Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[+] Starstruck Syndrome's FanFiction part.9 + INFO SO HARI TERAKHIR

Malming is coming dan Special Order Starstruck Syndrome HARI INI TERAKHIR!

Ayo buruan diorder di TBO-TBO kesayangan gebetan dan mantan kamu!

Kalau udah order, kalian isi link itu supaya dapat bonus tambahan

Biar special pakai cap bibir original pertanda cintaku sama kalian *bahhhh

Oh, iya, more value karena aku TTD langsung di buku ya gais... aku nyelipin catatan nyleneh di setiap bukunya. Biar setiap bukunya istimewa :)

Nggak kalah istimewa, aku nyelipin Special Card yang LIMITED EDITION. isinya quote baper dari novel. Kartu ini bisa kalian kasih ke crush! Kalau crush nggak tergerak hatinya, SINGA bakal loncat dari kartu buat ngaumin crush kalian yang berhati batu itu bahaha..

#abaikan penampakan mata di belakang#

Boneka singa cute dipersembahkan buat GIVEAWAY kalian yang udah ikut SO!

Buat yang rajin SHARE di Sosmed tentang Starstruck Syndrome dan ngeracun temennya beli, kalian bisa tag cast supaya difolbek. Ada 9 orang cast dan akun official Starstruck Syndrome. Mayan kan nambah temen!

TUNGGU APALAGI! INI LIST TBO-nya

NAH! Sekarang waktunya fanfic Starstruck Syndrome. 

Hari ini aku bawa dua fanfiction buat kalian. Karya pertama punya Innesyah. Idenya diambil dari joke ya? Semoga yang baca nggak jadi cemberut karena batal diapelin #cieee

Fanfic kedua ditulis sama Vika. Buat nulis cerita ini, dia harus minjem laptop sama gurunya dengan janji nanti kalau udah meluk Starstruck Syndrome versi cetak, gurunya bakal dipinjemin. Hahaha

Oia, SS juga dibikinin puisi sama Tia Oktiva. Suaranya lembut banget. Jadi keinget Kejora yang asli saya.

Selamat membaca gais!

oOo

https://youtu.be/Er8AuOnhu3A

Poetry by Tia Oktiva

Youtube Tia Oktiva


oOo

[TRIGONOMETRI]

Penulis Innesyah

Instagram eepmario

Wattpad eepmario

"Kejora!" panggil Rigel yang duduk bersebelahan dengan Kejora di greenhouse sekolah.

Kejora membalas dengan gumaman.

"Seandainya kita berjodoh, dan kalau kita punya anak tiga orang, gue mau ngasih nama anak kita—,"

"—ish, Rigel!! Ngomong apaan sih. Belum juga selesai sekolah ngomongnya kejauhan," sela Kejora cepat. Sebelum wajah Kejora makin merona saat Rigel membicarakan hal konyol siang bolong begini.

Rigel yang awalnya bersemangat ingin memberitahu setelah belajar materi matematika, langsung berwajah masam.

"Tujuan lo ngomong itu awalnya apa sih!" dengkus Kejora. Dia langsung melupakan buku kimianya. Dibiarkan buku itu tergeletak di bangku taman di antara mereka berdua.

Rigel bersidekap dan membentuk gestur songong.

"Nggak mau ngasih tahu," giliran Rigel dalam mode songongnya.

Kejora mencubit lengan Rigel membuatnya mengaduh kesakitan.

"Iya-iya, makanya dengerin gue ngomong dulu. Biar gue nggak ngambek!" ceramah Rigel membuat Kejora menaikkan alisnya.

"Sejak kapan lo pernah ngambek? Yang ada lo tuh pemaksa!" koreksi Kejora cepat.

"Catatan tambahan, gue tuh nggak pemaksa, tapi nggak suka dikacangi," tambah Rigel hampir membuat ubun-ubun Kejora makin panas melihat tingkah Rigel yang tak mau kalah darinya.

"Yeee, itu sama aja kalii," dengus Kejora.

Rigel mengendikkan bahu dan melanjutkan bacaannya yang tertunda. Giliran Kejora yang diabaikan Rigel.

"Ish, Rigel!! Kasih tahu dulu!"

"Apalagi?"

"Soal cerita awal lo tadi itu," jawab Kejora yang terlanjur penasaran dengan pertanyaan Rigel.

"Soal apanya nih," goda Rigel.

Ah, seharusnya Kejora tak perlu kepo begini, ia jadi malu untuk mengatakannya.

Rigel terus memaksa, membuat Kejora mau tak mau mengulang obrolan 'soal nama anak' itu. Menurut Kejora, bahasan itu menggelikan.

"Soal anak-anak apa sih?" Rigel masih berpura-pura tidak paham.

"Y-ya udahlah, gue nggak kepo lagi," Kejora pasrah dari pada malu dan gugup membicarakan obrolan menggelikan itu. "Kayak yakin aja kalau berjodoh."

"Gue yakin dong! Setelah berhasil menjadi orang ketiga. Gue bakal jadi satu-satunya suami lo di masa depan," jelas Rigel membuat Kejora setengah geli dan malu bersamaan.

"Iya-iya, terserah lo lah."

"Jadi, gue mau ngasih nama anak kita, Sin, Cosinus sama Tangen," jawaban Rigel membuat Kejora yakin akan pingsan sebentar lagi. Jadi, selama mereka bersikeras karena masalah matematika!

"Aneh-aneh aja deh!" keheranan Kejora makin meningkat.

"Karena, kalau manggil mereka bertiga tinggal teriak, 'Trigonometri, kesini dulu!' Gampangkan?" jelas Rigel membuat rahang Kejora jatuh seketika.

Kejora memukul-mukul Rigel. Cowok itu membentuk perisai dengan kedua tangan, untuk menutupi tubuhnya dari pukulan buku kimia Kejora.

~oOo~


[ STARS OF LONGING ]

Fanfic by Vika

Instagram viikarf

Wattpad viikarf

Enam bulan terakhir, kehidupan Kejora berubah. Berubah dalam artian hidupnya tak lagi suntuk, membosankan, atau bahkan monoton seperti sebelumnya. Meskipun kehidupannya sebagai artis muda yang sedang naik daun masih terus berlanjut, namun setidaknya, ia merasa hidupnya beda, semenjak hadirnya Rigel. Si cowok ngegas yang selalu mendapat julukan singa.

Kejora tersenyum simpul saat mengingat bagaimana cara Rigel yang selalu mengimbuhkan kalimat pedas itu. Dan yang paling lucu dan tak habis pikir bagi Kejora adalah saat Rigel dengan bangga juga terang-terangan mengaku sebagai orang ketiga. Kekehan kecil keluar dari bibir tipis Kejora saat mengingat Rigel dengan ... ahh apa yah? Memaksa—mungkin lebih tepat—untuk menjadi kekasih.

Dan kehidupannya berwarna setelah itu, tidak lagi abu-abu.

"Senyum-senyum mulu." Celetuk Kalean yang sepertinya sedari tadi memperhatikan gelagat Kejora.

Kejora membuyarkan lamunannya, tersenyum simpul menanggapi ucapan Kalean. "Ah! Nggak kok bang."

Kini keduanya tengah beristirahat melepas penat juga lelah setelah syuting. Kalean manggut-manggut. "Gimana hubungan lo sama Rigel? Tante Vanya udah mulai luluh buat ngerestuin hubungan kalian?"

Kejora termenung, pertanyaan Lean sontak membuat lengkungan senyum dibibirnya memudar. "Hubungan gue sama Rigel baik-baik saja. Soal Mama, Mama masih keras, bahkan buat ketemu sama Rigel aja dibatasin. Satu minggu cuman boleh ketemu satu kali, dan itupun kalau gue free dari jadwal syuting."

Kejora menarik napas membuangnya kasar. "Sempat gue nolak dan menentang keputusan Mama. Tapi Mama malah balik ngancem, kalau gue nggak nurut sama keputusannya, Mama bakalan bikin gue nggak ketemu lagi sama Rigel. Dengan berat hati akhirnya gue ngalah dan nerima keputusan Mama."

Kalean tersenyum miris, merasa kasihan sekarang pada hidup Kejora. Kejora yang selalu dikekang, Kejora yang selalu dituntut tampil sempurna, Kejora yang selalu dan harus jaga image di setiap sesi wawancara. Kejora layaknya boneka yang dimainkan oleh Vanya, ibunya sendiri.

Lean mengubah posisi duduknya, menghadap Kejora. Melihat raut muka Kejora yang murung membuat Kalean berdesir tak nyaman. Bagaimanapun ia menyayangi Kejora sebagai adik.

"Minggu ini lo udah ketemu Rigel?" tanya Kalean memastikan. Pasalnya tidak ada waktu libur atau senggang dua minggu ini. Jadwal syuting yang tiba-tiba ditambah menguras waktu juga tenaga.

Kejora menggeleng lemah, Vanya selalu punya alasan agar anaknya tidak bertemu dengan Rigel. Hidup Kejora tentunya selalu diatur oleh Vanya, setiap apa-apa yang dikerjakan juga dilakukan Kejora tak lepas dari pengawasan Vanya. Vanya selalu memantaunya dari jauh maupun dekat. Pernah suatu waktu tak tanggung-tanggung Vanya mengerahkan dua bodyguard, khusus untuk mengawasi kencannya Rigel dan Kejora.

Katanya semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikan Kejora di masa depan. Tapi kebaikan apa yang ia maksud dengan terus mengekang Kejora dan membuat ruang gerak Kejora semakin terhimpit juga terjepit? Alasan Vanya tak lain adalah ia tak ingin karier anaknya harus hancur begitu saja karena kehadiran Rigel.

"Nahan rindu itu nggak enak, Jora. Jadi demi malam Minggu lo, gue berbaik hati buat nganterin lo ketemu Rigel malam ini. Gimana?" kata Kalean serius diiringi dengan senyum menenangkan.

Penawaran Kalean begitu menggiurkan. Hal itu membuat Kejora menyunggingkan senyum, sorot matanya berubah menjadi berbinar. Melihat itu, hati Kalean sedikit berdesir lega. Kejora tak menyangka jika Kalean akan berbaik hati menolongnya untuk bertemu Rigel malam ini. Ia senang, karena baginya terbebas dari sangkar emas adalah kebahagiaan yang susah dijabarkan oleh kata.

"Bang Lean yakin? Nggak ada imbalan atau apapun, kan?" ujar Kejora takut jika ucapan Kalean hanya main-main atau meminta imbalan.

Kalean menggeleng sekali, mengganguk tiga kali pertanda ucapannya bukan sekedar main-main. Ia serius dan tulus membantu Kejora. Ia tidak mengharapkan imbalan atau apapun. Yang dia inginkan hanya bisa melihat senyum cerah di wajah Kejora.

"Tapi gimana sama mamah?" Kejora menunduk. Sepertinya harapan untuk bertemu Rigel hanya angan-angan belaka.

"Jora, lo nggak usah khawatir. Soal tante Vanya biar gue yang tangani. Gue yang bakalan izin ngajak lo jalan, kalaupun ketahuan. Gue yang bakal tanggung jawab."

"Makasih, Bang!" ungkap Kejora. Perasaan senang meletup begitu saja di hati Kejora.

oOo

Kalean bersama Kejora menemui Vanya yang sedang duduk-duduk di lokasi syuting.

"Tante saya izin yah, buat bawa Kejora jalan-jalan. Mumpung malam Minggu juga." Ujar Kalean tersenyum.

Vanya diam, mengernyit kemudian. "Kejora pasti capek, dia juga harus istirahat. Besok kalian masih ada jadwal syuting, kan?"

Hati Kejora berdesir was-was, namun dengan kepiawaian Kalean yang jago akting, Vanya akhirnya luluh. "Kan kasihan juga Tan, masa malam Minggu jadi kelabu. Selain itu Kejora juga butuh refreshing buat besok syuting, biar semangat jalanin syutingnya. Gimana, Tan?"

"Iya udah Tante kasih izin. Tapi pulang jangan malam-malam ya. Kalau gitu Tante pulang duluan." Vanya tersenyum hangat kepada Kalean, Kalean pun membalas.

Dirasa sudah cukup jauh mobil yang dikendarai Vanya, tanpa mengulur waktu lagi, Kejora dan Kalean meluncur menuju kediaman Rigel. Mobil Kalean melesat pelan, sementara Kejora didalam mobil tak henti-hentinya menahan senyum. Malam ini bukan sekedar angan ia bertemu Rigel melainkan kenyataan.

oOo

"Udah Zinka! Ya elah! Lo baperan banget jadi cewek. Udah tinggalin aja cowok kaya gitu. Buang-buang waktu nungguin yang nggak pasti. Lagipun cowok bukan dia doang., Masih banyak cowok yang lebih baik," kata Rigel tapi matanya terfokus pada soal di buku paket.

Saat ini keduanya sedang berada di kamar Rigel, mengerjakan tugas yang diberikan oleh pak Nurdin. Awalnya Rigel menolak ketika Zinka mengusulkan untuk mengerjakan tugas di kamarnya, tapi karena Zinka memaksa, alhasil Rigel pun mengalah.

Keduanya tampak serius mengerjakan soal. Namun ketika sedang fokus mengerjakan, Zinka malah curhat. Dan akhirnya, sesi mengerjakan tugas berganti dengan sesi curhat Zinka. Rigel mau tak mau akhirnya mendengarkan curhatan Zinka.

"Tapi susah Rig, gue udah lama banget suka sama dia. Dan terus dengar kabar cowok itu pacaran. FYI, gue sakit hati." Zinka terisak.

"Baperan lo! Gitu doang nangis.

"Menurut lo gue harus ngapain, Rig?" tanya Zinka yang kini kepalanya sudah disandarkan dibahu Rigel.

Rigel ingin mendorong Zinka menjauh, tapi melihat mata Zinka yang berkaca-kaca, dia jadi tidak tega. Rigel mendengus kasar, masalah perempuan pasti tidak jauh-jauh dari cinta yang bertepuk sebelah tangan, diselingkuhin, memendam perasaan, dan yang paling sering terjadi adalah terjebak di zona nyaman pertemanan, dan bodohnya lagi mereka cemburu padahal jelas-jelas statusnya hanya sekedar ikatan persahabatan.

"Bikin tutorial video nangis di YouTube! Terus gue sebarin video lo yang lagi nangis lebay, kan viral tuh. Siapa tahu cowok itu lihat terus jadi peka sama perasaan lo buat dia."

"Rigel ih, serius!" rengek Zinka membuat Rigel terkekeh.

"Ya udah sih, lo yang sabar aja. Lambat laun penantian lo juga bakalan tercapai kaya gue, PD aja. Gue juga aman-aman aja pas ngebanggain diri jadi orang ketiga. Tapi semua itu sekarang sirna, kan? Rigel bukan lagi orang ketiga di antara Kejora-Kalean. Tapi orang pertama yang ada di hati Kejora." Rigel menyunggingkan senyum.

Zinka mendengus, "Dasar! Sekarang semenjak pacaran jadi bucin lo!"

"Mana ada?"

Zinka memutar bola mata, kepalanya masih ia sandarkan di bahu Rigel.

"Siapa deh cowok yang lo maksud?" tanya Rigel.

"Orang itu lo Rigel," batin Zinka. Tidak mungkin Zinka jujur terhadap perasaannya pada Rigel. Jika jujur, bisa-bisa Rigel malah menjaga jarak dan menjauh seperti sebelumnya. Zinka tak ingin itu terulang kembali.

"Maaf ganggu yah?" cicit Kejora. Kakinya perlahan mundur saat itu juga. Rasa sesak menyeruak tanpa permisi memenuhi dadanya. Kejora refleks menjatuhkan plastik hitam berisi camilan martabak dari tangannya.

Rigel tersentak saat mendengar dan mengetahui siapa yang datang ke kamarnya. Ia langsung menjauhkan bahunya dari kepala Zinka yang tengah bersandar, otomatis Zinka yang tidak siap dengan gerakan tiba-tiba Rigel tersungkur ke karpet. Terimakasih kepada karpet karena telah melindungi kepala Zinka.

Zinka mengaduh memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Melihat siapa yang datang membuat rasa nyeri di hati Zinka bersarang. Ia cukup tahu diri dan segera beranjak pergi.

"Jora?" sapanya sekedar basa-basi. Kejora menyahuti dengan senyuman.

"Ya udah Rigel, gue pulang yah. Gue udah selesai ngerjain tugasnya. Gue pulang dulu, Jora. " Zinka melambaikan tangan kepada Kejora dan Kejora membalasnya dengan senyuman lagi.

Rigel mengganguk tanpa bersuara. Tatap matanya masih fokus ke Kejora. Zinka kemudian berlalu, pamit undur diri. Kejora menatap punggung Zinka yang semakin menjauh, lalu kedua matanya malah bertubrukan dengan mata Rigel yang tengah menatapnya sedari tadi.

"Lo kok datang nggak bilang gue dulu? Terus lo kesini pake apa? Masuk kesini lewat mana?" tanya Rigel beruntun.

Kejora meremas tali slingbag-nya, ada rasa ketidaksukaan saat Rigel berdekatan dengan Zinka seperti tadi. Ini bukan perasaan cemburu, kan? Terlalu dini rasanya jika menyebut perasaan ini sebagai cemburu.

"Pake mobil. Lewat pintu depan. Kakak lo yang bukain tadi," kata Kejora.

Rigel menepuk jidatnya, lalu menarik Kejora menjauh dari kamar. Tarikan Rigel mampu membuat Kejora terhuyung, tapi untung saja Kejora tidak jatuh. Ternyata Rigel membawanya ke taman belakang.

"Kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau datang? Kan gue bisa jemput lo di lokasi syuting. Hape lo masih berfungsi kan buat chat atau telpon?" ujar Rigel setenang mungkin.

Kejora menggigit bibir bawahnya. Sial! Berhadapan dengan Rigel kenapa harus bikin gugup sih?! "Gue udah chat lo tapi nggak dibalas, di telpon tetap aja nggak diangkat. Padahal status WhatsApp nya online."

Rigel lupa jika ia memode heningkan handphonenya, ia menyesal sekarang.

"Jora, lihat gue kalau lagi ngomong. Jangan nunduk!"

Rigel mendaratkan tangannya di bahu Kejora, Kejora lalu mendongak mata mereka bertemu lagi.

"Apa ada?" tanya Rigel.

"Nggak ada." Gugup Kejora saat mata Rigel terus saja menatapnya.

"Yakin?"

Kejora akhirnya mengalah, mendesah pelan dan membuka suara. "Kayaknya selain aku. Cewek yang dekat sama kamu, Zinka juga termasuk yah?" kata Kejora kali ini, ia mengganti lo-gue menjadi aku-kamu.

"Zinka sahabat gue, Jora."

"Sampai harus sender-senderan gitu?"

"Lo cemburu?" desak Rigel.

Kejora mengalihkan tatapannya. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia ingin menangis tentu saja, jelas saja dia cemburu.

"Nggak. Nggak kok. Aku nggak cemburu!"

"Lo jangan salah paham, Jora. Zinka sahabat gue. Gue dekat sama dia udah lama. Gue juga udah nganggep dia bagian dari keluarga gue."

Tanpa Rigel sadari perkataannya tadi telah menyakiti hati Kejora. Rigel nyatanya masih sama, ucapannya masih frontal dan pedas. Kejora menatap langit dengan dagu terangkat. Satu kedipan saja mampu membuat air matanya merembas turun.

"Iya udah kalau gitu, aku pamit. Lagian kalian berdua lagi ngerjain tugas, kan? Maaf aku ganggu waktu kalian," ujar Kejora diiringi senyum.

"Haishh! Kan, tadi Zinkanya udah pamit pulang. Tugas punya lo gimana? Pasti belum kelar! Lo mau nggak naik kelas?" decak Rigel sebal.

Bukannya tersinggung Kejora malah tersenyum. "Kan, kamu sendiri yang pernah bilang, tanpa ngerjain tugas pun aku bakal tetap naik kelas."

Rigel menggaruk tengkuknya, Merasa bersalah atas ucapannya waktu itu. "Maaf soal itu." Kata Rigel menyesal, Kejora menggangguk.

Rigel menuntun Kejora duduk di bangku taman. Sempat hening, tapi akhirnya Kejora membuka suara.

"Rigel kamu tahu? Aku nggak nyangka, kalau ternyata aku malah suka sama kamu. Kamu yang galak kaya singa suka ngegas kalau ngomong, anehnya bisa buat aku merasa nggak sendiri di dunia ini." ujar Kejora tulus. Hal itu membuat Rigel tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Gue juga nggak nyangka bisa suka sama lo," ungkap Rigel membuat Kejora pun tersenyum.

"Tadinya aku marah pas ngeliat kamu sama Zinka tadi."

"Cemburu kan lo? Gengsian amat nggak mau ngaku!" cibir Rigel mengundang kekehan kecil dari Kejora.

"Kecewa juga iya, kalau boleh jujur."

Rigel menangkup pipi Kejora, "kenapa lo nggak ngomong kalau lo cemburu? Kan lo punya hak buat ngelarang gue."

"Kan, kamu sendiri yang bilang, kalau Zinka sahabat kamu, dan udah jadi bagian dari keluarga kamu. Jadi mana mungkin aku bisa ngelarang. Lagi pula aku nggak mau egois ngelarang-ngelarang kamu, karena diatur tuh nggak enak, Rig." Kejora lalu melepaskan tangan Rigel dan menggenggamnya. Bisa ia rasakan tangan Rigel yang gemetar.

"Tapi Rigel, terlepas dari semua itu, aku nggak tahu apa yang aku rasain tadi. Gundah, kecewa, cemburu, pengen marah, semua hilang begitu aja, pas ngeliat tatapan kamu yang justru buat aku jadi tenang." Kekeh Kejora mengudang tanya di kepala Rigel.

"Apa?!" sahut Rigel.

"Aku kangen sama kamu..." lanjut Kejora. Rigel tak bisa menyembunyikan rona merah dipipinya, Kejora membuatnya salah tingkah kini.

Sial! Nggak ada sejarahnya seorang Rigel salting depan cewek! Tapi kenapa Kejora malam ini manis banget sih?! Batin Rigel menjerit. "Gue juga kangen lo Jora," ungkap Rigel lalu mendekap Kejora hangat.

"Lo kesini sama siapa?" tanya Rigel lalu mengurai pelukan.

"Sama mobil.".

Rigel memutar bola mata. "Yang gue tanyain, lo kesini sama siapa? Bukan pake apa, bedain arti 'siapa' itu menunjukkan orang bukan benda."

"Oh... ." Kejora terkekeh tidak mencerna perkataan Rigel sebelumnya. "Sama Bang Lean."

"Kenapa harus sama dia sih?!" kata Rigel tak suka.

"Kamu cemburu, ya?" goda Kejora.

"Nggak cemburu, tapi nggak suka aja apa yang udah jadi milik gue dekat sama cowok lain. Kalau si Kalean suka sama lo gimana?" kata Rigel gusar.

"Bang Lean nggak akan suka sama aku, Rigel. Bang Lean anggap aku sebagai adik, dia juga yang ngajak aku buat ketemu kamu malam ini. Tanpa bantuan Bang Lean, mungkin malam ini aku nggak bakalan bisa ketemu kamu kaya sekarang."

"Oh!" balas Rigel tak bisa menahan senyum.

"Nggak usah cemburu lagi yah, kamu serem kalau kaya tadi."

Rigel lalu tersenyum, mengacak puncak kepala Kejora . Dirangkulnya kembali Kejora dalam dekapannya. Mengikis kerinduan. Ditemani malam yang penuh dengan gemerlap bintang. Keduanya melepas rasa yang selama ini dipendam, kerinduan yang mendalam.

oOo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro