Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[+] Starstruck Syndrome's FanFiction part. 1

Sudah siap membaca dan menyaksikan karya siapa yang terpilih minggu ini?

Scroll sampai habis ya!

Terimakasih buat semua yang udah ngirim. Pantengin terus update-an Starstruck Syndrome siapa tahu karyamu yang berikutnya nongkrong di sini.

Buat yang masih pengen kirim karya kalian supaya bisa mejeng di sini, kutunggu diemail [email protected] . Yang masih bingung, silakan baca part sebelumnya ya. Syaratnya ada di sana.

Yang masih bingung boleh DM via Wattpad @ayawidjaja (Instagram aku lagi ga bisa dibuka gais, doain semoga cepet bisa lagi huaaa nangis sekebon)

Jangan lupa nabung karena Starstruck Syndrome versi cetak bakal segera menggentayangi hidup kalian!

SELAMAT BERSENANG-SENANG!

oOo


https://youtu.be/RWt7E-RbBSo

Trailer Starstruck Syndrome by Lena Dwi Anti

Instagram @lenadwan_ & leynaaaaaaa20_  

Wattpad @lenadwi29  


~oOo~


"M I L I K    R I G E L"

Fanfic Starstruck Syndrome by Neli

 Wattpad @nailynailyxxc
Instagram  @ naili_saadah_17 

Tak terasa tiga tahun telah terlewati. Kejora berada di dalam ruangan yang berhimpit diantara rak-rak buku. Di atas meja terdapat beberapa tumpuk buku yang setia menemaninya sampai sore. Tatapannya tak beralih dari beberapa deret rumus fisika yang terpampang di salah satu buku paket fisika tebal. Sudah hampir dua tahun Kejora berkuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta. Ponselnya tiba-tiba berbunyi di ruangan yang sepi ini. Jari telunjuknya memencet opsi tombol hijau, lalu menempelkan ponsel di telinga setelah panggilannya tersambung.

"Jora,"

Kejora terhenyak. Suara itu yang selama ini ia rindukan. Siapa lagi kalau bukan suara Rigel Keviar Adyasta.

"Gue harap lo ingat besok anniversary kita berenam." Ucap Rigel dengan nada datar. Kejora tersenyum miring mengingat setelah kelulusan mereka di SMA Wasesa jarang sekali bertemu. Rigel, Dio, Tama, Vero dan Lita sering bertemu karena satu universitas, berbeda dengan Kejora yang bisa dihitung hanya berkumpul satu kali dalam setengah tahunnya. Kebanyakan orang akan sering kencan dengan pasangannya, terkecuali Kejora dan Rigel. Mereka berdua saling menjaga jarak karena tuntutan Vanya. Beberapa bulan terakhir ini Rigel dan Kejora jarang sekali berkomunikasi. Jangan heran kalau saat ini Kejora merasa tersentuh dengan suara Rigel walau hanya lewat telpon.

"Lo bisa kan, Jora? Jangan bilang kalo elo sibuk skripsi sama syuting!" terdengar helaan napas gusar dari Rigel.

"Gue bakal usahain ikut ngerayain kok," jawab Kejora bimbang. Rigel tak bersuara lagi, ternyata sambungannya telah terputus.

"Dasar Singa Galak!" umpat Kejora.

Malam telah tiba. Kejora melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Tidak ingin membuang banyak waktu, Kejora bersiap-siap hendak pulang. Setelah menaruh buku-buku tebal tersebut ke rak, Kejora lantas meninggalkan kampus. Di depan gerbang, mobil hitam terparkir di sana dengan pemilik mobil yang sedang berdiri di samping mobil.

"Gue bisa pulang sendiri, Bang."

Seorang laki-laki yang terlihat lebih dewasa tersebut menoleh ke arah Kejora. Siapa lagi kalau bukan Kalean Xavier, lawan mainnya.

"Lebih baik cepetan masuk ke mobil. Tante Vanya udah nunggin lo, Jora."

Kejora mendesis kesal dengan sikap Vanya yang selalu menyuruh Lean mengantar dan menjemput dirinya. Kejora langsung menaiki mobil tersebut dengan terpaksa. Lean tidak mengantar Kejora pulang ke rumah, melainkan ke lokasi syuting.

Sesampainya di lokasi syuting, Kejora langsung di make over. Jika Rigel melihat dandanan Kejora sekarang, pasti kalimat yang akan terlontar di mulut pedas Rigel yaitu dandannya seperti seorang tante yang akan menghadiri resepsi pernikahan. Kejora mengabaikan kondisi fisiknya yang lelah karena setiap hari, sepulang kuliah pasti akan syuting. Kali ini Kejora bersemangat syuting dan tidak banyak mengeluh hanya demi meminta ijin Vanya nanti tentang kencan yang Rigel rencanakan beserta ke empat sahabatnya. Hari menjelang tengah malam, syuting hari ini pun selesai. Setelah Lean mengantar Kejora dan Vanya pulang dengan selamat, dengan hati was-was, Kejora menghampiri Vanya di kamar.

"Ma, ada sesuatu yang mau aku omongin."

Vanya menoleh ke ambang pintu.

"Masuk!" kata Vanya. Kejora menganggukkan kepalanya lalu segera mendekat ke Vanya.

"Aku cuma mau minta ijin kalo besok aku mau kencan," ucap Kejora gemetar.

"Kencan?" Suara sinis Vanya memenuhi ruangan ini.

"Iya. Aku mau kencan sama Rigel dan teman-teman yang lain,"

"Mama nggak ijinin."

Kejora tercekat. "Kenapa, Ma?"

"Kamu udah tau kan sejak awal kalo Mama nggak pernah ikhlas merestui hubungan kalian!"

"Kenapa sih, Mama nggak suka sama Rigel? Aku tau Rigel galak, tapi dia baik. Aku nggak pernah ngerayain anniversary semenjak lulus SMA itu karena larangan Mama. Masa anniversary kali ini Mama nggak ijinin lagi sih?"

Vanya menatap Kejora heran. "Sejak kapan kamu menerima Rigel sebagai pacar? Bukankah di hari Rigel mempermalukan semua wartawan waktu itu dan menembak kamu saat itu juga nggak diakui sama kamu kan?"

Kejora terdiam. Memang dihari Rigel menembak dirinya, ia tidak mempercayai pengakuan Rigel. Namun hari demi hari telah terlewati mampu membuktikan bahwa pernyataan singa galak itu tidak semata-mata bualan belaka.

Kejora memantapkan hatinya lalu berucap, "Please, Ma."

Kejora menekuk wajahnya. Sangat kecewa dengan Vanya yang tidak mengijinkan dirinya pergi. Tak ada lagi sahutan Vanya, maka Kejora berjalan pelan menuju pintu.

"Baiklah," seru Vanya lantang. Kejora langsung berbalik arah lalu memeluk Vanya.

"Makasih, Ma."

"Tapi syaratnya kamu besok harus menyelesaikan syuting tepat waktu tanpa mengeluh sedikit pun. Kamu juga harus tetap eksis di dunia hiburan. Jika kamu bersedia mengikuti persyaratan tersebut, maka Mama merestui hubungan kalian." Ujar Vanya.

Kejora mengagukkan kepalanya setuju. Kemudian Kejora pergi ke kamarnya dengan senyum yang terus mengembang. Tentu saja Kejora bahagia karena akan mendapatkan sedikit kebebasan untuk bertemu Rigel, Vero, Lita, Tama dan Dio. Matanya pun mulai terpejam, bersiap menuju ke alam mimpi.

oOo

Pagi harinya Kejora sudah mempersiapkan segalanya. Hari ini Kejora tidak ada jadwal kuliah. Jadwal hari ini hanyalah syuting dan menghadiri anniversary mereka berenam. Tak ada Lean yang menjemput karena semalam Kejora sudah meminta Vanya bahwa dirinya ingin berangkat sendiri.

Mobil yang dikendarai Kejora sudah sampai di Kantor Production Home. Setelah di make up, Kejora memahami skenarionya. Dirasa sudah siap, Kejora mulai berakting bersama Lean.

Adegan demi adegan sudah terlewati. Kejora mulai bersiap-siap untuk pergi dari tempat tersebut.

"Jora, kamu mau kemana?" tanya Vanya saat melihat Kejora hendak keluar dari tempat syuting tersebut.

"Ngerayain anniversary lah, Ma. Kan Mama udah janji bakal ngijinin aku."

"Mama ngijinin kamu pergi kalo syutingnya udah selesai, Jora."

"Ini kan udah selesai, Ma. Aku mau pergi."

"Kata siapa udah selesai? Nih masih ada beberapa episode yang harus selesai hari ini," balas Vanya sambil menyerahkan naskah di tangan Kejora.

"Jadi masih ada?"

"Iya Jora."

Kejora memainkan ponselnya ketika Vanya pergi. Cewek itu mencari kontak yang ingin ia hubungi. Dengan nama kontak Singa Galak, Kejora memencet sambungan telepon.

"Gue ada urusan mendadak, Rigel. Gue bakal berangkat beberapa menit lagi, ya? Lo tungguin gue di sana. Jangan pergi!"

Rigel mendengkus kasar, lalu menjawab, "ya."

Setelah mengatakan jawaban yang sangat pendek, Rigel mematikan sambungan telepon. Kejora hanya pasrah lagi-lagi Rigel bersikap datar. Kejora pernah berpikir ketika lulus SMA, ia hanya akan fokus ke studinya dan terbebas dari jadwal syuting. Namun apa yang terjadi sama sekali tidak Kejora inginkan. Kejora menghela napas panjang. Cewek itu melanjutkan lagi aktingnya. Setelah syutingnya benar-benar selesai, Kejora akhirnya pergi menuju ke suatu tempat. Kekesalannya menjadi-jadi ketika terjebak kemacetan. Cuaca yang sangat panas membuat Kejora dehidrasi sehingga ia masuk ke salah satu indomart yang berada di pinggir jalan. Setelah mengambil sebotol minuman dingin dan hendak membayar di kasir, suara yang tidak asing masuk ke indra pendengarannya. Kejora mencari sumber suara tersebut yang rupanya berada di pojok ruangan.

"Udah lo jangan nangis lagi, Zinka."

"Rigel, gue bisa apa selain nangis?" ujar Zinka parau dan semakin mempererat pelukannya. Rigel hanya menepuk-nepuk pundak gadis itu.

Kejora tersentak kaget dengan pemandangan yang dilihatnya sampai botol minumannya jatuh membuat Rigel dan Zinka menyadari keberadaannya. Kejora berlari ke luar toko tanpa memperdulikan Rigel yang terus memanggilnya. Di dalam mobil tangis Kejora pecah. Rigel langsung menyusul masuk ke dalam mobil.

"Ini semua nggak seperti yang lo liat, Jora."

"Mata gue masih berfungsi dengan baik, Rigel. Mata gue nggak salah."

"Lo jangan nangis dong." Ucap Rigel berusaha tenang.

"Gimana gue nggak nangis saat lo sama Zinka pelukan? Di pojok tepatnya!"

"Zinka yang meluk gue!" elak Rigel ketus.

"Tapi lo diem aja kan?" sindir Kejora sinis.

"Gue diem karena nggak tega sama Zinka yang terus menerus nangis, Jora."

"Bukannya lo harus nungguin gue dateng sama yang lain kan, Rigel? Kenapa lo bisa sama Zinka?!"

"Gue ke Indomart cuma beli makanan buat kita berenam. Di sana gue nggak sengaja ketemu Zinka yang nangis di pojokan."

"Nggak harus juga pelukan di tempat umum kan?" sindir Kejora berusaha memojokkan Rigel.

"Gue sama Zinka nggak ngapa-ngapain. Lo sendiri udah tau kan Zinka itu temen masa kecil gue. Buat apa lo jadi cemburu kayak gini sih? Kayak anak kecil!" Rigel berdecih.

"Kayak anak kecil lo bilang?"

"Iya. Gue yang harusnya marah setiap kali gue liat lo sama Lean."

"Gue sama Bang Lean sebatas kakak beradik. Nggak lebih!"

"Sama halnya gue sama Zinka yang cuma bersahabat. Lo harus ngerti posisi lo berbeda dengan Zinka!"

Kejora menghapus air matanya. "Iya selalu gue yang salah,"

Rigel melunak, lalu memeluk Kejora.

"Sorry, Jora. Gue masih tetap galak,"

"Udah biasa, yang namanya singa pasti galak." Kejora terkekeh. Rigel hanya merespon dengan tatapan datar. Kemudian cowok itu mengambil alih kemudi dan mengendarai mobil ke tempat tujuan mereka.

oOo

Di taman rindang yang ditanami rumput-rumputan hijau dan biasa digunakan sebagai area outdoor, di sana lah tempat tujuan mereka. Dio, Tama, Vero dan Lita sedang duduk di atas tikar saling berbincang-bincang.

Kejora mengamati taman ini dari ujung ke ujung. Sangat menarik, banyak wahana yang bisa di lakukan. Kejora menggeleng takjub karena ia jarang sekali pergi ke tempat itu. Kejora menyunggingkan senyumnya.

"Gue cuma bisa ngerayain di tempat ini. Mungkin elo jarang bahkan nggak pernah mengunjungi wisata alam kayak gini," kata Rigel tanpa menoleh ke arah Kejora di sampingnya.

"Gue seneng banget bisa ke sini, Rigel. Tamannya asri banget. Wahana nya juga menarik sampai-sampai gue pengin nguji nyali gue di sini. Anniversary kali ini sangat berbeda, karena menurut gue anti mainstream."

Rigel membusungkan dadanya angkuh dan menepuk dadanya bangga. "Jelas lah, ide gue selalu bagus."

Kejora dan Rigel menoleh ke arah teman-temannya yang tadi memanggilnya supaya ikut bergabung.

"Eh Jora, lo udah selesai syutingnya?" tanya Lita.

"Udah kok, Lit."

"Eh kok lo kayak habis nangis sih? Rigel ngapain lagi ke elo, Jor?" kini giliran Tama yang bersuara.

"Rigel nggak ngapa-ngapain ke gue kok, Tam."

"Saran gue jangan sama Rigel lagi deh. Ntar lo tinggalnya di hutan." Sahut Vero.

"Gue suka kok di hutan. Eh ini kan lagi di taman. Nggak beda jauh lah sama hutan. Sama-sama udaranya asri, nggak polusi." Ucap Kejora.

Teman-temannya saling bersorak, 'ciyee'. Rigel menaikkan alisnya.

"Sejak gue nembak saat huru-hara dan sebelumnya juga di ruangan yang waktu itu gue kunci akhirnya bisa buat lo ngaku kalau sebenarnya lo udah nerima gue sebagai pacar secara frontal. Bagus!" Rigel melipat tangan di dada dengan sombongnya.

Kejora melototkan matanya terkejut.

"Apaan sih, Rigel. Gue nggak pernah ngomong itu secara frontal!"

"Lah barusan lo ngomong," elak Rigel tak ingin kalah.

"Udah deh jangan saling debat. Gue mau berduaan dulu sama Lita. Babay." Ujar Dio sambil menggenggam tangan Lita erat lalu beranjak pergi.

"Gue juga mau menghabiskan waktu berdua sama Vero darling. Good bye raja hutan dan permaisurinya." Sekarang giliran Tama membawa Vero pergi menjauh dari Kejora dan Rigel.

Kejora bergumam pelan, "Kok pada pergi sih? Katanya mau ngerayain anniversary barengan!"

Rigel menoleh ke arah Kejora.

"Ini juga lagi ngerayain bareng, Jora. Satu tempat maksudnya."

Kejora mengedikan bahu tak peduli. Rigel mengamit tangan kejora menuju salah satu tempat yang tak jauh dari tempat tongkrongan mereka berenam.

Mata Kejora berbinar melihat hamparan danau yang indah. Di tengah danau terdapat jembatan yang menjulang dan dihias sedemikian rupa sehingga menambah daya tarik banyak orang untuk berkunjung di tempat ini.

Rigel menuntun Kejora berjalan sampai ke tengah-tengah jembatan. Lagi-lagi Kejora berdecak kagum. Rigel diam-diam memotret pose Kejora yang sedang candid. Kejora menyadari tindakan Rigel barusan. Tangannya menyambar ponsel Rigel namun cowok itu sigap mengamankan ponselnya.

"Balikin ponselnya, Rigel!"

"Nggak!"

"Ishh," Kejora mengerucutkan bibirnya.

Rigel meletakan kedua tangannya di bahu Kejora dan mengunci pandangan Kejora.

"Lo mungkin sampai sekarang masih berpikiran kalo gue nembak lo beberapa tahun yang lalu itu cuma modus. Tapi di sini gue mau bilang sesuatu hal yang penting ke elo, Jora. Sesuatu yang selama ini gue pendam bakalan gue ucapin sekarang."

Kejora bergetar, bingung apa yang akan ia respons.

"Gue seneng bisa kenal elo walaupun awalnya gue nggak suka. Berawal dari wawancara yang gue lakukan ke elo, semua itu membawa suatu hal yang berbeda dalam diri gue. Gue benar-benar sayang elo, Jora. Apa lo mau jadi pacar gue seutuhnya dengan tulus, Kejora Astarea Nirmana?"

Jantung Kejora berdegup kencang setelah pengakuan Rigel. Ia tidak menyangka dengan ucapan Rigel barusan. Jujur saja Kejora sangat tersentuh. Pipinya tiba-tiba merona.

"Gue mau jadi pacar lo, Rigel."

Rigel menarik Kejora ke dalam pelukannya. Beban Rigel hilang setelah mengungkapkan isi hatinya dan balasan pernyataan Kejora. Langit yang cerah, semilir angin sore yang berdesir, burung-burung yang berkicau, dadaunan yang berterbangan menjadi saksi pernyataan cinta seorang Rigel Keviar Adyasta yang sombongnya selangit dan kisah cinta mereka akan dimulai kembali dengan dasar cinta dan kepercayaan.

oOo











Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro