Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TIGA BELAS

🏵️ Happy Reading 🏵️
.
.

Pagi-pagi sekali dokter muda bermarga Son itu sudah sibuk dengan peralatan kerjanya. Melepas jarum infus yang sudah melekat semalaman di punggung tangan anak bermarga Lee itu. Anak yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah Minhyuk. Wajahnya berseri-seri begitu jarum terlepas dari tangannya.

"Gomawo, euisa-nim," ujarnya penuh semangat.

"Nee. Kau harus banyak istirahat agar cepat pulih. Jangan terlalu banyak bergerak dan berakhir dengan kelelahan. Kau selalu mimisan jika terlalu lelah. Dan juga jangan lupa minum obatmu. Mengerti?" ujar dokter itu panjang lebar.

Minhyuk memutar bola matanya malas. "Baiklah dokter yang tampan. Padahal aku menyukaimu, tapi kau sama cerewetnya seperti Wonho Hyung. Sedikit menyebalkan," gerutunya sembari memainkan selimut di tubuhnya.

Sang dokter tertawa kecil mendengar kalimat yang meluncur dari bibir Minhyuk. Tak sadarkah anak itu jika dirinya adalah orang yang paling banyak bicara di rumah ini? Lucu sekali.

"Baiklah aku pergi dulu. Kau bisa langsung menelponku jika ada keluhan maka aku akan datang saat itu juga. Dan jangan sungkan untuk memanggilku Hyung, karena aku hanya terpaut satu tahun dengan kakakmu," tukas dokter tersebut sebelum meninggalkan kamar Minhyuk.

Minhyuk memandang kepergian dokter itu dengan raut masam. Ia sedikit kesal karena dokter itu terlalu banyak memberikan aturan padanya.

"Tapi dia tampan sekali, lebih tampan dari Donghae Hyung. Aku ingin jadi setampan dia," ulasnya entah pada siapa.

Sekarang suasana menjadi benar-benar sunyi saat dokter muda itu pergi. Minhyuk akan kesepian sepanjang hari karena Changkyun yang menjadi satu-satunya teman sebaya di rumah ini berada di sekolah. Akan menjadi sangat membosankan jika ia terus berada di dalam kamar.

Minhyuk bergerak menuruni ranjangnya dan berjalan ke arah meja belajar. Mengambil seperangkat alat tulis dan buku sketsa. Dengan semangat dan senyum cerahnya anak itu keluar dari kamarnya menuju tempat favoritnya di area rumah megah ini.

***

Angin sepoi-sepoi langsung menyapa kulit Minhyuk yang tak tertutup oleh pakaian. Sejuk sekali suasana pagi ini. Di bawah pohon rindang anak itu membentangkan sebuah tikar kecil untuk tempatnya duduk. Sementara tubuhnya duduk di atas tikar ia menyandarkan tubuhnya pada batang pohon yang ada.

Tangannya mulai bergerak lincah di atas buku sketsa yang dipengangnya, sebatang pensil ia jadikan senjata untuk menggores sebuah garis hingga berubah menjadi bentuk yang diinginkan.

Menggambar seperti ini sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Hanya bermodal buku sketsa berukuran sedang dan sebuah pensil hitam, Minhyuk akan menuangkan apa yang ada di pikirannya ke dalam sebuah karya. Ia juga mengikuti klub lukis di sekolah, meski tidak terlalu aktif, tapi Minhyuk selalu menjadi salah satu kandidat jika ada kompetisi melukis antar sekolah.

Sejauh ini hobi melukis maupun menggambarnya tak pernah dipermasalahkan karena keluarga Yoo selalu mendukung apa saja hobi dirinya selama itu positif, dan Minhyuk bersyukur atas itu. Namun, itu menjadi sulit akhir-akhir ini karena sekarang ia tinggal bersama Donghae. Ia harus ekstra hati-hati agar sang kakak tidak memergokinya sedang menggambar, karena jika itu terjadi maka Donghae akan mengomelinya habis-habisan.

"Eoh!"

Anak itu terdiam sesaat saat mendapati pensil di genggamannya terjatuh begitu saja. Padahal tadi ia menggenggamnya erat, tapi mengapa bisa terjatuh? Angin? Mungkinkah?

"Aigoo. Ceroboh sekali aku," gerutunya pada diri sendiri.

Ia memungut pensil yang tergeletak tepat di samping tubuhnya kemudian melanjutkan aktivitas yang semula terhenti karena melamun.

"Minhyuk-ah! Aigoo ... aku nyaris pingsan karena mencarimu. Apa yang kau lakukan di sini?" Ara berjalan cepat mendekati Minhyuk dari arah timur dengan raut khawatirnya.

Seakan tak mendengar teriakan Ara, Minhyuk terus berkutat dengan pensil dan buku di genggamannya. Senyum cerah anak itu terkembang saat hasil karya yang dikerjakannya rampung.

"Sempurna," ucapnya memuji buah karyanya sendiri.

"Astaga anak ini. Apa tidak tahu jika banyak orang menghawatirkannya?" tanya Ara saat sampai di dekat Minhyuk.

Menoleh pada Ara. Minhyuk berucap, "Maafkan aku, Noona. Aku terlalu bosan jika dokter Son, maksudku Hyunwoo Hyung yang tampan itu terus menyuruhku untuk beristirahat," sesalnya kemudian.

"Aku paham maksudmu. Tapi jangan meninggalkan kamar begitu saja tanpa sepengetahuan orang lain. Kau masih belum sehat betul, semua orang akan khawatir jika tak mendapati dirimu di dalam kamar," tukas Ara sembari membantu anak itu mengemasi barang-barangnya.

Mereka akhirnya meninggalkan area danau usai Minhyuk menceritakan perihal Donghae yang datang ke kamarnya semalam. Raut bahagia terpatri jelas di wajah anak itu selama cerita berlangsung. Ara sendiri senang bisa melihat senyum Minhyuk merekah lagi setelah seharian murung. Sosok Donghae benar-benar membawa efek besar bagi emosi anak ini.

***


"Kemarilah, Hyung. Kamarnya ada di atas, aku akan mengantarmu." Adalah Changkyun yang tengah berucap pada Kihyun. Mereka baru saja memasuki mansion lengkap dengan seragam sekolahnya.

Kihyun hanya mengangguk menanggapi ucapan Changkyun. Yang menjadi fokusnya saat ini adalah Minhyuk seorang. Kemarin malam anak itu menelponnya dan mengatakan jika ia tak masuk sekolah karena alasan sakit. Begitu dipaksa untuk bercerita tentang apa yang terjadi, anak itu malah mengatakan 'tidak' dengan suara bergetar. Bohong jika Kihyun tidak khawatir, karena ia paham betul bagaimana pribadi Minhyuk. Jika sampai ketakutan seperti semalam, itu berarti hal buruk sudah menimpa anak itu.

"Ini adalah kamar Minhyuk Hyung dan yang di sebelah adalah kamarku. Kau masuk saja, pintunya mungkin tidak dikunci karena Dokter Son ada di dalam," tukas Changkyun sementara dirinya menuju kamar miliknya.

"Nee, gomawo."

Tanpa mengulur waktu, Kihyun bergerak memasuki kamar di hadapannya. Ruangan bernuansa biru laut adalah hal pertama yang dilihatnya. Beberapa gambar berupa paus melekat di sisi dinding yang membuat suasana laut makin terasa. Entah hanya kebetulan atau memang kamar ini didesain ulang, tapi Kihyun yakin jika suasana kamar seperti ini benar-benar sesuai dengan kesukaan Minhyuk.

"Yoo Kihyun! Akhirnya kau datang!" Minhyuk yang semula memainkan buku sketsa di tangannya kini bersorak kegirangan saat mendapati sepupu kesayangannya berdiri di ambang pintu.

"Eoh ... hai," sapa Kihyun canggung saat mendapati sang dokter yang semula fokus dengan catatan di tangan kini menatapnya.

Dokter muda itu hanya mengangguk kecil kemudian kembali fokus pada bukunya. Nampak mengernyit sejenak lantas menatap Minhyuk.

"Minhyuk-ah. Kurasa cukup sampai di sini aku memeriksamu. Besok pagi aku akan kembali lagi ke sini. Jangan lupa minum obatmu dan banyak istirahat," pesan dokter itu sembari mengemasi barang-barangnya.

Minhyuk memutar kedua bola matanya dengan malas. "Tenanglah, Hyung. Aku tidak akan lupa, jadi jangan mengingatkan berulang kali."

Terkekeh pelan. Hyunwoo berucap, "Karena aku adalah dokter. Jadi kesehatan pasien adalah prioritasku."

"Satu lagi pesanku, banyak-banyaklah melukis atau menggambar. Latih terus kemampuan tanganmu. Kurasa gambarmu masih memiliki banyak kekurangan. Selamat sore," lanjut Dokter Son ketika sampai ke ambang pintu.

"Ah, Hyung ... cepatlah pulang. Tidak ada hubungannya tanganku dan kemampuan menggambarku. Kau saja yang tidak bisa menilai seni," protes Minhyuk namun terlambat karena dokter Son sudah meninggalkan kamar.

Memilih untuk tidak memperpanjang perkara, Minhyuk mengalihkan fokusnya pada Kihyun yang sedari tadi menatapnya.

"Kihyun-ah! Kemarilah. Ada yang ingin kutunjukkan padamu."

Kihyun yang pada dasarnya sudah hafal dengan perangaian Minhyuk hanya bisa menurut dengan apa yang anak itu katakan.

"Apa yang harus kutambahkan di sini? Sepertinya ada yang kurang di gambar ini," keluhnya meratapi goresan pensil di atas buku sketsanya.

Kihyun mengambil buku sketsa di tangan Minhyuk kemudian menatapnya beberapa saat.

"Kau kurang menggambarkan awan. Kupikir akan lebih indah jika kau menambahkan beberapa gores untuk membentuk awan," tukas Kihyun.

Sebenarnya dia tidak tahu tentang keindahan seni, tapi Minhyuk selalu meminta pendapatnya jika ia merasa ada yang kurang dalam karyanya. Toh, Minhyuk selalu menerima sarannya.

"Jadi Tuan Muda, apa yang membuatmu sakit sampai tidak masuk sekolah?"

Membaringkan diri di samping Minhyuk, Kihyun melontarkan sebuah pertanyaan. Ia tahu jika pertanyaan itu tak seharusnya ia ungkap lagi karena akan mengusik ketenangan Minhyuk, terbukti dengan gerakan anak itu meletakkan buku sketsa ke atas nakas.

"Jangan menanyakan itu lagi padaku, sangat menakutkan untuk diingat," keluh Minhyuk dengan raut berubah tak tenang sembari memainkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

Kihyun menghela napas. "Aku tahu, tapi jika hal ini menyangkut keselamatanmu maka kau harus menceritakannya. Aku tahu dari apa yang Changkyun bilang jika seseorang mencoba untuk mencelakaimu. Ini bisa jadi adalah masalah serius dan kau adalah targetnya. Jadi kau seharusnya menceritakan apa yang terjadi pada Hyung-mu itu, agar dia mengambil langkah," tuturnya penuh kehati-hatian. Untuk menghadapi tipikal seperti Minhyuk memang dibutuhkan kesabaran ekstra, bukan paksaan.

"Baiklah, baiklah. Aku akan bercerita pada Wonho Hyung nanti. Lagi pula aku tidak terluka banyak, jadi jangan terlalu khawatir," balas anak itu dengan senyum terkembang.

Plak!

"Aw ...."

Kihyun melayangkan pukulan keras ke bagian belakang kepala Minhyuk, gerakan refleks yang biasa ia lakukan jika terlampau kesal pada sepupunya ini.

"Bodoh! Kau tidak terluka parah karena Changkyun dan Wonho Hyung datang tepat waktu. Bagaimana jika tidak? Mungkin saat ini aku akan menaruh seikat bunga di nisanmu," tutur Kihyun yang dihadiahi lemparan bantal oleh sang lawan bicara.

"Jadi kau mendoakanku agar tidak selamat?" sergah Minhyuk dengan raut kesal.

"Ya! Ya! Ya! Aku tidak mendoakan, hanya berandai-andai. Maafkan aku, Tuan Muda," balas Kihyun tak mau kalah.

Begitulah keduanya jika bertemu, pertengkaran kecil pasti terjadi. Namun, tak pernah sampai menimbulkan dendam, karena Kihyun akan lebih banyak mengalah jika di akhir pertengkaran Minhyuk merajuk. Dan kini Kihyun merindukan masa itu, karena sudah tiga bulan mereka tidak lagi tinggal satu rumah.

"Hyung! Ayo turun. Kita makan malam bersama."

Tanpa salam atau sapa, kepala Changkyun muncul dari balik pintu kamar Minhyuk. Anak itu sudah mengganti pakaiannya dengan kaos T-shirt berwarna merah dan celana jeans selutut.

Menatap jam digital di nakas, Minhyuk baru sadar jika ini sudah memasuki waktu makan malam. Pantas saja dokter Son tadi terlihat buru-buru menyelesaikan pekerjaannya.

"Kihyun-ah, bagaimana jika kau makan malam dan menginap saja di sini? Dan besok kita berangkat bersama, karena besok aku sudah boleh beraktivitas seperti biasa," ujar Minhyuk pada Kihyun yang sedang memakai tas ke punggungnya.

"Memang itu yang kurencanakan, aku hanya ingin menaruh tasku di sini," balas Kihyun kemudian meletakkan tas yang dibawanya ke atas sofa dalam ruangan tersebut.

"Yak! Kau menyebalkan." Minhyuk nyaris melempar bantal ke arah sepupunya itu, namun urung karena malas.

"Kajja! Aku sudah lapar. Dan kapan lagi aku bisa makan di rumah mewah," ujar Kihyun dengan wajah berseri yang dibuat-buat.

"Berhenti mengejekku!"

'Oh, indahnya menggoda sepupuku ini,' batin Kihyun riang.


Aku kembali dengan hati yang semakin ambyar :(

Astagaaaa.. nggak habis pikir lagi. Kenapa banyak banget hal buruk menimpa uri monek akhir2 ini 😭😭

Aku sedih sesedih2nya. Tapi aku sendiri sadar, nggak guna kalo cuma terlarut terus dalam kesedihan itu nggak ada gunanya. Toh member lain juga berusaha tegar atas semua yang menimpa. Dibanding kita, rasa sakit yang mereka terima pasti 2/3/4/5 kali lipat dari apa yang kita rasa.

Jadi, teruntuk diri aku sendiri. Aku bilang, "Kamu harus kuat. Karena mereka juga kuat. Ambil sisi positif dan buang bagian negatifnya."

Dan maaf, mungkin untuk up kedepannya nggak akan panjang2 lagi seperti chap sebelumnya.

Sekian ♥️

And happy Hyungwon day 🥳🥳 /anggep aja udh tanggal 15, kan ngikut waktu koriyah :v/

[#MONSTA_X]
200115 #몬스타엑스 #형원
HAPPY BIRTHDAY #HYUNGWON ❤️

#HBDtoHYUNGWON
#온_세상이_형원이로_덮인_날

Salam

VhaVictory and porumtal
(14-01-2019)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro