Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SATU

Welcome to new story😄😄

.

.

.

.

.

.

.

Brakk! Brakk! Brakk!

Itu suara pintu kamarku yang digedor dengan tidak manusiawi oleh sesuatu yang sayangnya dia adalah manusia.

Hei, ayolah ini masih terlalu pagi. Bahkan baru sekitar tiga jam yang lalu aku bisa benar-benar tidur, sungguh para guru memang sangat tak kenal ampun dalam memberi tugas. Tunggu, apa aku membicarakan tugas sekolah? Oh, sepertinya tidak. Semalam sebenarnya tujuh puluh lima persen waktu belajarku untuk menyelesaikan membaca novel yang kupinjam dari perpustakaan sekolah, sisanya kugunakan untuk sekedar membaca materi untuk pelajaran besok. Namun, lupakan, yang jelas aku masih mengantuk sekarang.

"Yak! Yoo Kihyun! Apa kau mati?"

Ingin kujawab, iya. Namun, kuurungkan ketika teringat bahwa ucapan adalah doa, enak saja aku masih terlalu muda untuk mati.

Brakk! Brakk! Brakk!

Ugh ... Sialan! Baiklah aku menyerah. Dia tak akan berhenti mendobrak pintu kamarku sampai aku benar-benar terbangun. Dan dengan langkah terseret aku mendekati pintu dan menarik kenopnya hingga pintu itu terbuka.

"Yak! Kau mau memukulku juga, eoh?!" bentakku saat ia nyaris mendaratkan tangannya di wajahku tepat setelah pintu terbuka. Fyiuh, untung aku bisa menghindar.

Oh, sial! Dia malah tersenyum lebar menampakan gigi putihnya yang ku akui rapi. Jika aku perempuan, aku pasti akan mengatakan jika dia tampan.

"Hehe, maaf. Ku kira pintu," katanya tanpa dosa.

Pintu kepalamu! Huh, Menyebalkan!

"Aku sudah bangun jadi pergilah dan urusi dirimu sendiri!"

"Baiklah, baiklah. Aku hanya membantu bibi untuk membangunkan hamster yang sedang hibernasi. Okay, kutunggu di bawah, see you!" ucapnya lagi sebelum berlalu memasuki kamarnya yang sebenarnya hanya terletak di sebelah kamarku. Ia sempat mengusap puncak kepalaku sebelum pergi.

"Yak!"

Aku berdecak sebal sebelum berbalik memasuki kamarku. Jika sudah seperti ini aku tak akan bisa kembali tertidur, maka aku putuskan untuk mandi saja dan segera bersiap-siap untuk sekolah. Ada baiknya juga berangkat sekolah di saat masih pagi, karena aku jadi bisa menghirup udara yang belum tercemar oleh asap kendaraan.

Oh, dan soal tadi. Tolong jangan berprasangka buruk tentangku dulu. Aku tidak seperti yang kalian pikirkan. Setiap hari kami memang seperti itu. Dia selalu mendobrak pintu kamarku dan aku selalu ketus padanya. Akan tetapi, sungguh aku tidak bermaksud untuk melukai perasaannya, hanya kesal saja dan aku tak bisa mengontrol ucapanku saat sedang kesal. Jadi dia sudah terbiasa dengan itu. Tenang saja.

Dan, hampir lupa, perkenalkan aku Yoo Kihyun dan bocah cerewet tadi adalah Lee Minhyuk, dia saudara sepupuku. Dan aku menyayanginya, sangat. Dia tinggal bersama keluargaku sudah sekitar sepuluh atau sebelas tahun mungkin, aku saja sampai lupa. Bahkan aku sampai tidak sadar jika dia bukan saudara serahimku.

.

.

Aku menuruni tangga dengan semangat. Mengapa semangat? Padahal aku tadi jelas-jelas malas dan memarahi sepupuku. Jawabannya adalah karena hari ini ada jadwal olahraga dan itu basket. Omong-omong itu olahraga favoritku.

Hei! Aku memang pendek, tapi jangan kalian meremehkan aku, karena aku adalah kapten basket di sekolahku sekarang. Dan sekolah kami sering memenangkan pertandingan di setiap event yang ada. Tentu saja karena mereka memiliki kapten cerdas sepertiku. Oke, lupakan aku tidak mau kalian berfikir bahwa aku sombong.

"Selamat pagi ...."

Lihat, dia sudah duduk manis di meja makan dan menyambutku dengan senyum secerah mentari. Oh, hari yang cerah sepertinya.

Aku tersenyum. "Pagi," sahutku.

Ah, sangat menenangkan melihatnya tersenyum seperti itu. Percayalah kau akan ikut tersenyum juga saat melihatnya tersenyum. Jika tidak, itu urusanmu.

"Eoh, Kihyun-ah! Kemari dan segera makan sarapanmu, Eomma sudah memasak sarapan untukmu."

Aku segera mendudukan diri di kursi samping Minhyuk. Eomma sedang sibuk bolak-balik dari dapur ke meja makan untuk menghidangkan sarapan untuk kami. Kulihat Appa juga terfokus dengan koran yang di bacanya. Dan si Lee Minhyuk sedang mencuri-curi untuk menyuapi mulutnya dengan telur gulung di hadapannya. Hei! Lihat dia bisa mengurangi jatahku.

Aku menatap sengit ke arahnya agar menghentikan aktivitas itu dan menunggu untuk makan bersama, tetapi bukan Minhyuk namanya jika menurut. Dia malah mengambil potongan yang besar dan melahapnya di hadapanku dengan ekspresi menjengkelkan.

"Eomma! Lihat dia memakannya lagi!" aduku pada Eomma saat ia menaruh dua kotak wadah bekal dan mulai mengisinya.

"Sudah, sekarang makan sarapan kalian dan segera berangkat," Eomma seolah tak mendegarku dan tetap fokus menata bekal untuk kami.

Minhyuk terkekeh penuh kemenangan dengan mulut dipenuhi telur gulung di dalamnya. Benar-benar tidak tahu diri. Ups! Maaf.

Baiklah jika sudah begini, aku lebih baik mengalah dan melahap sarapanku daripada dihabiskan olehnya.

Tak perlu waktu lama untuk kita menghabiskan sarapan. Aku segera berdiri dan meraih tasku kemudian memasukan bekal yang tadi dibuat oleh Eomma ke dalamnya. Minhyuk juga demikian. Dan kami berpamitan pada Eomma dan Appa untuk berangkat sekolah.

▪▪▪

Lalu, di sinilah kami, menyusuri jalanan yang sudah mulai ramai dengan aktivitas manusia di pagi hari. Masih agak pagi sehingga udaranya cukup sehat untuk dihirup.

Kulirik pemuda yang berjalan di sampingku. Dia sedang tersenyum dan langkahnya terlihat ringan dan bersemangat menikmati perjalanan kita ke sekolah. Bisa kudengar ia bersenandung kecil yang entah lagu apa yang dinyanyikannya yang jelas lagu yang riang.

Melihatnya seperti itu membuatku ikut semangat padahal tugas sekolahku menumpuk dan sama sekali belum kukerjakan. Hehe ... ingat aku tidak belajar semalam.

"Kihyun-ah! Bagaimana jika kita pergi ke kedai ramyeon sepulang sekolah nanti?"

Aku menoleh ke arahnya. "Apa? Ramyeon?"

"Eum."

"Tidak boleh!" tolakku tegas.

"Kenapa? Udaranya cukup dingin, kupikir semangkuk ramyeon enak. Ayolah," pintanya terkesan memaksa.

Aku menggeleng keras.

"Yak! Apa kau lupa sudah seminggu ini kita makan ramyeon setiap pulang sekolah. Jangan sok kuat. Bagaimana jika Eomma tahu? Aku yang akan dimarahi!"

Mendengar penolakan keras dariku dia mengerucutkan bibirnya dan menatapku kesal.

"Tidak apa-apa. Aku akan pergi sendiri jika kau tidak mau menemaniku, dan lagi, apa kau pikir aku lemah, huh?" sungutnya kemudian berlalu mendahuluiku dengan langkah dihentak-hentakan.

Ya Tuhan! Seharusnya aku yang memarahinya tapi mengapa sekarang dia yang marah padaku.

"Hei! Lee Minhyuk mengapa kau marah padaku?! Ish ...."

Aku berlari kecil berusaha menyamakan langkahku dengannya yang sudah beberapa meter di depanku.

Dia itu sering membuatku kesal dengan tingkah kekanakannya, tapi aku tak pernah merasa benci dengan sikapnya itu. Bahkan aku berharap dia terus bersikap seperti itu, karena hidupku jadi terasa lebih berwarna jika dia mengusikku. Aku suka melihatnya tersenyum, seolah anak itu tak pernah memiliki beban dalam hidupnya.

Aku harap ia akan selalu begitu di manapun dan kapanpun. Namun terkadang harapan tak sesuai kenyataan kan?

•••

Seperti yang kukatakan, hal itu terjadi saat kami baru saja menapakkan kaki di halaman sekolah. Minhyuk yang ceria akan berubah 180° jika sudah sampai di depan pintu gerbang tempat kita menuntut ilmu.

Bocah itu lantas melunturkan senyumnya dan yang semula berjalan di depanku dengan angkuh di depanku, kini menundukkan kepalanya dan mensejajarkan langkah denganku. Aku menghela nafas dengan kasar.

"Angkat kepalamu Lee Minhyuk," perintahku lantas menarik lengannya mendekat padaku dan mengalungkan lenganku di bahunya.

Ia hanya menatapku lalu terkekeh pelan dan kembali menunduk. Hah ... memang  sulit untuk membujuknya untuk terbuka jika sudah di area sekolah.

Kami melanjutkan langkah menuju kelas yang berada di lantai dua gedung utama. Seperti hari biasa, akan banyak penghuni sekolah yang berbisik-bisik tak sedap tentang kami, atau lebih tepatnya pada sepupuku.

"Aku heran kenapa Kihyun mau berteman dengan orang tak berguna sepertinya?"

"Cih! Tentu saja mau, dia kan sepupunya. Kihyun pasti merasa tidak enak hati padanya, jika bukan sudah pasti dia akan seperti kita," sahut siswa yang lain.

"Menjijikan."

"Heol! Kuharap si Lee Minhyuk itu tak ada dan aku bisa mendekati Kihyun."

"Dia itu benar-benar tidak tahu malu ya? Bagaimana dia bisa hidup dengan aib yang melekat padanya?"

"Mungkin si bodoh itu mewarisi sifat tak tahu malu ibunya, yang merebut suami sahabat sendiri demi harta.”

"Bahkan kudengar, ayahnya juga meninggal karena dirinya."

Aku mengepalkan genggaman tanganku erat-erat. Ingin aku berbalik dan melayangkan tinju pada mereka, tak peduli ia perempuan atau bukan. Aku benci setiap kali mereka mengucapkan hal buruk tentang sepupuku.

"Ish ... sungguh, manusia-manusia menjijikkan ini," aku membalik tubuhku dan hendak menghampiri mereka. Namun, sebuah tangan mencekal lenganku.

"Kihyun-ah, tolong, jangan lakukan itu," pinta pemuda yang tak lain adalah Minhyuk.

Aku menghembuskan nafasku dengan kasar dan menatap geram padanya.

"Kumohon, jangan berkelahi hanya karena hal sepele seperti ini. Paman tak akan menyukainya," tuturnya yang membuatku segera tersadar.

Ayah memang sering dipanggil ke sekolah karena ulahku. Dan sebagian besar karena aku membela Minhyuk. Dia pasti akan murka jika itu terjadi lagi, mengingat seminggu yang lalu aku baru saja menyelesaikan hukumanku.

Aku memandang sendu pada Minhyuk. Mengapa orang seceria dan sebaik ini harus menghadapi hidup yang rumit?

■■■



Aigoo aigoo

Manis-manis pahit kan??😂😂😂
Itulah hidup /sotoy kan/

Seperti yang kalian lihat, cerita ini bertokoh utama seorang Lee Minhyuk yang sebelumnya kalian benci di work sebelah. Dan dalam cerita ini, apa kalian yakin masih bisa benci sama abang😂😂😂

Ya kawan2 inilah cerita yang saya janjikan, dan semoga tidak mengecewakan kalian semuanya😊😊

Nggak banyak bicara dulu, aku mau liat gimana respon kalian buat cerita ini

Dan untuk cast, besok2 lah aku kasih chap tersendiri :)

So please VOMMENT juseyoo

Salam

VhaVictory  bekerja sama dengan porumtal

(27-06-2019)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro