ia malah mengangkat bahunya acuh, seolah ia tidak peduli degan apa yang terjadi dengan sahabatnya.

Kyungsoo mendengus melihat sikap yang ditunjukkan Jongin, tidak memikirkan pria itu. Kyungsoo langsung berlari menuruni tangga untuk mengejar Baekhyun dan Chanyeol. Ia tidak mungkin membiarkan Baekhyun seperti itu. Lagipula ada masalah apalagi di antara mereka berdua?

Jongin yang masih mematung di anak tangga berdecak ketika menemukan Kyunsgoo ikut turun mengejar kepergian dua orang itu. Jongin mengacak pinggangnya tidak mengerti. Kenapa gadis itiu malah mengejarnya, dan tanpa paksaan apapun akhirnya Jongin ikut turun dan mengejar kepergian Baekhyun, Chanyeol dan Kyungsoo.

Ketika Jongin baru keluar dari gedung apartemennya, saat itulah ia menemukan Kyungsoo tengah berdiri seorang diri, memerhatikan Chanyeol dan Baekhyun yang kembali berdebat tak jauh di hadapan mereka. Jongin berdiri dengan alis bertautan melihat kemarahan Baekhyun. Dan menututnya itu terlalu berlebihan.

"Ternyata mereka benar, kau belum berubah, Chanyeol! Kau masih sama.. dan aku," ia menunjukan tawa mirisnya tanpa bisa berhenti menangis. "Aku terlalu bodoh untuk memercayaimu juga mencintaimu!" Teriak Baekhyun.

"Tidak, aku tidak seperti itu. Sungguh, aku mencintaimu!"

"Kau bohong! Kau menghindar dariku kan? Kau benar-benar berniat membiarkan aku kan? Dasar pria, oh.. tidak seharusnya aku memercayaimu."

"Aku tidak menghindar, aku pergi untuk-"

"Untuk? Untuk apa? Bermain-main dengan wanita lain huh? Bahkan kau tidak menghubungiku sama sekali. Sudah sangat jelas bahwa kau berniat melupakanmu!"

"Aku tidak berniat melupakanmu!" teriak Chanyeol kesal.

Kyungsoo yang masih menatap pertengkran atara Baekhyun dan Chanyeol hanya bisa tertegun tidak tahu harus mengatakan apa. Sepasang kekasih itu terlihat sangat kacau dan semakin buruk saja ketika Baekhyun melontarkan beberapa cacian yang selama ini belum pernah Kyungsoo dengar. Ia ingin menolong tapi ia tidak tahu harus melakukan apa. Hingga ia ingat, hanya satu akar permasalahan yang sebenarnya terjadi kepada Chanyeol dan Baekhyun. Chanyeol tak menghubungi Baekhyun, dan Baekhyun menganggap Chanyeol tidak peduli lagi kepadanya. Kesalah pahaman.

Kyungsoo langsung menoleh ke arah Jongin yang berdiri di sisinya. Pria itu bersikap dingin seolah yang dilihatnya saat ini bukanlah hal penting. Kyungsoo menatik-narik lengan baju Jongin membuat pria itu menoleh kepadanya.

"Katakan sesuatu," ucap Kyungsoo namun Jongin malah melemparkan tatapan tak mengerti kepadanya. "Katakan bahwa semua ini kesalahpahaman saja." Mohonnya lagi.

"Apa-apa yang harus kujelaskan dari kesalahpahaman ini?" tanya Jongin dingin. Kim Jongin yang angkuh dan tak berperasaan telah kembali lagi.

"Jongin, kumohon," entah kenapa ia menjadi memelas seperti ini, dan bukannya luluh Jongin malah tertawa sinis dan memutar bola matanya. Membuat Kyungsoo tercenung melihat reaksi yang di tunjukkan Jongin.

"Itu bukan urusan kita, itu urusan mereka berdua. Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri," jawab Jongin dengan datar.

Kyungsoo hendak berkomentar namun ia kalah cepat dengan cengkraman tangan Jongin pada pergelangan tangannya. Menarik tubuhnya untuk pergi meninggalkan tempat itu dan kembali memasuki gedung apartemen. Kyungsoo mencoba memberontak tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Tenaganya ikut menghilang bersamaan ketika melihat wajah Baekhyun-sahabatnya kini terlihat pucat dan menangis terisak di sana. Seharusnya Kyungsoo di sana, memeluknya, menenangkannya. Ia hanya terdiam ketika melihat Baekhyun mulai berlari menjauh lalu memasuki sebuah taksi yang berada di bahu jalan. Chanyeol sendiri masih mengejarnya, entah Baekhyun akan terkejar.

Seketika Kyungsoo menunduk memikirkan semua yang terjadi. Ia hanya diam ketika ia melihat Jongin menarik semua kantung belanjaanya dalam satu genggaman. Tanpa melepaskan genggaman tangan lain pada pergelangan tangan Kyungsoo. Jongin membawanya menaiki anak tangga, letak keberadaan gedung apartemennya. Dia diam dan tidak mengatakan apapun.

Kyungsoo tidak ada urusannya dengan masalah ini, tetapi jika itu menyangkut sahabatnya pasti Kyungsoo akan turun tangan. Matanya mengekor memerhatikan lengan Jongin lalu semakin naik melihat bahu pria itu. Semua ini terjadi karena Jongin. Andai saja pria itu menyampikan bahwa Chanyeol mengubunginya, andai saja Jongin mengatakan kepada Baekhyun dan menenangkannya. Mungkin semuanya tidak akan menjadi seburuk ini.

Tiba-tiba saja kemarahannya muncul. Sesaat setelah ia baru sampai di koridor lantai menuju apartemennya. Dengan cepat Kyungsoo menepis genggaman tangan Jongin darinya. Ia marah dan menatap tajam Jongin yang kini berbalik dan menatapnya bingung.

"Kau, pria menyebalkan," desis Kyungsoo.

"Apa?"

"Kau yang telah menghancurkan hubungan mereka, kau menyakiti Baekhyunku. Kau menghancurkan semua kebahagiannya."

"Apa? Apa yang kau katakan? Aku?" tanyanya bingung.

"Sejak awal kau memang tidak menyukai Baekhyun kan? Kau memang membencinya dan tidak ingin melihat Baekhyun bahagia bersama Chanyeol. Kau tidak mengatalan bahwa Chanyeol menghubungimu karena kau memang berniat sejak awal untuk menghancurkan hubungan mereka."

Jongin hanya terdiam mendapati tatapan kemarahan yang diberikan Kyungsoo kepadanya. Ia menghela napas tidak percaya. Bisa-bisanya Kyungsoo mengatakan hal seperti itu kepadanya.

"Apa maksudmu?"

"Kau masih tidak mengerti juga?" sinis Kyungsoo. "Kau memang bukan orang baik," Kyungsoo langsung berjalan menabrak bahu Jongin begitu saja. Ia bahkan melupakan belanjaannya sendiri yang telah Jongin jatuhkan di atas lantai. Ia lebih memilih meninggalkan Jongin daripada terus berlama-lama berhadapan dengan pria itu.

Kyungsoo langsung membuka pintu apartemennya untuk masuk, ketika saat itu ia juga menemukan Jongin ikut memasuki kamarnya begitu saja. Itu memunculkan kemarahannya dan Kyungsoo langsung berteriak di hadapan pria itu.

"Keluar dari kamarku!" teriak Kyungsoo marah.

"Apa? Kau marah hanya karena mereka? Untuk apa, itu hubungan mereka dan tidak ada sama sekali urusannya denganku. Aku hanya melaukan hal yang terbaik bagi hubungan mereka. Dan aku yakin setelah semua kejadian ini, mereka akan bahagia dengan kehidupan masing-masing."

Kyungsoo membelalak mendengarkan komentar Jongin yang begitu sangat kasar terhadap Baekhyun dan Chanyeol. Apa pria itu tidak menyadari bahwa sikapnya telah menyakiti sahabatnya juga yaitu Chanyeol. Sahabat macam apa dia ini? Tidak mendukung kebahagiaan sahabatnya dan malah merusaknya. Kyungsoo mendegus lalu menatap tajam Jongin

"Kehidupan masing-maisng katamu? Jadi kau memang mengharapkan mereka berdua berpisah. Aku tidak menyangka bahwa Chanyeol meiliki sahabat seperti dirimu. Menusuk temanya sendiri dari belakang."

Rahang Jongin mengeras. Kini Jongin ikut terpancing oleh ucapan yang dilontarkan Kyungsoo. Ia berjalan mendekat dan menatapnya lekat-lekat, Namun Kyungsoo tidak gentar sama sekali. Ia membalas tatapan Jongin. Tak kalah tajam dari pria itu.

"Kau egois Jongin! Benar-benar egois. Kau hanya memikirkan perasaanmu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain. Kau adalah pria paling buruk yang pernah aku kenal. Kau menyebalkan dan selamanya akan tetap menjadi menyebalkan!" lanjut Kyungsoo mencercanya.

"Diam!" teriak Jongin marah. "Memangnya apa yang kau mengerti tentang mereka?" Lagi. Jongin bertanya dengan pertanyaan yang tidak bisa Kyungsoo temukan jawabannya. "Jangan pernah ikut campur urusan mereka berdua!"

"Tentu saja aku harus ikut campur karena ini berurusan dengan Baekhyun, sahabatku."

"Kenapa kau begitu memperdulikan mereka?" tanya Jongin mengerang.

"Apa pedulimu?!"

"Karena aku menyukaimu!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro