Chapter 54
Yn POV
Tok tok tok
Aku yang baru saja selesai mandi, bingung dengan ketukan pintu yang sedari terdengar. Aku segera menyelesaikan berganti baju ku dan segera mendekati pintu kamar.
Tok tok tok
Pintu kamar hotelku terus di ketuk oleh seseorang dari luar. Aku pun membuka pintu kamar, dan terkejut mendapati seseorang di depan pintu kamarku.
Aku tolah-toleh kesana-kemari, memastikan orang di hadapanku ini benar atau tidak.
"Zalfa? Tahu dari mana kamarku?"tanyaku
"Dari tante Haera"ucapnya
"Aku tidak dipersilahkan masuk?"tanyanya
Aku menimbang-nimbang sebentar, memperbolehkannya masuk atau tidak. Aku pun memberikannya jalan, untuk dia masuk ke dalam kamarku.
Dia berjalan masuk ke kamar, setelah melihatku memberikannya jalan
"Woah luas sekali kamarnya"ucapnya
Aku menutup kembali pintu kamar. Mengikuti langkahnya, yang menyusuri setiap sudut kamar hotel ini. Dia pun menuju balkon kamar.
Melihatnya berdiri di balkon, membuatku bersidekap dada dan menyandarkan tubuh pada pintu pembatas antara balkon dan kamar.
"Woah kamar ini, lebih bagus dari kamarku. Bahkan kamar ini, ada balkonnya juga"ucapnya
Aku hanya diam mendengar ucapannya. Karena memang, kamar ku ini merupakan kamar yang masuk ke dalam kelas mahal. Apalagi ini berada di lantai 8 dan memiliki fasilitas lengkap serta ada balkon yang menghadap ke arah taman hotel ini.
Dia tiba-tiba menatap ku dan aku terkejut dibuatnya. Aku langsung mengalihkan pandangan darinya dan aku berjalan duduk di kursi sofa.
Dia mengikuti ku dan duduk di sofa hadapanku. Matanya terus menatapku. Aku merasa tidak nyaman melihatnya.
"Wae? Kenapa menatap ku terus?"tanyaku
"Jangan bicara bahasa yang aku tidak mengerti, mba. Bahasa Indonesia saja"ucapnya
Ah iya, dia tidak mengerti bahasa Korea.
"Ada apa?"tanyaku
"Mba, deket ya sama member NCT?"
Aku mengernyitkan kening ku
"Mba ada hubungan apa sama Jaehyun? Kalian terlihat dekat sekali, seperti sudah mengenal lama. Bukan seperti fans dan idol"tanyanya
Ah jadi dia belum tahu ya?
"Mba menjalin hubungan dengan nya? Ko bisa? Kenal dari mana? Sejak kapan? Hebat sekali, bisa dekat dengan idol terkenal"
"Kalian beneran dekat?"
"Kalian tidak, melakukan hal yang aneh kan? Seperti di drama-drama atau cerita novel gitu?"
Dia terus memburuku dengan pertanyaan anehnya itu.
"Mba? Jangan rahasia-rahasiaan ya? Mba, tidak jadi stalker nya kan? Yang ingin mendapatkan perhatian atau dilihat olehnya"ucapnya
"Apa sih? Yongan aku tahu, karena dia member NCT"ucapku
"Bohong. Ada sesuatu yang mba sembunyiin. Mana ada, jika mba hanya tahu karena dia member idol tapi bisa dekat sekali seperti itu"ucapnya
Dia tiba-tiba memajukan wajahnya lebih dekat denganku dan tatapan yang menurutku menyebalkan "mba... Tidak mencoba merayu nya kan?"tanyanya
"Sok tahu. Jangan fitnah deh"ucapku
Ya emang, aku menyembunyikan kebenaran tentang Jaehyun yang merupakan kakak sambung ku.
"Mba?"ucapnya lagi
"Tidak perlu tahu, aku mengenalnya atau tidak dan dari mana. Langsung aja, ada apa kamu kesini?"tanyaku tidak ingin berlama-lama
"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi. Tapi aku masih penasaran. Sekarang aku langsung ke intinya saja. Mba benar-benar ya, tidak kasihan dengan om Mahesa"ucapnya
Aku mengernyitkan keningku, tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan itu.
Dia menghela nafasnya, seperti mengerti reaksi ku.
"Mba tidak ingin bertemu dengan om Mahesa. Padahal dia rindu sekali dengan mu. Dia rela jauh datang kesini, karena ingin bertemu denganmu. Dia bahagia, karena akhirnya kamu mau datang ke Indonesia walaupun bukan ke rumahnya..."ucapnya
Aku hanya diam mendengarnya, tak berniat membalasnya. Dia terus mengoceh, membicarakan Ayahku.
"Mba? Tujuan mba kesini kan, katanya ingin bertemu om Mahesa. Tapi kenapa, mba sekarang malah tidak ingin menemui nya?"tanyanya
Dia menatapku yang hanya diam
"Mba? Jawab dong"ucapnya lagi, karena aku tidak merespon ucapannya
Aku menatapnya dan dia menatapku, dengan tatapan penasarannya.
"Sudah bicaranya?"tanyaku
Dia menganggukkan kepalanya. Aku menghela nafas sejenak sebelum berbicara.
"Aku memang merindukan Ayah, sangat rindu. Tapi kau tahu? Semua rasa bahagia, seketika hilang ketika melihat kehadiran kalian"ucapku
Dia mengernyitkan keningnya tanda bingung "kenapa?"tanyanya
Aku tersenyum tipis "keluarga ku hancur, karena kalian yang mendukung Ayah menceraikan Eomma ku. Kau tahu itu?"tanyaku
Aku berusaha menahan air mata, yang sebentar lagi akan jatuh. Sebenarnya, aku tidak ingin membahas ini. Tapi sepertinya dia tidak tahu apa-apa, makanya terus saja bertanya alasan diriku tidak ingin bertemu Ayahku.
"Maksud mba?"tanyanya lagi
Aku tersenyum, kali ini senyum yang ku tampilkan sangat lebar dan ku paksakan.
"Hadirnya orang ke 3 dan perceraian orang tua ku di dukung oleh Mbah uti dan Mbah kung. Aku, aku jadi korban perceraian mereka. Kau tahu, bagaimana rasanya menjadi aku? Dunia ku hancur dalam sekejap. Semua yang aku impikan mempunyai keluarga yang utuh, hancur seketika. Kau tahu? Aku selalu iri, melihat kebersamaan orang lain dengan keluarganya yang lengkap"
"Dimana, dimana kalian saat kami membutuhkan kalian? Kalian tidak ada, disaat aku dan Eomma membutuhkan kalian. Eomma hanya diam, ketika melihat Ayah ketahuan berselingkuh. Kalian mendukung Ayahku, kalian pun diam. Hati Eomma ku hancur saat gugatan perceraian dia terima. Dia tidak tahu harus mengadu ke siapa, tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa lagi. Dia disini merantau ikut suaminya, jauh dari keluarganya demi cintanya. Tapi apa yang akhirnya dia dapatkan? Rasa sakit hati, setelah 17 tahun membina rumah tangga. Dia dicampakkan begitu saja"
"Kau ingat saat pertemuan kita di restoran hotel saat itu? Aku terkejut melihat kalian berada disana. Orang-orang yang paling aku benci"ucapku
Zalfa terdiam mendengarnya. Dia terlihat syok dengan apa yang aku katakan barusan. Melihat reaksinya, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada keluarga ku. Sepertinya, mereka menutupi semuanya dari dia. Cucu kesayangan keluarga Ayahku.
"Aku juga benci kamu"ucapku
Dia menatapku terkejut"kenapa mba?"tanyanya
"Karena kamu di sayang oleh mbah uti dan mbah kung. Aku cucu pertama, tapi tidak pernah merasakan kasih sayang mbah. Aku tersingkirkan. Selalu kamu, kamu dan kamu yang mereka puji. Dan mereka, tidak sekalipun memujiku. Aku juga di salahkan, ketika kamu menangis karena kenakalan mu sendiri"ucapku lagi
"Maaf. Maafin aku mba, aku tidak tahu"ucapnya dengan menangis
Sebenarnya, dia tidak salah. Yang salah adalah para orang tua. Mereka yang membuatku membencinya dan ketika masalah keluarga ku terjadi, rasa benci ku kian bertambah kepada mereka.
"Aku memang rindu Ayah. Ketika aku sakit di Korea dan koma berhari-hari, disaat aku membuka mataku Ayah yang aku cari. Aku merindukan sosoknya. Aku sakit, karena ulah istrinya. Dia tidak menyukaiku, karena Ayah yang memperhatikanku dan akan menceraikannya. Aku memaafkan Ayah, karena dia tidak bersalah. Aku memaafkan kesalahannya atas luka yang dia berikan kepadaku dan eomma. Karena aku sangat menyayanginya"
"Tapi ketika melihat kehadiran kalian, rasa benci itu muncul kembali. Aku benci kenapa Ayah membawa kalian turut serta dalam pertemuan kami. Itu kenapa, aku tidak ingin menemuinya"ucapku
"Jika kehadiran kami membuat mba sakit hati, aku akan mengatakan kepada Mbah uti dan Mbah kung untuk segera pulang. Agar mba, bisa bertemu dengan Om Mahesa tanpa rasa kebencian karena adanya kami. Aku minta maaf, atas nama mereka mba"ucapnya
Aku menatapnya. Dia berbicara dengan sungguh-sungguh, dari nada bicara. Aku bisa merasakannya.
"Aku benci kalian karena ada alasannya. Sulit untuk memaafkan, orang yang sudah menorehkan luka. Tapi anehnya, aku tidak bisa membenci Ayah"ucapku
"Mba, Zalfa minta maaf jika aku menjadi salah satu orang yang mba benci karena sikap mereka. Zalfa minta maaf, karena semua kasih sayang mbah uti dan mbah kung sudah zalfa rebut tanpa aku sadari. Tapi mba, tolong jangan benci aku"ucapnya
Aku menitikkan air mata ku. Aku membencinya karena kasih sayang yang dia dapatkan dari mbah, lebih besar dariku. Tapi aku berusaha mengikhlaskannya, karena kami sudah dewasa dan itu sudah jauh di masa lalu.
Aku menggenggam tangannya, dia terkejut dengan menatapku. Aku tersenyum
"Aku yang minta maaf, karena rasa iri itu membuatku membenci kamu. Aku sekarang sudah ikhlas, karena itu sudah menjadi masa lalu. Meskipun memang, nyata adanya jika aku memang pernah membenci kamu"ucapku
"Mba, tolong maafkan mbah uti dan mbah kung juga. Maafkan juga semua orang, yang dulu menyakiti mba dan ibunya mba. Aku tahu, perbuatan mereka salah karena mendukung hal yang tidak benar. Tapi lihat sekarang, ibunya mba dan mba sudah bahagia dengan keluarga baru kalian. Mba sudah bisa membuka lembaran kehidupan baru. Zalfa mohon, tolong maafkan mereka ya?"ucapnya memohon
Apa aku harus memaafkan mereka, yang sudah mendukung perceraian kedua orang tua ku? Mereka yang diam, seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi pada Ayahku. Rasanya berat. Tapi jika aku masih hidup dalam bayangan masa lalu, aku tidak akan pernah bisa bahagia meskipun di depan ku sudah ada kebahagiaan yang jelas dengan keluarga baruku.
Mungkin ini saatnya, untuk aku tinggalkan semuanya disini hari ini. Semua rasa sakit yang pernah aku dan eomma rasakan. Semua rasa kebencian yang pernah aku rasakan. Akan aku tinggalkan hari ini. Aku sadar, hidup dengan menyimpan kebencian itu tidak bisa bahagia. Dan Ayah pun, sudah sadar dengan perbuatannya yang salah.
Akan aku jadikan semua yang terjadi di masa lalu, adalah sebuah pembelajaran dalam hidupku. Agar kelak ketika aku menjadi orang tua, aku tidak menjadi seperti mereka yang mendukung sesuatu yang salah. Dan tidak akan pilih kasih, dalam memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga.
Aku tersenyum "hm aku akan mencoba memaafkan semuanya. Ayah sudah sadar dengan perbuatannya, Eomma sudah bahagia mendapatkan pengganti Ayah. Dan aku, tidak boleh merasa iri dengan apa yang tidak bisa aku dapatkan. Karena semuanya, pasti ada porsinya masing-masing. Dan kamu Zalfa, aku yang minta maaf karena sempat membenci kamu karena rasa iri ku"ucapku
Zalfa memelukku erat "terima kasih mba. Mba tidak salah, itu wajar bagimu"ucapnya
Aku tersenyum dan membalas pelukannya. Andai dulu aku tidak merasa iri akan perbedaan kasih sayang yang ku terima, aku dan dia mungkin akan sangat dekat sebagai sepupu hingga sekarang.
Dia melepaskan pelukan dan menatapku.
"Mau bertemu om Mahesa? Kebetulan, dia sedang bersama mbah uti dan mbah kung, juga orang tua ku"ucapnya
Aku menganggukkan kepalaku, mengiyakan ajakannya. Hari ini, aku akan berdamai dengan semuanya.
Aku segera mengambil tas dan ponselku, kami segera keluar dari kamar dan segera menuju tempat yang Zalfa maksudkan.
Saat sampai di tempat, aku bisa melihat Ayah sedang berbincang dengan kedua orang tuanya dan kakaknya.
Kami mendekati nya dan aku langsung memeluk Ayah dari belakang.
"Aku rindu Ayah"bisikku
Ayah terkejut dengan aku yang tiba-tiba memeluknya. Dia berdiri dan langsung memeluk ku.
"Ayah juga merindukanmu, putriku"ucapnya
Aku membalas pelukannya. Aku hirup aroma mint dan tembakau khas yang menguar dari tubuhnya, akibat dia yang merupakan perokok aktif. Aku rindu aroma mint nya ini. Aku mengeratkan pelukan ku.
"Maafin aku Ayah"ucapku berbisik
"Apa salah kamu? Kamu tidak memiliki salah apapun"ucapnya
Aku menitikkan air mataku. Dia melepaskan pelukannya dan menatap ku. Menghapus air mata yang terus mengalir.
"Hey. Putri Ayah yang cantik, tidak boleh menangis. Nanti cantiknya luntur"ucapnya
Aku tersenyum mendengarnya. Dia menarik tanganku untuk duduk di kursi, disebelahnya. Aku pun mengikuti kemauannya dan duduk disebelahnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro