Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

EMPAT

⭐⭐⭐

Membolos bukanlah kebiasaan Lee Minhyuk, tetapi sepertinya keadaan sedang memaksa pria manis itu melakukannya. Penampilannya yang cukup menyedihkan membuat Minhyuk memutuskan kembali lebih awal ke rumah.

Beruntung, saat ia kembali ke kelas, Kihyun belum tiba dan jam istirahat masih tersisa beberapa menit. Para siswa masih berkeliaran di kantin, jadi ia dapat pergi tanpa ada yang memergoki. Setelah bersusah payah menghindari penjaga sekolah dan memanjat pagar belakang gedung olahraga yang tingginya dua meter, akhirnya dia berhasil sampai ke rumahnya dengan selamat.

Di mansion, Wonho yang awalnya bersiap ke kantor setelah mengambilkan berkas-berkas Donghae pun dibuat terkejut akan kepulangan Minhyuk.

"Minhyuk-ah, kau kenapa? Apa yang terjadi padamu?"

Cemas? Sudah pasti. Bagaimana Wonho tak cemas saat melihat sosok Minhyuk yang terlihat begitu kacau. Pakaian Minhyuk nampak berantakan, juga lebam di wajahnya sudah cukup menjadi alasan untuk Wonho mencemaskan adik dari atasannya itu.

"Aku tak apa, Hyung." Mencoba mengurangi cemas yang Wonho rasakan, Minhyuk menjawab sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa?" balas Wonho dengan mata membulat. "Begini kau bilang tidak apa-apa?" tambahnya lagi yang justru membuat Minhyuk semakin melebarkan senyum di wajahnya.

Ya, anggap saja Minhyuk bodoh karena masih sempat tersenyum di kondisi yang sedang ia alami. Tapi mau mengeluh juga apa bagusnya? Sakit di badannya juga takkan berkurang, bukan? meski dia meraung-raung sekuat tenaga.

"Hyung, daripada kau bertanya apa yang terjadi padaku, tak bisakah kau mengobatiku saja?" tanya Minhyuk pada lelaki kekar tersebut.

"Baiklah, ayo ikut aku." Dia meletakkan berkasnya kembali ke tempat dan meraih lengan Minhyuk. Beruntung, meeting masih di mulai satu jam lagi.

Kedua pria berbeda usia itu baru akan memasuki ruang tengah, ketika mendengar suara langkah kaki dari belakang tubuh mereka.

"Selamat siang." Seorang gadis berparas cantik menyapa Wonho dan tentunya Minhyuk.

"Oh, Nona Go Ara, selamat siang," balas Wonho sambil membungkuk sopan.

Minhyuk yang melihat tingkah Wonho ikut membungkuk sopan, meski dia sendiri tak tahu siapa sosok yang baru saja tiba di hadapannya itu.

"Eoh, apa ini Lee Minhyuk?" tanya Ara seraya mendekat pada remaja SMA itu.

"Eh? Ada apa dengan wajahmu?" tanyanya kemudian setelah melihat lebam di wajah Minhyuk.

"Itu ... aku, ini ...." tak mengerti harus menjelaskan darimana, Minhyuk berujar tak jelas pada Ara.

"Kau bertengkar?" tebak Ara

"Ti-tidak, kok." Dengan cepat Minhyuk membantah.

"Lalu?"

Tangan Minhyuk menggaruk pelipisnya yang tak gatal, sambil mengarahkan pandangannya kesana kemari. Ia ingin mengarang cerita seperti yang sering ia lakukan kepada Kihyun, tetapi tatapan mata Ara seolah membuat bocah manis itu kehilangan kosa katanya.

"Sudahlah, kalau kau tak mau menceritakannya, sebaiknya kita obati lukamu dulu, yaa?" tutur Ara dengan senyum terkembang.

Ara pun menarik tubuh Minhyuk bersamanya dan beranjak menuju ruang tengah, sementara sosok Wonho berlalu kearah lain untuk mengambil kotak obat. Tak lama asisten Donghae itu sudah kembali ke ruang tengah dengan membawa kotak P3K di tangannya.

"Nona, ini," ujarnya menyerahkan kotak tersebut pada Ara.

Tak banyak berujar, Ara menyuruh Minhyuk duduk dan meraih kotak tersebut dan mulai mengobati luka di wajah Minhyuk.

"Kau pulang dengan apa tadi?" tanya Ara coba membangun komunikasi dengan Minhyuk.

"Dengan bus," jawab Minhyuk sedikit meringis karena rasa sakit di pipinya.

"Lalu bagaimana dengan Changkyun? Kudengar dari Donghae, kau pergi ke sekolah dengannya pagi tadi?" tanyanya lagi.

Mendengar nama Changkyun disebut Minhyuk spontan bangkit dari duduknya, membuat Ara terlonjak kaget. Bahkan bukan hanya Ara, Wonho yang sejak tadi berdiri tenang disana juga ikut merasakan keterkejutan yang sama dengan kekasih atasannya tersebut.

"Bagaiamana ini? Aku melupakan Changkyun! Bagaimana kalau dia mencariku? Atau kalau dia menungguku, sedangkan aku sudah berada di rumah? Aku bahkan tak memiliki nomor ponselnya untuk mengatakan di mana keberadaanku. Aigoo, terkutuklah kau Lee Minhyuk yang sudah mengabaikan teman barumu."

Ara melongo heran mendengar semua ocehan yang Minhyuk lontarkan. Beberapa sekon bahkan gadis itu hanya bisa diam, hingga akhirnya tawa pelan terurai dari bibir Ara. Melihat Ara yang tertawa, Minhyuk pun melayangkan tatapan bertanya pada gadis berparas ayu tersebut.

"Kau ternyata cerewet, ya?" ujar Ara diakhir tawanya.

"Sangat jauh berbeda dengan Donghae," imbuh Ara lagi sambil bangkit dari duduknya.

"Begitukah?" balas Minhyuk sedikit tergugup.

"Hmm," Ara mengangguk pelan sambil mengusap pelan rambut berantakan Minhyuk.

"Dan kurasa aku mencintaimu lebih daripada pria minim ekspresi itu," tukas Ara lagi disertai kekehan pelan.

Kata-kata Ara membuat Minhyuk berpikir tentang hubungan gadis yang ada di hadapannya dengan sang kakak. Sejak pertama bertemu bahkan dia belum memperkenalkan diri pada gadis itu, tapi Ara bahkan berujar seolah sudah sangat mengenal Minhyuk.

"Aku kekasih kakakmu, kalau kau penasaran padaku." Seolah mengerti pergelutan batin Minhyuk, Ara berujar tanpa ditanya.

"Oh ... kenapa Noona tahu aku ingin bertanya begitu?" balas Minhyuk kaget.

"Aku hanya membaca pancaran matamu," jawab Ara sekenanya.

Minhyuk mundur beberapa langkah guna memberi jarak antara dirinya dan Ara.

"Apa semudah itu membaca mataku?" tanyanya kemudian.

"Tidak juga." Lagi Ara terkekeh geli melihat sikap Minhyuk.

"Tapi kurasa aku sedikit bisa membaca itu, sebab tatapan matamu itu sangat jujur," lajutnya kembali megusap puncak kepala anak itu.

"Aaaah ... kurasa aku harus melatih menatap seseorang mulai sekarang. Agar tak banyak orang yang bisa membaca pikiranku melalui mata. Mataku bukan buku." Setengah berbisik Minhyuk berujar yang sayangnya masih mampu ditangkap telinga Ara.

"Ya ampun, Lee Minhyuk, kau benar-benar menyenangkan," puji Ara sambil tersenyum tulus ke arah Minhyuk.

Minhyuk bergidik ngeri. "Tidak, tidak. Ini tidak boleh terjadi ...."

Ara saling bertukar pandangan dengan Wonho, apa yang salah?

"Noona, kau tidak boleh mencintaiku. Ingatlah, Donghae Hyung adalah kekasihmu. Dan aku tidak mau merebut kekasih kakakku sendiri," ujar Minhyuk dengan ekspresi seriusnya.

"Apa?" Ara dibuat ternganga dengan ucapan bocah itu.

Tak lama setelahnya, terdengar tawa riuh yang memenuhi ruang tengah. Tawa itu berasal dari Wonho dan Ara yang benar-benar terhibur dengan kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Minhyuk. Polos sekali anak ini.

"A-apa yang lucu?" tanyanya bingung.

Berusaha menghentikan tawa, Ara berujar. "Tidak ada, aku hanya senang punya calon adik ipar sepertimu," ucapnya kemudian.

"Kemari dan duduklah, aku belum selesai mengobatimu." Perlahan ia menarik lengan Minhyuk agar bocah itu kembali duduk.

Kegiatan yang tadinya tertunda, akhirnya terselesaikan. Ara merapikan kotak P3K di pangkuannya dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Saat hendak kembali mendekati Minhyuk, dirinya berpapasan dengan Wonho yang nampak terburu.

"Oppa ada apa? Kenapa terburu-buru?"

"Eoh, Nona. Aku harus segera ke kantor untuk mengantarkan berkas milik tuan. Bisakah kau menemani Minhyuk selama aku pergi ke kantor? Dia masih belum paham sepenuhnya dengan isi mansion dan juga belum kenal dengan pelayan di sini," pinta pria kekar itu.

Ara tersenyum senang, "tentu saja. Oppa, serahkan saja dia padaku, aku akan merawatnya dengan baik."

"Nee, terima kasih, Nona," ujar Wonho lantas membungkuk hormat.

Usai kepergian Wonho, suasana mansion kembali tenang. Minhyuk masih berada di ruang tengah dengan posisi tiduran di atas sofa dan beramain dengan ponselnya. Dia sibuk berbalas pesan dengan Kihyun yang marah-marah karena kepergiannya yang tanpa pamit. Beruntung sepupunya itu langsung percaya jika dia membolos karena sakit perut. Alasan yang klise memang, tapi Minhyuk tak peduli. Toh Kihyun percaya.

"Makanlah, kau pasti belum makan." Ara datang dengan membawa nampan berisi makanan yang ia ambil dari dapur dan atas bantuan salah satu maid.

Minhyuk meletakkan ponselnya ke atas meja dan dengan antusias mengangguk.

"Aku memang lapar sekali," sahutnya kemudian menyantap apa yang sudah dihidangkan oleh Ara.

Setelah acara makan singkat itu selesai, keduanya terlarut dalam percakapan-percakapan ringan. Minhyuk yang dasarnya mudah bergaul dapat segera akrab dengan Ara, seakan lupa bahwa mereka baru pertama kali bertemu. Minhyuk bercerita cukup banyak dan Ara dengan setia mendengarkan ocehan yang lebih muda itu. Dalam hatinya, Ara merasa senang mengenal sosok seperti Minhyuk yang nyatanya bisa membuat hatinya hangat hanya dengan melihat senyumnya saja. Beruntung sekali Donghae memiliki adik seperti Minhyuk.

▪▪▪

Matahari sudah terbenam beberapa saat lalu. Mansion sudah mulai ramai dengan beberapa pelayan yang berlalu-lalang menata makan malam di atas meja. Meski hanya ada tiga orang yang akan memakan makanan di atas meja tersebut, namun makanan yang dihidangkan sangat banyak jenisnya.

Di sisi lain, terdapat Minyuk yang tengah berbaring di atas ranjang yang sebenarnya milik Changkyun. Ya, karena dia sedang berada di dalam kamar Changkyun. Bosan karena setelah Ara pulang, tak ada yang menemaninya lagi selain Changkyun yang saat ini malah berkutat dengan buku di atas meja belajarnya.

"Changkyun-ah, apa yang kau baca sebenarnya? Kenapa sejak pulang tadi sampai sekarang kau terus diam di situ?" Basa-basi Minhyuk bertanya.

"Materi pelajaran hari ini dan untuk besok," sahut bocah itu tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Apa? Rajin sekali kau. Apa tidak lelah di sekolah belajar dan di rumah pun masih belajar?"

Changkyun menggeleng pelan. "Tidak, sudah biasa. Donghae Hyung juga menyewa guru pembimbing untuk mengajarku. Mungkin besok Hyung juga begitu."

"Iyakah? Aku tak suka belajar." Minhyuk berujar dengan bibir mengerucut.

"Aku suka," balas Changkyun yang dihadiahi lemparan bantal dari Minhyuk.

"Aigoo, hebatnya Changkyun kita ini," ujar remaja itu kemudian menghampiri Changkyun dan mengusap pucuk kepalanya.

Semburat merah muncul di kedua pipi bocah itu ketika Minhyuk selesai mengucapkan kalimatnya.

"Hyung, kau berlebihan," sanggah Changkyun sembari mendorong tubuh yang lebih tua menjauh.

Meski belum sepenuhnya mengenal satu sama lain tapi setidaknya Minhyuk sudah berhasil mengakrabkan diri dengan sosok yang kini berstatus sebagai adiknya. Dirinya suka ketika melihat bocah itu tersenyum karena akan muncul dua lesung pipit di kedua pipinya, terlihat begitu manis.

Tidak berhenti di situ saja, Minhyuk masih meneruskan aksinya hingga berakhir dengan keduanya yang bercanda dan saling melempar lelucon. Kamar yang awal sunyi mendadak riuh karena tawa keduanya. Setidaknya Changkyun dapat mengisi kekosongan hati Minhyuk karena sudah tak lagi serumah dengan Kihyun.

Cklek!

Pintu itu terbuka dan menampakkan sosok Donghae yang berdiri tegak di depan kamar tersebut. Ekspresi datar yang terpapar di wajah tampan itu membuat dua remaja yang semula tertawa seketika bungkam. Changkyun menunduk sembari memainkan ujung baju yang dikenakannya, sedangkan Minhyuk menatap canggung sang kakak dengan tangan kanan menggaruk tengkuknya.

"Minhyuk-ah, ikut aku." Dingin dan singkat, Donghae melenggang begitu saja setelah mengucapkan kalimat tersebut.

Minhyuk maupun Changkyun sempat bertukar pandangan sesaat. Dan setelahnya bocah itu berlalu meninggalkan Changkyun yang sebenarnya dilingkupi rasa was-was.

Aigoo... makin kesini makin gaje yaa?? Ceritanya juga jelek yaa?? Ato feelnya nggak ada sama sekali?

Jawab dongg😢

Ehehe... lebay amat akohh :v

Terserah lah yaa.. mau ada yg baca apa enggak, mau votement apa enggak.. aku gk urus, yang penting aku hepi2 ae bikin cerita ini 😉

Kalo seumpama kalian sudi mampir, baca tiap chap dan mendalami kemudian vote disertai komentar.. aku anggap suatu kehormatan dan penghargaan yg tak terhingga pokoknya 😄

Bonus pict

Ayem

Minhyuk *gpp poto lama tapi unch😗😗


Salam

VhaVictory and porumtal
(16-07-2019)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro