Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[8] Star Betrayed

I wouldn't hold my breath if I was you

'Cause I'll forget but I'll never forgive you

Don't you know, don't you know?

True friends stab you in the front

(True Friends—Bring Me the Horizon)

oOo


Bel istirahat baru saja berbunyi tapi Rigel sudah bersilang kaki di depan kelas XI IPA 4—kelas Vero. Begitu Vero keluar kelas, Rigel langsung menyodorkan tangannya. Dengan tatapan bertanya, Vero meletakkan buku catatan Kimia-nya di atas tangan Rigel tanpa melepaskannya begitu saja. Beberapa hari belakangan, Rigel jadi aneh. Dia suka meminjam buku catatan kelas IPA dari Vero, entah untuk apa. Vero sendiri enggan menanyai cowok galak itu. Tapi ketika frekuensinya bertambah, Vero jadi makin penasaran.

"Lo mau pindah jurusan?" tanya Vero. Dia berdiri di sebelah Rigel, dipelototi oleh beberapa teman sekelasnya yang memandang iri.

Rigel menggeleng.

"Terus?" tanya Vero tapi cowok itu diam. Jadi, cecaran Vero bertambah. "Apa ini ada hubungannya sama Kejora?"

Rigel melayangkan tatapan mengintimidasi tapi jelas tidak berpengaruh pada Vero. Di antara redaktur Intensitas, cewek ini yang paling sulit dihadapi. Tapi mencari pinjaman dari Tama—yang juga anak IPA, jelas sama dengan bunuh diri. Selain biang gosip, buku catatannya dijamin bikin pusing, kejang-kejang dan perut mual.

"Halooo ..." Vero melambai-lambaikan tangan di depan Rigel. "Gue lagi ngomong. Lo jangan bengong."

"Iya." Rigel berusaha menarik buku Vero tapi belum dilepaskan cewek itu.

"Hah? Lo serius ngedeketin Kejora? Dia itu pacarnya Lean, Rig. Lo boleh punya penggemar di Wasesa, tapi Lean, penggemarnya di seluruh Indonesia. Tahu diri sih, ngayal jangan terlalu tinggi. Kalau jatuh sakit, masih dibully netizen sebagai orang ketiga pula."

Rigel berdecak. "Bukan. Ini soal Intensitas. Misi gue kan, masih berjalan."

"Misi apa?" Vero menyipit. Dia memeluk bukunya lagi, supaya Rigel melanjutkan cerita.

Rigel memberi isyarat agar Vero sedikit menjauh dari pintu. Mengantisipasi penguping. "Menggagalkan artikel Kejora."

Vero terkejut. Ragu dia bertanya, "Caranya?"

"Pertama, dapetin sisi negatif yang bikin artikel itu ditolak. Sayangnya gue nggak berhasil ngorek Kejora. Jadi tinggal cara kedua, Kejora menolak dengan sukarela."

Dari kaget, ekspresi Vero berubah nanar. "Jadi, lo baik sama dia untuk tujuan ini?"

Rigel tidak menjawab. Kediaman cowok itu membuat Vero berpikir bahwa jawabannya adalah iya. Selain galak, Rigel memang keras kepala. Vero tahu itu. Yang tidak diketahuinya adalah Rigel menggunakan segala cara untuk menjegal artikel Kejora.

"Lo udah gila, ya?" Vero menggeleng tidak percaya. "Kenapa sih, lo benci banget sama Kejora? Lo tahu sendiri, kalau udah kenal ternyata dia anaknya baik."

"Gue nggak benci dia, Ver. Gue nggak punya alasan buat benci. Kalau gue ketus, semua orang juga tahu gue galak dari lahir." Rigel menggosok belakang kepalanya. "Tapi kebaikan dan idealisme itu dua hal berbeda, Ver. Apapun yang menyangkut artis, orang langsung mikir soal gosip. Ini sama sekali nggak cocok sama image Intensitas."

"Rig—"

"Cuma karena semangkuk soto dan segelas es jeruk kemarin, lo berubah pikiran?" tuding Rigel keji. "Bukannya waktu itu kalian setuju buat menentang Pak Nurdin?"

Vero berdecak. "Bukan gitu Rig, kita di sini belajar nggak cuma soal konten, tapi juga proses. Harusnya lo bersyukur punya kesempatan buat wawancara sama orang yang biasa di wawancara secara profesional. Bukan anak kelas XII yang menang Olimpiade, Tim Penari yang baru dapat medali, atau tukang gorengan depan sekolah yang jualannya pasti ludes setiap pagi. Orang-orang itu pasti seneng banget di wawancara.

"Tapi ini Kejora! Lo harus lihat mood dia, lo harus tahu trik ngambil hati orang sekitarnya biar diijinin ketemu, timing, dan lain-lain. Lo masih bisa ngambil sisi lain hidup dia, tanpa gosip. Kenapa masih bersikap arogan dengan nolak Kejora? Sampai bikin intrik tipuan buat nyelesaikan misi konyol lo itu?"

"Gue nggak nipu Kejora! Gue cuma—"

"Lo nggak perlu bersusah payah bikin misi kok." Suara serak memecah ketegangan antara Rigel dan Vero.

Vero dan Rigel menoleh. Keduanya langsung pucat mendapati Kejora berdiri beberapa langkah dari mereka. Punggungnya masih menyandang ransel. Kejora baru saja tiba di sekolah dan harus dihadapkan pada pemandangan paling menyakitkan. Rigel yang beberapa hari ini rajin menemaninya ke greenhouse, cowok yang namanya sesekali muncul di kotak pesan dan membuat Kejora tidak sabar segera membalas, sosok yang mencarikannya pinjaman buku catatan supaya dia mudah belajar, seorang yang dianggapnya bisa dipercaya, hari ini, mengkhianatinya. Tepat di depan mata!

"Gue bisa bilang sekarang juga sama Pak Nurdin," langkah Kejora urung masuk kelas, "bahkan kalau lo minta itu sejak awal."

Rigel kehabisan kata. Kejora pergi menjauh. Vero uring-uringan melihat Rigel terpaku.

"Kejar, Rig! Lo gimana sih?!"

Rigel setengah berlari mengejar tapi otaknya kosong melompong. Dia tidak tahu kenapa menuruti permintaan Vero dan bagaimana harus menghadapi Kejora setelah ini.

"Jora!" Rigel menangkap tangan Kejora yang sudah setengah jalan menuju kantor guru.

"Kenapa nggak bilang dari awal?" Kejora menyentakkan tangan Rigel.

"Soal apa?" Tatapan Rigel jatuh ke puncak kepala Kejora yang tingginya sejengkal lebih rendah darinya. Dia tidak sanggup menatap mata Kejora.

"Soal lo nggak suka ada profil gue!"

"Gue udah bilang, tapi Pak Nurdin menolak."

"Kenapa nggak bilang ke gue? Kenapa lo harus pakai intrik? Berlagak baik!" Mata sayu Kejora menenggelamkan Rigel dalam kepedihan.

"Gue nggak berlagak baik, Kejora. Gue—"

"Gue pikir, masih ada orang yang tulus sama gue." Kerongkongan Kejora terasa kering dan pahit. "Gue benci digosipin." Dikatupkannya kedua rahang untuk menahan riak emosi yang menggelegak. "Gue pengen sesekali orang melihat gue ... nggak cuma soal gosip. Jadi, gue seneng banget waktu kalian mau wawancarain gue meski Intensitas cuma majalah sekolah. Tapi ternyata ..." Kejora menyeka air mata. Gagal sudah dia menahannya.

Rigel tahu Kejora jago akting. Dia juga tahu Kejora punya suara serak dan tatapan sendu alami. Tapi bukan itu yang ada dihadapannya. Kejora di depannya benar-benar Kejora yang terluka. Kejora yang menyeret langkahnya pergi tanpa dia bisa berbuat apa-apa.

oOo


Author :

Adegan ini dibuat dalam rangka ngambek karena kalian udah dibikinin adegan baper, tapi nggak mau ngajakin temen-temennya * kibas poni dan blower menerbangkan rambut author *

"AUTHORNYA MINTA GUE TERKAM!" Tiba-tiba Rigel nongol dengan rambut singa.

"BERANI LO? GUE GANTI JUGA LO SAMA PAK NURDIN!" Author lebih keji.

"Jangan sih, Ya. Gue lagi asik-asiknya nih, sama Kejora lo bikin adegan begini."

"Asik-asik apaan? Ingat woiii... Kejora cewek orang!"

#Rigelnangisdipojokankamarmandidibawahguyuranshower

Udah, segitu dulu kegejean tengah malamku. Jangan lupa ajak temen-temennya main ke sini dan tentu saja banjiri cerita dengan voment. Karena, selain celotehan kalian menginspirasi, kalian juga berkesempatan dapet paket buku BWM2 loh.

Starstruck Syndrome update tiap Senin-Rabu-Jumat. Saya bisa ditemukan di @ayawidjaja di semua sosmed di toko-toko bangunan terdekat.


Love you more,

Aya


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro