[+] Starstruck Syndrome's FanFiction part. 5
Haloooo...
Nggak kerasa fanfic SS udah sampai 5 part. Huahhh kiriman kalian banyak banget luar biasa aku sampai nggak bisa berkata-kata.
Dalam sekali publish biasanya aku masukin 1 cerpen kalau ceritanya panjang banget, 2 cerpen kalau nggak terlalu panjang dan satu fanfic audiovisual di masing-masing part.
Kali ini aku bawa dua cerpen punya Adistia Cuan dan Hikari Syuja'. Cerpen Adistia ini pendek tapi manis. Bosan sama Rigel? Kalian bisa ngintip kisah lain tokoh SS dalam cerpennya. Sedangkan Hikari Syuja' provokatif banget tokohnya minta dihujat. Mana namanya.... (nggak jadi, tar sopiler)
Sedangkan trailernya sendiri dibuat sama Athifah Dihyan. Suaranya cakep, cute, dilatari sama instrumen minimalis yang mempertegas suasana trailer-nya. Keren nggak tuh! Love it, love it...
STARSTRUCK SYNDROME bakal mulai SPECIAL ORDER NOVEMBER. TABUNGAN AMAN?
Enjoy your satnite, ditemani Rigel dkk dan aku juga nulis cerita baru yang diunggah tiap malam minggu juga. Judulnya HELLOVE. Cari tahu di Wattpad / Instagram aku @ayawidjaja
Nggak lagi sendiri kan?
https://youtu.be/EeeHcKIdirQ
Trailer by Athifah Diyan C
Instagram athifahdihyan
Wattpad @athifahdihyan
~oOo~
[WHO IS SHE?]
"Kalean, tahan senyumnya. Satu, dua, ok...," ucap seorang photografer pada seorang pemuda berwajah oriental—memiliki senyum yang memikat semua kaum hawa.
Kalean Xavier—aktor yang kini sedang naik daun. Katampanan serta akting yang tidak diragukan lagi menjadi nilai tambah bagi pemuda berusia tujuh belas tahun itu. Semua kaum hawa selalu mengejar dirinya, tetapi dia tetap dingin karena hatinya telah patah oleh seorang Kejora—mantan kekasih settingan-nya.
Seorang pria lemah gemulai datang menghampiri Kalena. "Ada wartawan yang—"
"Tolong, Sam. Gua lagi nggak mau kasih statement apa pun dengan kandasnya hubungan gua sama Kejora," ucapnya yang memotong ucapan Sam—sang asisten pribadi.
Sam mengangguk. "Gua ngerti, gua akan selesaikan."
"Thanks, Sam." Kalean memperhatikan sang asisten pribadi yang sedang memberikan penjelasan pada wartawan. Dia menghela nafas panjang, merasakan sangat lelah dan penat—terutama menghadapi wartawan yang terus memburu berita tentang perpisahannya dengan Kejora—setelah Rigel menyatakan dirinya sebagai kekasih sebenarnya dari Kejora.
Sepertinya, gua butuh udara segar, batin Kalean. Dia ingin menyingkirkan semua rasa dalam dirinya.
Sam kemudian berlari kecil, menaiki tangga menuju Kalean. Dia kemudian berdiri di hadapan Kalean. "Gua—"
"Sam, habis ini ada kerjaan lagi?" potong Kalean.
Sam mengerenyitkan keningnya. "Ada, emang ken—"
"Gua minta tolong, bisa gua keluar sebentar? Gua butuh waktu sendirian, cari udara segar," jelas Kalean.
"Gua ngerti. Gua akan atur...," balas Sam. Dia kemudian mengusap lembut pundak Kalean, dia mengerti apa yang dirasakan oleh bosnya itu.
oOo
Langit kota Jakarta berubah oranye, memperlihatkan sang senja yang perlahan hadir. Hembusan angin terasa lembut, membelai wajah. Membuat Kalean sangat nyaman menikmati jalan-jalan sorenya di Kota Tua.
Kalean berjalan seorang diri, dia memperhatikan beberapa orang yang berlalu lalang menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang. Kedua mata beriris madunya memperhatikan banyak pasangan remaja, mereka tampak bahagia. Membuatnya sesaat terbuai dalam lamunan—membayangkan jika dia masih bersama Kejora.
"Permisi, boleh saya minta tolong?" ucap seorang gadis berambut perak sebahu—memecahkan lamunan Kalean.
"Ya, ada apa?" tanya Kalean.
"Bisa, minta tolong foto saya?" sahut sang gadis, tangan kanannya terulur memberikan kamera.
Kalean mengangguk kecil. "Mau foto di mana?" tanyanya.
"Di sana...," tunjuk sang gadis pada sebuah bangunan, dengan senyum yang tersungging di bibir merah mudanya.
Kalean membantu sang gadis. Kemudian dia melihat hasil bidikkannya, terlihat hasil foto yang sangat bagus—terutama senyum sang gadis membuat wajahnya semakin cantik. Kalean sesaat menikmati kecantikan ciptaan Tuhan itu.
"Ada apa? Apa hasilnya, tidak bagus?" tanya sang gadis.
Kalean menggelengkan kepala, dia kemudian menghampiri sang gadis dengan tangan yang membenarkan masker wajah yang sedang dikenakan. "Tidak, sangat bagus. Kamu cantik, seperti bidadari...," pujinya.
"Terima kasih atas pujiannya. Oh ya, terima kasih juga atas bantuannya," kata sang gadis. Kemudian dia melihat hasil foto—sangat memuaskan. Lalu tangannya menyimpan kembali kamera ke dalam ransel.
Dia tersadar, mungkin sudah saatnya dia melupakan Kejora dengan cara ini—berkenalan dengan gadis lain—berharap bisa mengobati luka di hatinya. Membuatnya dengan spontan mengulurkan tangan. "Saya... Kalean, kalau kamu?"
Tiba-tiba ponsel sang gadis berbunyi, dia tidak menjawab pertanyaan Kalean. Dengan terburu-buru dia pamit. Sang gadis berjalan sangat cepat, meninggalkan Kalean begitu saja.
Saat Kalean ingin mengejar, tanpa sengaja ada sesuatu yang terjatuh dari ransel sang gadis. Dia mengambil benda tersebut.
"Hai, tunggu! Kalungmu jatuh, Nona!" teriak Kalean, tetapi sang gadis tidak mendengarnya. Dia terus berlari—masuk ke dalam mobil berwarna hitam. Melaju dengan cepat.
Kalean menghela nafas, dia belum sempat mengetahui nama sang gadis. Penasaran akan benda yang ditemukannya, dia membuka liontin berbentuk hati milik sang gadis.
Terlebih dahulu dia membuka masker wajah, jari jemarinya perlahan membukanya, mata beriris madunya memperhatikan foto yang berada di sebelah kanan—foto sang gadis dengan seragam sekolah putih abu-abu. Kalean tersenyum kecil, tampak sangat cantik dengan senyum sama persis—beberapa menit lalu yang dilihatnya. Kemudian matanya memperhatikan foto yang berada di sebelahnya.
Dahi Kalean mengerut sempurna.
"Rigel?" ucapnya. Dia memandang foto pemuda yang sangat dibenci, mengenakan seragam sekolah dengan sangat rapi. Kalean menggeleng tidak percaya. Dia memperhatikan foto keduanya, bola matanya terus melirik kedua foto tersebut. Kalean merasa mereka memiliki hubungan yang dekat, karena di dalam bandul kalung berisikan foto sang gadis dan Rigel.
"Who is she?" pikir Kalean.
Dia terdiam, memandang kalung tersebut dan membuatnya bertanya-tanya. "Mereka pasti memiliki hubungan special, atau jangan-jangan gadis itu selingkuhan Rigel?" ucap Kalean setengah berbisik.
Biodata Penulis
Gladistia Cuan, nama pena dari gadis manis penyuka roti cokelat. Menulis merupakan kegiatan yang membuatnya bahagia, tetapi dia masih terus banyak belajar. Agar bisa menulis dengan baik. Dan dia bisa ditemukan di Wattpad @adistia99 dan Instagram @keydistia.
~oOo~
[ THE THIRD PERSON ]
Penulis Hikari Syuja' (aya)
Instagram yuuki_sseugi_13
Rigel meminum es teh manis di warung kecil dengan Kejora yang masih asik bermain dengan anak-anak asuhnya di belakang warung.
"Kak Rigel!" Pekikan cempreng menyakiti telinganya. Rigel memutar wajah menghadap arah sumber suara. Seorang gadis dengan rok biru berdiri dan menatapnya sambil tersenyum.
Gadis itu langsung berlari menghampiri Rigel. Meletakan ransel dan buku-buku yang tadinya dipeluk ke salah satu kursi dan mendudukan diri di samping Rigel.
"Kejora di belakang." Rigel memberitahu, padahal tak ada yang bertanya.
"Udah tau, Kak. Kak Jora, kan, emang selalu ke sana," jawab gadis itu, lalu menyambung, "Kasihan Kak Rigel, gak ada yang nemenin, makanya aku di sini dulu."
"Oh," jawab Rigel tak peduli.
"Kak Rigel apa kabar?" tanya gadis itu mulai berbasa-basi.
"Lo liat, kan? Kalau gue gak sehat, mana mungkin gue ada di sini," jawab Rigel bertele.
Seperti yang diketahui, Rigel itu mulutnya suka menyakitkan. Dari pada menjawab 'sehat', ia lebih memilih jawaban yang membuat lawan bicaranya tak tahan untuk mengobrol lagi.
Namun, ia lupa bahwa yang menjadi lawan bicaranya saat ini adalah orang paling berisik di antara seluruh anak asuh Kejora.
"Kejora udah dateng," kata Rigel memberi tahu sebelum gadis itu bercakap lebih banyak lagi. Walau sebenarnya Rigel berniat mengusir.
"Aya, kamu udah pulang, gimana sekolahnya?" tanya Kejora saat gadis itu melihatnya.
"Baik, Kak! Oh, ya, kita jadi latihan hari ini, kan?" Gadis dengan nama asli Cahaya itu mengambil tas dan membereskan buku-bukunya sambil meminta pada Kejora.
"Ya udah, nanti aku bakal latih kamu," jawab Kejora mendekat.
"Berhubung Kak Kejora udah di sini, aku pergi, ya, Kak Rigel," pamit Cahaya dengan mata menatap Rigel lekat.
"Dari tadi, kek," desis Rigel.
Aya bukan tak mendengar, dia sudah paham bagaimana sikap Rigel. Apalagi, Aya adalah orang paling berisik dan suka ngedrama. Bukan hanya itu, Rigel juga tahu bahwa Aya sering menuntut ini-itu untuk keperluan sekolahnya. Sudah pasti Rigel tak menyukainya.
"Gel, akting lo, kan, bagus juga. Nanti bantu Aya latihan, ya," pinta Kejora.
"Ogah! Kurang kerjaan banget gue bantu dia," tolak Rigel dengan tidak santainya.
"Ayolah, Rig. Aya harus kepilih jadi pemeran utama di teater mereka, karena itu dia harus akting bagus."
"Berapa kali harus gue bilang? Gue gak mau berurusan sama anak-anak asuh lo, apalagi yang berisik kayak dia." Rigel membentak menolaknya.
Kejora yang dibentak seperti itu tentunya merasa takut. Walau sebenarnya ia sudah sering menghadapi singa tampan itu.
"Aku gak mau tau, pokoknya kamu bantu Aya latihan! Aku mau ngajarin anak-anak yang lain." Kejora pergi setelah mengatakannya. Meninggalkan Rigel dengan satu gelas es teh manis yang isinya tinggal setengah.
Rigel kembali duduk dan menyantap gorengan, sesekali juga meminum esnya.
"Kak Rigel!" Aya melompat ke hadapan Rigel guna mengejutkannya.
Rigel yang terkejut menyemburkan sisa es yang berada di mulutnya. Semburan es itu mengenai Aya yang ada di hadapannya. Aya yang baru saja mengganti seragamnya dengan baju biasa, kini harus berganti lagi karena kotor tersiram semburan Rigel.
"Kak Rigel jahat," lirih Aya memandangi bajunya yang basah.
Mampus, lo!
"Ganti baju sana," usir Rigel lagi.
"Temenin," pinta Aya.
"Emang lo siapa?" Rigel memasang wajah sangarnya yang walau tanpa dipasang sudah kelihatan seram.
"Adik Kak Jora," jawab Aya santai.
"Kejora gak punya adik." Rigel mendekatkan wajahnya, menatap mata Aya tajam. Bagai Elang yang sedang mengamati mangsanya.
"Kak Rigel, kok, liatnya gitu banget?" tanya Aya mulai takut.
"Kenapa?"
"Kayak benci banget sama aku."
"Emang."
"Ka-kak Rigel jang-ngan bercanda," gagap Aya yang semakin takut. Saat ini, ia hanya berharap Kejora datang untuk menenangkan singa peliharaannya yang hampir mengamuk.
"Gue gak bercanda. Gue gak suka sama sikap lo yang sok akrab ini!"
"Aku gak sok akrab. Aku kagum sama Kak Rigel yang dengan bangganya mendeklarasikan diri sebagai orang ketiga. Karena itu aku deketin Kak Rigel. Aku juga mau jadi orang ketiga antara Kak Rigel sama Kak Jora!"
"Gak cukup lo ngambil harta Kejora? Sekarang mau ngambil gue juga?" Rigel berdecih sinis memandang ke samping. Kembali memandang Aya lalu mengangkat tangannya menunjuk luar dan berteriak, "Pergi dari kehidupan Kejora dan berhenti jadi benalu buat orang di sekitar lo!"
"Rigel!" Kejora membentak. Air yang mengumpul di kelopak mata Aya langsung turun. Aya berlari memeluk Kejora. Berharap agar Kejora tak mendengar serangkaian kalimatnya.
"Gue tunggu di parkiran." Rigel berkata dengan dingin lalu berjalan cepat keluar dari warung.
"Ka-Kak Jora, Ka-kakak gak marah, kan? Aku bisa jelasin, Kak." Aya memeluk Kejora erat. Sedangkan Kejora hanya diam.
"Aku memang mau jadi orang ketiga antara Kak Jora sama Kak Rigel. Aku minta maaf, Kak. Aku ngelakuin itu karena pengen masuk berita, aku pengen banyak yang follow Instagram aku karena penasaran, aku pengen terkenal, Kak, aku gak bener-bener jadi orang ketiga, kok. Kakak percaya sama aku, kan?" Aya menjelaskan panjang lebar alasan mengapa ia ingin menjadi orang ketiga antara Kejora dan Rigel dengan takut.
Kejora tertawa mendengar penjelasan itu. "Kamu segitunya pengen masuk berita?" Aya mengangguk. "Instagram kamu apa? Nanti aku suruh temen-temenku nge-follow," tanya Kejora.
"Akunnya yuuki_sseugi_13, Kak," jawab Aya.
"Yaudah, nanti aku promosikan di akunku. Maaf, ya, Rigel tadi keterlaluan banget. Yakin, deh, kalau Rigel tau alesan kamu, pasti dia ketawa ngakak banget."
Aya menyunggingkan senyum terpaksa.
"Yaudah, kamu ganti baju dulu. Aku mau nyuruh Rigel minta maaf sama kamu, setelah itu kita latihan."
"Gak usah, Kak. Kak Rigel gak perlu minta maaf, dia gak salah. Kakak pulang aja, istirahat, tenangin Kak Rigel. Biar aku latihan sendiri aja hari ini."
"Lho, kok, gitu? Kenapa?"
"Biar Kak Rigel gak marah, kalian jalan-jalan aja," usul Aya yang sebenarnya mengusir. Masih takut akan kemarahan Rigel tadi.
"Yaudah, aku pulang. Kamu latihan yang bener, ya. Kamu harus jadi pemeran utama." Kejora menyemangati dan tersenyum singkat sebelum pergi.
Setelah Kejora tak terlihat, Aya mendesis, "Pantes aja lo gak bahagia. Bego, sih."
"Gue cahaya. Gue yang seharusnya bersinar!"
Salam Manis,
Hikari Syuja'
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro