Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Stick With You part 5

Aku pasti salah dengar, kan?

Kalau hanya berhubungan intim sekali mana mungkin langsung hamil. Oke, tahan sandal kalian. Jangan melemparku dulu. Hubungan antara dua manusia berbeda jenis tentu saja bisa menyebabkan kehamilan. Tapi dalam kasusku ini langka. Bukan baru kali ini saja aku melakukannya, lalu kenapa wanita ini subur sekali? Baiklah, kali ini aku pantas dilempar sepatu karena sudah kelewatan. Tapi apa kalian tidak menyadari ada yang aneh? Dalam drama atau telenovela, biasanya ini berakhir dengan kejahatan, dan bagaimana jika bayi yang ada di dalam kandungannya bukan anakku?

"Aku bisa pastikan ini anakmu. Aku tidak pernah berhubungan seperti itu sebelumnya... dan sesudahnya."

Celaka! Wanita ini bisa membaca pikiranku.

Aku berdehem untuk mencairkan suasana. Lidahku terasa kelu, aku takut salah bicara. "Sandra, apa kau yakin kalau kau sedang hamil. Maksudku, apa sudah periksa ke dokter?"

Mata bulatnya mengerjap, "Kau pikir aku berbohong? Aku memang hanya menggunakan tespack dan belum sempat ke dokter."

Aku langsung menghela napas lega. Dia atau testpack sialan itu bisa saja salah, kan?

"Tapi testpack itu menunjukan dua garis yang berarti aku positif hamil," tambahnya lagi.

Aku terdiam sesaat. Kepalaku semakin berdenyut dengan keras. Aku tidak menyangka tujuan kedatangannya ingin memberitahu kabar – entah bahagia atau sebaliknya – untukku. Namun, aku tidak bisa lari dari tanggung jawab begitu saja.

"Jika kau memang benar hamil, bagaimana aku bisa tahu kalau itu... benar anakku?" Pertanyaan ini layak dihadiahi pukulan. Namun bukankah aku harus memastikannya?

Wanita itu tertawa miris kemudian menatapku. Ada bulir air mata di sudut matanya. "Aku sudah tahu kau akan berkata ini. Dan bodohnya... aku tetap datang."

Aku menggelengkan kepala, berusaha memotong kata-katanya. "Dengar dulu, kau muncul entah dari mana saat pesta waktu itu. Setelah malam itu, kau menghilang, dan sekarang datang dengan pengakuan yang... mengejutkan." Aku mendekat dan setengah berbisik, "Apa yang kau inginkan dariku? Uang?"

Tangan kanan Sandra melayang ke pipiku. Cukup keras, meskipun aku sudah pernah beberapa kali merasakan taparan, tetap saja rasanya mengejutkan. Dan, ya... sedikit menyakitkan.

"Aku datang bukan untuk meminta uangmu!" Suaranya terdengar bergetar. "Awalnya aku ingin kau bertanggung jawab. Namun setelah mendengar apa yang kau katakan, lebih baik anak ini tidak pernah tahu siapa ayahnya."

Sial! ini aku benar-benar kehabisan kata-kata. Berbagai pertanyaan muncul di pikiranku. Bagaimana jika itu memang anakku? Dan apa yang akan dilakukan wanita ini jika aku tidak mau bertanggung jawab?

Suara ketukan pintu membuat kami menoleh. Kepala Ina muncul di pintu.

"Nathan ada di sini, Pak."

Penyelamatku datang.

"Suruh dia masuk." Ina mengangguk dan menutup pintunya kembali.

Aku mengalihkan pandanganku kembali pada Sandra. Wanita itu terlihat jelas masih diliputi emosi. "Sandra, dengarkan aku. Aku ingin kau pergi ke dokter untuk memeriksa kandunganmu. Apa perlu kutemani?"

Dia menggeleng.

"Dan jika kau benar-benar hamil, bisa kupastikan aku akan bertanggung jawab. Aku akan menyiapkan semua yang kamu butuhkan. Kau dan anakmu tidak akan kekurangan satu apa pun. Apa kau mengerti?"

Dia menatapku tajam. "Bagaimana jika aku tidak mau menerima apa pun dan hanya menginginkan pernikahan?"

Bila saat ini aku sedang minum, bisa kupastikan aku akan menyemburkan minumanku ke wajahnya karena saking terkejutnya. Wanita ini pasti becanda. Bukan tanggung jawab semacam itu yang aku maksud.

"Sandra, pernikahan itu bukan hal yang harus kita bicarakan saat ini. Aku-"

"Aku mengerti," potongnya. "Permisi." Kemudian wanita itu langsung keluar dari ruanganku tanpa melihatku lagi.

Tidak berapa lama kemudian, Nathan masuk sambil mengernyitkan kening. "Siapa? Lo kenal?" tanyanya penasaran.

Aku mengangguk. Dalam hitungan ke sepuluh sepertinya kepalaku akan meledak. Kenapa nasibku sial sekali? Ketika berlibur, aku mendapatkan berita kehamilan Anindita, wanita yang kucintai setengah mati yang akhirnya berakhir menikah dengan saudara kandungku sendiri. Begitu pulang, aku malah mendapat berita kehamilan, tapi dari wanita yang hanya kukenal sebatas nama.

Yang benar saja!

"Lo kacau banget." Nathan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kondisiku.

Aku hanya melirik Nathan sekilas, kemudian berjalan menuju meja kerja dan menghubungi Ina.

"Na, tolong suruh Chris mencari informasi tentang wanita tadi. Namanya Sandra Alexandria."

Chris juga salah satu orang kepercayaanku, selain Nathan. Dia rajanya dalam mencari segala informasi. Chris bisa mengetahui apa pun yang ingin diketahui semudah menjentikkan jari, meskipun info tentang orang itu sangat minim. Caranya? Mana aku tahu. Jika aku tahu, aku tidak akan mempekerjakannya.

"Sandra? Cewek tadi Sandra, kan?" Suara Nathan memecah lamunanku.

"Hmm." Aku bahkan tidak berniat menjawabnya.

"Ada hubungan apa lo sama dia? Gue sebut namanya kemarin di telepon, lo langsung pulang. Dan sekarang, habis ketemu dia, lo seperti baru tertimpa truk beton. Siapa dia?"

Untuk ukuran laki-laki, rasa penasaran Nathan memang bisa diadu dengan ibu-ibu komplek.

"Siapa tahu gue bisa bantu masalah lo."

Atau malah mengacaukannya.

"Al?"

Aku mendecak kesal. "Dia hamil anak gue!"

Nathan melongo, ekspresi wajahnya terlihat sangat kaget. Dia saja begitu terkejut, apalagi aku.

***

Chris hanya perlu beberapa jam untuk mengakses informasi itu, tapi kemarin aku terlalu lelah untuk menerima teleponnya. Aku baru menerima kabar itu begitu aku tiba di kantor pagi ini.

"Sandra Alexandria, 27 tahun. Saat ini bekerja sebagai guru Taman Kanak-Kanak. Ayahnya seorang pemabuk dan tukang judi, meninggalkannya saat dia berumur lima tahun, dan tidak tahu keberadaannya sampai saat ini. Dia mempunyai kakak laki-laki bernama Joshua Alexander. Like father, like son, ia juga seorang berandalan. Sementara ibunya, mencari nafkah sehari-hari dengan menjahit pakaian. Namun saat ini ibunya sedang terbaring di rumah sakit."

Oke, lama-lama aku bisa mati muda karena serangan jantung. Tunggu, jadi selain wanita-wanita di dalam telenovela, masih ada wanita yang kehidupan nyatanya begitu menyedihkan. Dari semua fakta yang diungkapkan Chris, tidak ada yang menyenangkan. Kecuali fakta bahwa dia adalah seorang guru TK.

Ck ... tak seharusnya anak-anak kecil itu punya guru secantik dia.

Aku kembali fokus kepada Chris yang terhubung di telepon. "Oke, di rumah sakit mana ibunya dirawat? Dan nama taman kanak-kanak tempat dia mengajar?"

Chris memberikan info yang kubutuhkan, kemudian aku memutuskan sambungan telepon setelah mengucapkan terima kasih padanya.

Kita lihat hal apa yang bisa kulakukan padanya. Biar bagaimanapun, bila aku terbukti menghamilinya, itu tandanya dia adalah calon ibu dari anakku kelak. Aku memang tidak terlalu memikirkan perasaannya, tapi kesejahteraannya adalah tanggung jawabku.

Aku mengambil kunci mobil dan berjalan keluar ruangan, "Na, aku pergi sebentar. Jika ada yang mencariku, suruh Nathan menanganinya." Ina mengangguk dan melambai padaku. Dan tentu saja, beberapa menit lagi aku akan mendengar suara Nathan di telepon sambil mencaci-maki karena sudah memberikan pekerjaan tambahan untuknya.

Mba Any, bagian ini dihapus aja nggak ya? Soalnya kalau mau mereka berdebat di awal, agak janggal kalau ada bagian ini. Gimana menurut mba?

Kalau diganti begini bagaimana mba? J

Oke kok ini, kak :D

l

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #romance