Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[9] Looking for the Star

It feels like a tear in my heart

Like a part of me missing

And I just can't feel it

I've tried and I've tried

And I've tried

(Can You Hold Me - NF)

oOo

Tatapan Lean terpaku pada Kejora. Tangannya menggenggam erat jemari Kejora yang tertunduk dengan bahu terguncang karena tangis. Lean mengatupkan rahang. Dia meremas bahu Kejora lalu mengangkat wajahnya. Tatapan mereka beradu. "Kejor—"

"CUT! CUT! KENAPA KEJORA! Dia Lintang, bukan Kejora!" Teriak Sam dari kursi sutradara. Beberapa kru juga tampak mengeluh karena retake. Sam bangkit dan menghampiri dua pemain yang sesorean ini membuatnya emosi. "Ini sinetron! Bukan kisah cinta kalian! Chemistry-nya kacau! Kalian berdua kenapa? Lagi berantem?! Atur diri kalian sana!" Prim meninggalkan mereka sambil meneriaki kru supaya mengambil jeda dua puluh menit.

Kejora mengempaskan diri di kursi panjang tak jauh dari seting. Lean menyusulnya.

"Lo kenapa?" Keduanya saling bersahutan.

"Nyokap sakit. Kepikiran gue." Lean merebahkan punggung ke sandaran kursi. Menghela napas panjang. Matanya menerawang sendu.

Kejora memandangi cowok di sampingnya. Pasti berat mendapat kabar bahwa ibunya yang tinggal di Semarang sedang sakit. Keduanya menghabiskan waktu bersama lebih banyak daripada keluarga selama dua tahun terakhir, jelas membuat hubungan mereka spesial. "Selesaikan syuting secepatnya dan lo bisa terbang last flight."

"Thanks," Lean mengacak rambut Kejora. Cewek itu selalu bisa diandalkan. "Lo sendiri, kenapa?" pancing Lean. Meski Kejora pendengar yang baik, dia bukan pendongeng ulung.

"Nggak apa-apa. Mungkin kecapean jadi nggak fokus."

"Biasanya lo rajin ribut supaya bisa masuk sekolah. Tumben belakangan lo tenang-tenang aja." Lean menaikkan alis. "Tapi gue seneng sih, lo ada di samping gue terus."

Kejora mendelik. "Baca skenarionya Bang, biar bisa pulang cepet."

"Habis itu temenin gue ke Semarang, ya?"

Mata Kejora langsung membeliak. "Apaan, sih! Jangan aneh-aneh!"

"Please ... Nyokap pasti seneng liat lo langsung. Sam sama Prim juga pasti setuju dan kasih break kalau lo juga ikutan." Lean mengedipkan mata sambil tersenyum menggoda.

"Nggak! Mendingan gue sekolah."

"Lo nggak bisa nolak gue, Kejora Astarea. Gue pegang kartu lo."

Lean menyunggingkan senyum penuh arti yang membuat Kejora kehilangan jawaban.

oOo

Misi untuk menggagalkan artikel Kejora berhasil. Anehnya, Rigel merasa ada yang tidak beres dengan semua ini. Sejak Kejora memergokinya, cewek itu seolah menghilang ditelan jadwal syuting. Rigel berusaha menemui, tapi Kejora jarang masuk. Kalau pun ada, dia hanya datang beberapa jam pelajaran dan langsung hilang sebelum Rigel sempat menemui.

Berhubung Kejora sudah meminta pada Pak Nurdin membatalkan artikelnya, otomatis Rigel tidak punya alasan untuk menemui Kejora ke lokasi syuting. Bisa-bisa diusir kru. Jadi, yang sekarang dia lakukan adalah sering-sering nongkrong di kelas Vero—yang bersebelahan dengan kelas Kejora. Supaya kalau Kejora muncul, dia bisa cepat-cepat mendekat.

"Ngapain lo baca buku di sini?" Vero urung ke kantin melihat beberapa cewek bergerombol mencuri pandang, tanpa berani mendekati Rigel. "Perpusnya kebakaran?"

"Mau ngajakin lo ke kantin." Rigel menutup buku Harry Aveling-nya.

Vero memutar bola mata sambil melipat tangan defensif. Tahu bahwa dirinya cuma dijadikan kedok. "Tadi gue ngambil alat praktikum Kimia dari kelas XI IPA 3, Kejora nggak ada. Kalau itu yang lagi lo cari tahu sekarang."

"Siapa?" Rigel berlagak bingung. Padahal jantungnya meloncat waktu Vero menebak.

Hidung Vero kembang-kempis. "Jangan dikira gue nggak tahu kalau dari kemarin lo nongkrongin kelas gue tapi mata lo terus-terusan ngelihatin kelas sebelah. Gue pura-pura aja nggak lihat. Biar lo sadar sendiri sama keculasan lo." Memang cuma Vero yang bisa menyaingi level kepedasan mulut Rigel.

"Yuk, gue laper."

"Bodo amat! Gue mau ke kantin sama gebetan. Lo pilih aja, mau ke kantin sama cewek-cewek itu ..." Vero menunjuk dengan dagu gerombolan cewek yang mengamati Rigel penuh minat, "... atau ke kantin sama rasa bersalah dan gengsi lo yang setinggi langit aja sana!"

oOo

Karena kedok 'nyari teman ke kantin'-nya gagal, Rigel akhirnya nongkrong di kantor Intensitas. Dio, Lita, dan Tama ada di sana. Menumpang makan karena kantin penuh. Vero mungkin berhasil mendapatkan tempat duduk setelah melabrak adik kelas supaya minggir.

"Lit, kelas lo dapat tugas esai Bahasa Indonesia yang disuruh menganalisis buku nggak?"

"Iya, tapi gue belum nemu buku yang mau gue jadiin obyek. Coba tanya itu anak Bahasa," Lita menunjuk Rigel dengan sendok. "Awas, galaknya lagi berlipat ganda."

Buku Harry Aveling dan buku tulis Bahasa Indonesia terbuka di pangkuan Rigel. Padahal, yang diamatinya dari tadi adalah ponsel. Notifikasi grup kelasnya ramai dengan beragam update persiapan Festival Bahasa, tapi bukan itu yang ditunggunya.

"Rig, lihat esai lo, dong."

"Belum bikin. Baru bikin draft-nya doang. Obyek bukunya belum kelar gue baca."

"Kapan kelar bacanya kalau dari tadi lo ngelihatin HP mulu," sindir Dio sambil menyuapkan siomay ke mulut.

"Nggak apa-apa, deh. Mana coba?" Tama langsung nyerobot buku di pangkuan Rigel.

"Gue mau lihat juga dong!" Lita ikut bergabung. Begitu juga dengan Dio. Ketiganya berharap mencari inspirasi tapi malah tersedak geli. Benar-benar geli hingga terpingkal.

"Anjir, Yo. Sampe nyembur minuman lo!" Tama mengelap bajunya yang disembur Dio.

Lita tergelak sambil membekap mulut. Matanya sampai berair.


Analisis Puisi-Puisi Sastrawan Indonesia Era Orde Baru dalam buku Harry Aveling "Rahasia Membutuhkan Kata"

       Rahasia Membutuhkan Kata merupakan sebuah antalogi puisi yang disusun oleh Harry   Aveling. Di dalamnya termuat puisi karya para sastrawan sepanjang tahun 1966-1998. Termasuk di antaranya karya Taufik Ismail, W.S Rendra, Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono, Arifin C. Noer, Wiji Thukul, dan Ikranegara. Sudut pandang Kejora dengan rambut terurai dan wajah tanpa make up terlihat menaw

Aveling menganalisis puisi-puisi yang lahir di masa Orde Baru di mana dia duduk di dekat greenhouse ... angin lembut menerbangkan rambutnya dan aku di dekat ... sial.

Salah satu petikan puisi dalam buku tersebut berbunyi Kejora bukan bintang karena dia lebih terangkanlah apa ini!


Meski dipenuhi coretan, Dio, Lita dan Tama masih bisa membacanya dengan jelas. Ketiganya terpingkal tanpa henti. Perut mereka sampai melilit sakit. Pintu membuka dan Vero muncul dari balik pintu.

"Ngapain kalian?" Tanya Vero yang mendapat jawaban lemparan buku dari Tama. Sesaat kemudian dia ikut tergelak habis-habisan. Tangannya menunjuk-nunjuk Rigel.

"Apa, sih?" Rigel memberengut jengkel.

"Perlu gue bacain kenceng-kenceng?" Tantang Vero.

Rigel terperanjat. Tama pasti salah halaman. Draft esai yang benar ada dibaliknya. Yang mereka baca pasti tulisannya yang kacau gara-gara menemani Kejora di greenhouse untuk pertama kalinya. Dia sudah jadi bahan tertawaan sekarang. Rigel cuma bisa memendam rasa malu lewat tampang galak yang makin sangar. Direbutnya buku itu dari Vero.

"Sukurin, sekarang kangen tapi nggak punya alasan buat ketemu, kan?" tanya Lita sambil mengangsurkan air mineral ke mulut. Tenggorokannya kering karena terlalu heboh tertawa.

"Bener. Alasan aja nggak bisa wawancara. Rigel cuma mengundur-undur kesempatan. Biar besok-besoknya janjian lagi, ketemu lagi. Payah lo, Rig!" Ini tudingan Dio.

"Kemarin, dikit-dikit alasannya mau wawancara. Sekarang nggak bisa lagi pakai alasan itu, jadinya galau. Salah sendiri, sok-sok nolak!" Pukulan telak dari Vero membuat Rigel angkat kaki dari ruangan.

"Terserah kalian!" Rigel bersumpah tudingan itu fitnah. Dia tidak terpikir untuk itu.

"Jadi lo naksir Kejora, Rig?" Pertanyan Tama sukses membuat langkah Rigel terhenti. "Serius naksir pacar orang?" Tama memang sialan.

oOo


________________________________________

Author :

Gimana rasanya part ini? Seneng kalian Rigel teraniaya sepi?

Cukup belum nyiksa Rigelnya?


"NETIZEN PLISSS JITAK AUTHOR GUE!!! TOLONG!" Rigel ambil alih keyboard.

"SSSTTT... jangan berisik!" Aya merebut keyboard dari Rigel. "Oh, iya, kemarin di IG @ayawidjaja aku bilang bakal reveal cast Rigel. Nggak sesuai target nggak apa-apalah, itung-itung berbuat kebajikan. Kali aja dengan begitu aku makin kalian cintai (langsung dilepehin). Jadi, inilah cast Rigel Keviar Adyasta."

"APA-APAAN LO, YA!" teriak Rigel sambil membawa sandal.

*Abaikan lolongan Rigel*


Starstruck Syndrome update setiap Senin-Rabu-Jumat. Jangan lupa subscribe (dikira yucup), share sama temen, dan tentu saja banjiri dengan komen dan vote, supaya Rigel bahagia dan kalian berkesempatan dapatkan buku BWM2.

Sapa saya di semua sosmed dengan akun @ayawidjaja (ketemu nggak di toko bangunan?) Yang minta folback, tag temennya dulu di sini... WAHAHAHAHAAA...


Love,

Aya si Tukang Siksa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro