[+] Info SPECIAL ORDER & Starstruck Syndrome's FanFiction part.7
Selamat malam minggu!
Halo, udah stalking Instagram Bentang Belia belum?
STARSTRUCK SYNDROME sebentar lagi bisa kalian peluk!
Bonus-bonusnya bikin gemassshhh abis! Ada goody bag, mini calender yang bakal nemenani kalian setahun penuh, stiker lucu-lucu dan TTD langsung di novel ya! Aku juga nyiapin bonus special dariku buat kalian. Apa itu? Cap bibir? Bukan... ditunggu aja...
Oia, yang rajin share info SO di sosmed dan ikutan SO kalian boleh minta folbek sama Starstruck Syndrome team di Instagram @rigeldiorion @bintangbintangtakbermakna @zinkaazalea @kaleanzavier11 @litaniarruhama @veronicaarn_ @vishnutamahd @dioganz @ofc.kandangrigel buat nambah-nambah temen. Asik ga?
Yakin mau ngelewatin SO dengan bonus sekece ini?
Jangka SO-nya cuma 10 hari jadi jangan sampai ketinggalan!
oOo
Buat pecinta KPop, wajib banget baca FanFiction kali ini? Kenapa? Edisi kali ini, Starstruck Syndrome dikemas apik dipadu dengan KFiction sama Morpheus. Aku aja kaget. Aku suka idenya, fresh dan ceritanya juga bikin gemes!
Sedangkan trailernya dibuat sama Suci. Lagunya bikin baper uwooo... sendu-sendu gimana gitu. Nggak tahu kenapa meski dibuat sama orang yang berbeda, trailer dan fanfic-nya rasanya cocok.
Selamat menyimak!
~oOo~
https://youtu.be/Py4AgcQJ60Q
Trailer by Suciani Dwi Putri
Instagram @Ruangsemu30detik
Youtube Ruang semu 30detik
Wattpad Ruangsemu
Please, ini lagunya enak banget Suci! Cocok buat baperin orang. Pemilihan lagunya aku suka banget.
~oOo~
[ MISS ME? ]
Ditulis oleh: Morpheus
Perkerjaan Kejora sebagai seorang artis ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Kehidupannya diatur, harus melakukan ini-itu, datang ke tempat syuting, lalu acara talkshow di stasiun televisi setempat. Hidupnya seperti robot yang harus mengikuti perintah yang diberi tuannya. Sangat melelahkan.
Di dalam kamar, ia duduk di tepi ranjang, menatap sebingkai foto penuh kenangan. Jemarinya mengusap pelan sosok yang sangat dirindukannya, sosok yang benar-benar ia rindukan sekarang. Sekarang bagaimana kabarnya? Apa yang dia lakukan? Ah, ia ingin memberikan banyak pertanyaan begitu ia bertemu dengannya. Entah kapan, ia tidak tahu, karena jadwal syuting di sini masih banyak belum terselesaikan.
Lima tahun berlalu sangat cepat. Setelah lulus dari SMA, Kejora langsung diangkut ke Korea Selatan untuk meneruskan pendidikan kuliah di Universitas ternama di Seoul. Di samping itu, ia juga aktif sebagai selebriti papan atas yang membintangi banyak judul drama Korea yang tengah naik daun dan mendapatkan rating tinggi.
Helaan napas keluar. Kejora menatap sekali lagi sebingkai foto itu, mengusap wajah tanpa ekspresi yang terpampang jelas di dalam foto. Bibirnya melengkung tipis dan bergerak mengucapkan sesuatu.
"Selamat malam, Singa Galak."
Ia tertawa kecil, lalu meletakkannya kembali di nakas. Di detik yang sama, pintu kamar terbuka, membuat ia menoleh ke arah sana. Tampak seorang lelaki berjas formal berjalan mendekat.
"Maaf, Kejora. Saya lancang masuk ke kamar Anda," ujar Lee Ji-Soo, sang Manager.
"Tidak apa-apa. Ada apa?"
"Hari ini ada syuting talkshow. Acara dimulai jam delapan."
Ia melirik ke jam tangan. Masih jam tujuh. Masih ada waktu satu jam lagi untuk merias diri. Ia mengangkat kepala, lalu mengangguk seraya berucap, "Baiklah. Kau bisa keluar sebentar? Aku mau ganti baju dulu."
"Baiklah."
Manager Ji-Soo segera membalikkan badan dan melangkah keluar, lalu menutup pintu kamar. Ia menarik napas panjang, membuangnya pelan. Ia bangkit, membuka almari, dan memindai baju apa yang cocok ia gunakan. Setelah memindai beberapa menit, pilihannya jatuh pada setelan sederhana; kaus polos putih yang dipadukan dengan cardigan warna hitam dan rok selutut berwarna hitam juga. Ia rias wajahnya dengan paduan make up tipis natural, lalu menata rambutnya sederhana. Tak lupa tas selempang hitam dengan sepatu berwarna senada. Setelahnya, ia bergegas keluar dan masuk ke dalam mobil untuk menuju ke lokasi syuting.
Sepanjang perjalanan, Kejora hanya diam. Pandangannya terus menatap ke keramaian Kota Seoul. Menatap lampu-lampu berlalu lalang, orang-orang yang lari malam di tepi jalan, dan aktivitas lainnya.
Ting!
Ia tersentak begitu mendengar ponselnya berbunyi keras. Ia mengalihkan pandangan untuk mengambil ponsel. Dan begitu ponsel berada dalam genggaman, juga melihat nama seseorang yang ia rindukan, seulas senyum tipis keluar dari bibirnya. Cepat-cepat ia membuka ponsel dan membaca pesan singkat itu.
Singa Galak <3
P
Tumben chat
Nggak boleh?
Dih... aku kangen tau. Kamu kangen nggak?
G
Beneran?
Paan si, alay.
Tetep aja ngeselin. Lo kapan sih ada manis-manisnya?
Gue bukan Le Mineral
Terus?
Gue Rigel, pacar lo
Dan saat itu juga, pipinya memanas. Menimbulkan rona merah di pipinya. Ia senyum-senyum sendiri. Ingin berteriak kegirangan, tapi ia sedang berada dalam mobil. Bisa-bisa ia dianggap orang gila.
Singa Galak <3
Sejak kapan kamu pinter gombal?
G tau
Oh
Hm
Udah ah. Aku mau syuting. Nonton ya di YouTube ^^ acaranya jam delapan waktu Korea. Kalau di Indonesia... nggak tau deh. Pokoknya nonton.
Hm
Love you, Singa :3
Setelahnya, tidak ada balasan apapun. Ia segera menutup ponsel dan memasukkannya ke dalam tas. Tak sampai lima detik, ponsel kembali berbunyi membuat ia cepat-cepat membuka ponsel.
Singa Galak <3
Aku rindu
Bodo ah.
Pipinya kembali memanas. Ia tak kuasa untuk menahan kesenangannya. Alhasil ia berteriak keras seraya memukul lengan manajernya. Dan dehaman dari sang Manajer membuat otaknya kembali ke alam sadar, ia terkekeh pelan untuk menutupi rasa malunya.
"M-Maaf."
Manajer Ji-Soo menatapnya selama beberapa detik. "Tidak apa-apa. Kau kenapa?"
"Cuma merasa senang saja."
Ia melengkungkan senyum tipis.
oOo
Tepuk tangan langsung menggema di dalam studio. Acara Talkshow bersama Kejora dimulai. Acara dibuka dengan DNA, boyband yang kini tengah naik daun, boyband yang sering menjadi bahan pembicaraan dengan ribuan penggemar setia, dengan lagu yang sangat disukai banyak orang. Ia tersenyum tipis melihat penampilan mereka. Ikut bertepuk tangan di stage. Setelah itu, disambung oleh pembaca acara untuk sekadar menanyakan kabar penonton yang datang. Dan ketika namanya terpanggil. Ia bergegas masuk ke dalam studio dengan senyum lebarnya.
Tangannya melambai kecil, menyapa Kim Mi-Soo, Sang Pembawa Acara, lalu duduk di kursi untuk memulai acara. Ia diberi banyak pertanyaan dan untungnya ia cukup lihai dalam berbicara. Oh, ya, jadi Kejora sudah sangat lancar berbahasa Korea sejak satu tahun belakangan ini. Sangat lancar tanpa tersendat-sendat. Sorak-sorai penonton tak henti-hentinya menyebut namanya, berteriak memenuhi studio.
"Penonton... mohon tenang. Kita beri satu pertanyaan terakhir untuk idola kita; Kejora!" Kim Mi-Soo sangat antusias sekali. "Oh, ya. Ngomong-ngomong. Kau sudah memiliki kekasih?"
Kepalanya mengangguk. "Tentu saja."
"Oh, ya? Wah... para penggemar sepertinya akan patah hati. Hahaha...."
Kejora ikut tertawa kecil, disusul penonton yang ada di dalam studio.
"Kalau boleh tahu, namanya siapa?"
"Singa Galak."
Dan di detik itu pula, semua penonton sontak tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawabannya. Ya, memang aneh menyebut Rigel sebagai Singa Galak. Tapi itu sudah menjadi panggilan khusus untuknya.
"Singa Galak?" ulang Kim Mi-Soo. Ia mengangguk. "Humormu buruk juga."
Penonton kembali tertawa.
"Oke, bisa ceritakan kepada kita semua, siapa itu Singa Galak?"
Ia menarik napas panjang. "Singa galak itu julukan yang saya beri kepada kekasihku. Kenapa dinamai Singa Galak? Karena ucapannya yang langsung menusuk hati."
"Itu pasti sangat sakit," potong Kim Mi-Soo cepat. "Lanjutkan."
"Emm... apa, ya. Singa Galak adalah orang yang sangat spesial di kehidupan saya. Dia adalah malaikat yang membantuku selama masa SMA. Dia adalah orang yang menyebalkan, tapi berhasil membuatku jatuh cinta." Kepalanya manggut-manggut pelan sambil tersenyum. "Yah... pokoknya dia orang spesial," ujarnya senang.
"Jika Singa Galak menonton, apa yang ingin kau katakan?"
Matanya sontak mencari kamera, lalu menatapnya dengan senyum tipis, seolah dia adalah Rigel yang sangat ia rindukan sekarang.
"Hei, Singa Galak. Kau kapan ke sini? Aku rindu."
"Kata-katamu benar-benar membuatku ingin menangis sekarang." Ia tertawa kecil. "Kalian romantis ternyata. Kapan kau kenalkan Singa Galak ke kami?"
Ia tersentak mendapat pertanyaan itu. Memperkenalkan ke Korea, ya? Belum pernah terpikirkan tentang hal itu.
"Nanti saja. Kalau aku perkenalkan ke kalian, bisa-bisa diterkam nanti. Hahaha...."
"Terserah kau saja."
Penonton sontak tertawa mendengar nada bicara pembawa acara itu.
"Yah... sayang sekali waktu berbincang kita sudah habis. Kita akhiri saja sampai di sini." Kim Mi-Soo bangkit, disusul Kejora. Mereka berdua maju ke depan dan tersenyum ke arah kamera. "Sekian acara berbincang dengan Kejora. Sampai jumpa di lain hari, semoga kita bisa bertemu kembali. Saya Kim Mi-Soo, sampai jumpa."
Tepuk tangan penonton kembali menggema. Dalam hitungan detik, kamera mati, begitu pun tanda ON AIR yang berada di atas. Tubuhnya membungkuk dalam-dalam, mengucapkan terima kasih telah mengundangnya ke acara ini. Terjadi perbincangan kecil dengan Kim Mi-Soo hingga akhirnya ia kembali ke stage, menemui manager, lalu kembali masuk ke dalam mobil.
Ia langsung mendesah pelan. Cukup melelahkan, tapi menyenangkan juga. Kepalanya langsung jatuh ke jok mobil, menatap langit mobil selama beberapa detik.
"Hari ini ada jadwal lagi?"
"Tidak ada. Kau bisa tidur nyenyak malam ini."
oOo
Begitu tiba di apartemen, Kejora langsung menuju ke kamar, menjatuhkan diri di atas tempat tidur, melepas rasa penat. Ditatapnya langit kamar yang putih bersih tanpa noda. Ia menghela napas panjang, bangkit, lalu melangkah ke dapur untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Ia membuka kulkas, mengambil sekotak susu rasa strawberry dan camilan kecil. Dan ketika ia hendak kembali ke kamar, ketukan pintu terdengar. Kepalanya menoleh, menerka, siapa yang datang di jam segini?
Ia meletakkan barang bawaannya ke atas meja makan, lalu melenggang ke pintu apartemen.
"Permisi!"
Tangannya terulur, membuka pintu. Begitu pintu terbuka, seorang lelaki bertubuh tegap berdiri di depannya. Dengan hoodie berwarna biru tua, celana hitam yang membungkus kaki, sepatu Converse sebagai pelengkap. Juga masker yang menutupi sebagian wajahnya membuat penampilannya menyeramkan.
"Ini siapa?"
"Apartemennya Jora?"
Tubuhnya tersentak mendengar suara yang terdengar familiar. Lebih kaget lagi ketika lelaki itu mengangkat kepala, membuka tudung hodie, menyingkirkan masker dari wajahnya. Matanya membulat tak percaya ada sosok tanpa ekspresi di depannya.
"R-Rigel?!"
Ya, dialah Rigel. Rigel Keviar Adyasta, si Singa Galak kesayangannya, seseorang yang ia sangat rindukan. Seseorang yang akan ia lempari banyak pertanyaan ketika berjumpa. Tapi sekarang, mau mengeluarkan suara pun rasanya susah.
"Gue mau masuk."
Tanpa pikir panjang, ia langsung membuka pintu apartemen lebar-lebar, lalu menarik Rigel untuk masuk ke dalam. Lelaki itu juga tampaknya kaget karena tubuhnya terhuyung cukup keras.
"Kok kamu di sini? Kapan ke Korea? Tadi kamu lihat aku nggak di TV?"
"Kasih minum kek, baru dateng juga."
Ia mendengkus kesal. "Ish... sabar."
"Berisik! Buruan, gue haus. Lo pikir ke sini nggak butuh perjuangan?"
"Iya-iya," sahut Kejora cepat. "Mau apa? Air putih? Jus Jeruk? Atau apa?"
"Biasanya kasih apa?"
"Nggak usah galak-galak bisa nggak sih?!"
Bukannya menjawab ucapannya, Rigel malah pergi begitu saja ke ruang tamu, lalu duduk di sofa dan menyalakan televisi. Dengan santainya bersikap seperti itu seolah menganggap ini rumah sendiri. Oke, ia harus sabar. Namanya juga Rigel, Singa Galak yang sering bikin jatuh cinta.
Ia memilih membawakan segelas air putih untuk Rigel. Bodo amat mau di minum atau tidak. Menuruti kemauan Rigel memang paling susah. Dengan segelas air putih di tangan, ia menghampiri Rigel, meletakkan segelas air di atas meja, lalu duduk di samping kekasihnya. Tanpa perlu meminta izin, ia memeluk lengan Rigel tanpa ada perlawanan.
"Sayang," panggilnya singkat.
"Hm."
"Sejak kapan ada di Korea? Kok tau-tau udah ada di sini?"
"Tadi."
"Tadi kapan? Tadi pagi? Siang? Sore? Atau baru aja?"
"Yang pertama."
"Oh."
Setelah itu, tidak ada perbincangan lagi. Rigel fokus dengan televisi besar yang menampilkan Drama yang dibintangi oleh Kejora. Tatapannya yang datar terus menatap layar televisi hingga ketika adegan di tengah hujan. Kejora berpegangan tangan di bawah payung bersama aktor ternama, membuat decakan kesal keluar dari lidahnya. Kejora yang mendengar hal itu tertawa kecil. Apa Rigel cemburu? Ah, sudah lama juga ia tidak melihat lelaki itu cemburu. Bagaimana wajahnya sekarang?
Ia menegapkan punggung, meliriknya sejenak. Ada raut tak suka yang terpampang jelas di sana.
"Rig," langgilnya singkat.
Rigel menoleh padanya. "Dia siapa?"
"Lawan main. Kenapa? Cemburu?"
Rigel berdecak lidah. Tangannya dengan cepat mengambil remote TV, dan mematikan televisi secepatnya.
"Seneng banget dipegang cowok lain."
"Idih... kenapa emangnya?"
"Murahan."
Tubuhnya tersentak dalam hitungan detik. "M-Murahan lo bilang?"
Tanpa membalas pun ia tahu kalau Rigel akan mengiyakan. Lelaki itu hanya meliriknya sejenak sambil membuang remote ke sembarang arah. Rigel bangkit, lalu keluar apartemen. Rigel benar-benar kesal padanya. Ia ikut bangkit dan menyusul Rigel keluar.
"Rig! Lo mau ke mana"
Napasnya sudah tersenggal. Padahal hanya berlari beberapa detik saja. Langkah kaki Rigel yang panjang membuatnya cepat pergi melesat, membuat ia harus berlari untuk mengimbangi langkah panjang Rigel.
Begitu keluar apartemen, ia bertumpu lutut sejenak. Masih mengatur napas, ia mengedarkan pandangan ke berbagai arah. Suasana sepi, tidak ada siapapun lagi kecuali mobil yang berlalu lalang. Ia harus minta maaf ke Rigel sekarang. Ia menegapkan punggung, dan berlari berkeliling apartemen. Semuanya tidak ada. Benar-benar tidak ada. Apa Rigel sudah pergi dari Korea? Apa Rigel sudah kembali ke Indonesia? Atau jangan-jangan... tadi hanya ilusinya saja?
Ia mencubit pipinya dan listrik langsung menggerayapi tubuh. Ini bukan mimpi. Rigel benar-benar ada di sini!
"Lo ngapain berdiri di situ?"
Tubuhnya menegap dalam hitungan detik mendengar suara itu. Tak lama, derap langkah mendekat. Ia membalikkan badan dan menemukan Rigel dengan dua kopi di tangan tengah berjalan mendekat.
"Minum." Rigel menyodorkan segelas kopi untuknya. Ia masih mematung karena syok. "Buruan!"
Ia tersadar dari lamunannya sendiri. Sentakan Rigel benar-benar ajaib. Tangannya terulur, mengambil kopi dari tangan Rigel. Tak sampai lima detik, tubuhnya tertarik hingga ia kewalahan mengimbangi langkah Rigel yang kepanjangan.
"Rigel... ih... lepas."
Rigel tak peduli. Hingga tak lama ia berhenti di taman yang tak jauh dari apartemen Kejora. Lebih tepatnya di depan kursi panjang berwarna putih yang tampaknya hanya muat untuk dua orang.
"Duduk!"
"Dih... posesif banget deh."
Walau begitu, Kejora tetap menurut dan akhirnya duduk di kursi, disusul Rigel beberapa detik kemudian. Setelah itu, mereka sama-sama membisu. Tak ada topik pembicaraan yang membuat mereka bercakap satu sama lain. Rigel tampak tenang menatap ke depan seraya meneguk segelas kopi di tangannya, sedangkan Kejora canggung karena tidak tahu harus apa.
Rasanya seperti dua orang asing. Rasanya benar-benar canggung.
"Do you miss me?"
"Eh?" Perlahan, ia menengadah, menoleh ke Rigel. "Apa?"
"Nggak ada pengulangan."
Kejora menatap Rigel datar. "Ya elah... ngomong apa sih?"
Rigel menoleh padanya. "Mau tau?"
Gugup, Kejora mengangguk. "Apa?"
Jantungnya berdebar kencang tatkala Rigel tiba-tiba melipat jarak. Lelaki itu mendekatkan kepala, lalu menatap Kejora dengan tatapan yang... entahlah. Ia pun tidak tahu tatapan apa itu. Tapi yang ia rasakan sekarang benar-benar canggung. Menelan ludah pun rasanya susah dilakukan.
"Miss me?"
Kepala Kejora mengangguk tanpa ia sadari. Rigel menarik kepalanya kembali, membuat ia bernapas sebanyak-banyaknya.
"Kenapa tanya begitu? Kamu tentu aja udah tahu apa jawabanku."
"Bisa jadi lo lebih milih cowok lain di sini dan lupa sama gue."
"Ih... Rigel. Mana ada," katanya sambil melingkarkan tangannya ke lengan Rigel. "Aku nggak mungkin selingkuh. Aku setia tau."
"Ehm...."
Kejora tersenyum tipis. Entah mendapat dorongan dari mana, tubuhnya tiba-tiba bangkit, lalu mendekap Rigel sejenak. Kejora kemudian pergi kembali ke apartemen. Ia berlari malu sambil menyembunyian rona merah di pipinya. Sementara itu, tubuh Rigel membatu. Matanya terus mengekori tubuh kekasihnya itu sampai benar-benar hilang dibalik gedung apartemen.
Ting!
Pandangannya teralihkan ke ponsel kesayangannya.
Bintang <3
Love you, Singa Galak<3 I miss you so much :3
Dan di detik itu pula, kedua pipinya memerah, jura hawa hangat menyebar ke seluruh tubuhnya.
Sial!
- oOo -
P R O F I L
Morpheus, nama penadar seorang lelaki yang hobi membaca dan menulis cerita bergenre K-Fiction. Kalian bisa menemukan sebagian karyanya di;
Wattpad: muhammadadib691
Instagram: diari_morpheus
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro