Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[6] Starstruck Syndrome

I'm so starstruck

Baby 'cause you blow my heart up

(Starstruck-Lady Gaga)

oOo

Kantor redaksi Intensitas terletak di samping auditorium, satu arah menuju kantin. Kalau kantin sedang ramai, redaktur Intensitas biasanya lebih memilih nongkrong dulu di kantor sampai suasana kantin lebih manusiawi. Tidak berjubel seperti fans meeting. Itu juga yang dilakukan Rigel, Tama dan Vero.

"Dio sama Lita ke mana?" Tama membuka obrolan.

"Ke KUA," celetuk Vero yang asik membaca majalah di sudut ruangan.

Rigel selonjoran di lantai. Untungnya Vero pernah nekat membuat aturan lepas sepatu di dalam kantor Intensitas, jadi lantainya tetap nyaman. Punggung Rigel menyandar ke dinding sedangkan tangannya sibuk dengan ponsel. Sama sekali tidak menggubris teman-temannya. Sesaat kemudian Dio dan Lita masuk ke ruangan. Tangan Lita memegang setumpuk artikel dan rubrik kiriman para siswa yang masuk ke redaksi.

"Tuh, baru juga Tama mingkem nanyain lo berdua," kata Vero sambil menutup majalah. Perhatiannya beralih pada beberapa benda yang tadi disimpannya dalam goody bag. Vero mencampur benda-benda itu sesuai instruksi majalah yang tadi dibaca.

"Cieee datang bareng cieee..." goda Tama sambil cekikikan.

Dio menimpuk kepala Tama dengan ponsel di tangannya. "Emang kita sekelas!" Perhatiannya lalu beralih pada Rigel yang diam seribu bahasa. "Rig, liputan Kejora udah dapat belum?"

Tidak ada jawaban.

"Jangan ngelamun jorok!" Tama menepuk bahu Rigel.

"Eh, apaan? Apaan?" Rigel gelagapan dan menjatuhkan ponselnya. Semua mata tertuju pada layar ponsel Rigel. Sebuah pesan dari nomor yang tidak tersimpan. 'Rigel, di mana?' Cuma itu isi pesannya. Rigel mengetik sesuatu sesuatu sebagai balasan tapi belum dikirim. Sebelum Tama memungut ponsel itu, Rigel buru-buru mengambilnya kembali.

"Liputannya Kejora." Dio berbaik hati mengulang pertanyaan.

"Kayak Pak Nurdin lo, nanyain Kejora mulu." Rigel menyimpan ponselnya di saku celana supaya aman. Sobat kepo di hadapannya jelas menyimpan rasa ingin tahu yang kelewat tinggi. "Belum. Dia sibuk."

"Terus lo nggak ngejar?" tanya Lita. "Hari ini dia masuk tuh. Barusan gue sama Dio lihat dia dikerumunin teman-teman sekelasnya."

Pasti pada malakin Kejora lagi. Rigel menegakkan punggung dan bersila di lantai. "Iya gue tahu. Tadi istirahat pertama gue sama dia."

"Dapat wawancaranya dong kalau gitu?" kejar Lita.

"Enggak," jawab Rigel enteng.

Sekarang tidak cuma Lita yang menatap Rigel bingung, tapi tiga mata pengurus Intensitas lain.

"Lo sehat lo, Rig?" Vero meninggalkan majalahnya dan duduk di depan Rigel.

"Kena starstruck syndrome kali dia beberapa hari sama Kejora," celetuk Dio simpati. Dia mengamati Rigel sedemikian rupa dengan ekspresi kasihan.

"Starstruck syndrome apaan?" Mata Tama berkeliling mencari jawaban.

Lita menimpuk segepok artikel yang diseleksinya ke kepala Tama. Gemas. "Diem lo! Gosip aja lo update, otak lo downgraded. Doyan mantengin akun gosip lo, ya?"

Semua mata menatap Rigel intens. Menunggu jawaban. Rigel balas menatap satu persatu mata anggota timnya. Lalu tertawa. Keras tapi juga sadis. "Misi rahasia."

"Sengaja biar lama-lama deket dia, ya? Lo naksir Kejora?" Atas pertanyaan itu, Tama sekali lagi ditimpuk tumpukan artikel oleh Lita. Tidak ada gosip yang tidak diendus Tama.

"Poorly, Kejora baru aja jadian sama Lean." Vero melipat tangan. Berhenti melakukan uji coba membuat liptint dari petroleum jelly.

"Gue yakin itu cuma setingan!" Tegas Tama dan kali ini dia sigap menangkap pukulan gulungan kertas Lita tanpa melihat.

Rigel membusungkan dada jemawa. Tangannya bersedekap. Tersenyum puas melihat reaksi bingung setiap orang. Dia belum bicara apa-apa karena terinterupsi ketukan dari pintu.

Perhatian semua orang teralih pada pintu. Dio yang jaraknya paling dekat bergerak membuka perlahan. Sepasang kaki jenjang dengan rok selutut berdiri dibalik pintu. Kemeja putih yang biasa saja itu jadi terlihat keren melekat di tubuhnya. Angin meniupi rambut ikal panjangnya yang menjuntai hingga siku. Bibirnya hanya berbalut lipgloss tipis tapi justru itulah yang membuat semua mata terpaku pada Kejora. Bibir mereka terbuka, tapi mereka lupa cara menarik napas.

"Rigel ada?"

Suara serak Kejora menyadarkan keterpanaan mereka. Tatapan berpasang-pasang mata lalu jatuh pada Rigel. Tangan kanan Rigel yang tadi terlipat, teracung ke atas. Dia menaikkan sedikit alis, tanda ingin tahu.

"Mau ke kantin bareng?"

Tidak cuma mata yang membelalak. Keempat redaktur Intensitas ternganga lebar tanpa suara. Begitu tersadar dari keterpanaan, keempatnya langsung menyeret dan mendorong Rigel keluar ruangan.

"Kalian semua juga boleh ikut," tambah Kejora.

Seketika mereka berteriak hore dan Rigel terlupakan. Cowok itu terjerembab karena dilepaskan begitu saja. Keempat temannya bergegas memakai sepatu, sementara Rigel menggeram kesal.

"Pilih apa aja, kan?" tanya Tama.

"Iya. Bebas," jawab Kejora masih sambil menertawai Rigel.

"Kita cari tempat!" seru Lita bersemangat sambil menarik Vero.

Mencari tempat untuk berenam sekaligus jelas bukan perkara mudah. Sedangkan Dio cukup tahu diri untuk memilih mengekori Tama daripada menunggu Rigel yang belum juga beranjak dari kantor Intensitas.

oOo

"Apa lo selalu membeli pertemanan?" tanya Rigel pada Kejora waktu mereka berjalan menyusul menuju kantin. Nadanya datar tapi tetap menusuk.

Sabar ... sabar ... Kejora menahan diri untuk tidak meledak. "Membeli pertemanan bagaimana?"

"Ya, seperti yang tadi lo lakukan."

Kejora menghentikan langkah. "Apa gue harus ngulang kata-kata gue kemarin?" Dia berbalik pada Rigel yang berjalan santai di belakangnya.

Rigel kelewat angkuh dengan menyimpan kedua tangan di saku celana. Tatapannya sama sekali tidak punya empati setelah menanyakan pertanyaan sadis macam itu.

"Gue pingin punya banyak teman, bukan fans. Mau teman minta traktir doang, ngajak nongkrong doang, ngajak senang-senang doang, nggak masalah selama masih berteman."

Elegi yang pilu. Rasa tak nyaman menyerang Rigel. Pernyataan itu lagi. Meski demikian, dia berusaha menutupi perubahan rautnya.

Kejora tersenyum riang sambil menambahkan. "Toh, duit gue nggak habis buat jajan satu sekolah sekali pun."

"Barusan itu lo menyombongkan diri?"

"Emang!" tandas Kejora sambil menyeringai. Puas benar bisa balik menyerang cowok itu. Detik berikutnya dia sudah mempercepat langkah dan duduk di antara keempat redaktur Intensitas yang lain-jiper juga kalau harus menghadapi singa sendirian.

Rigel baru tiba di meja waktu pesanan teman-temannya tiba. Tangannya menenteng air mineral dan menolak memesan makanan.

"Gue nggak nerima sogokan dari calon narsum," katanya sambil menjatuhkan diri di bangku depan Kejora.

Kejora sendiri tampaknya tidak peduli karena asyik ngobrol soal make up dengan Vero. Mungkin besok Vero akan berubah jadi tante-tante. Mereka makan dengan heboh-kecuali Rigel tentu saja-diiringi gelak tawa. Entah apa pun yang dibicarakan.

Diam-diam, Rigel mulai memandangi satu-satunya pemandangan yang berada tepat di hadapannya. Mata sayu Kejora yang menyipit saat tertawa. Barisan gigi dengan lengkung bibir merah muda yang sempurna. Suaranya yang serak. Juga, anak rambutnya yang menjuntai dari ikatan asal karena kantin yang panas. Tubuh Rigel menegang. Dia tidak bisa bersuara atau bergerak. Bahkan tatapannya tidak bisa beranjak sama sekali.

Tepat saat itulah Kejora mendongak, dan tatapan mereka bertemu. Satu detik. Dua. Tiga. Waktu berjalan lambat dan sekeliling mereka seperti dibekukan. Perlahan, bibir Kejora membentuk senyuman dan Rigel rasanya ingin mati karena tidak bisa bernapas.

Deg! Hanya satu dentuman. Jantungnya menabuh begitu keras seperti genderang. Apa begini rasanya orang terkena serangan-apa Dio tadi bilang? Stroke? Stroke apa? Otaknya sama sekali tidak berfungsi. Star-stroke? Bukan, starstruck! Starstruck Syndrome!

Stroke Rigel langsung lenyap dan waktu bergerak kembali waktu suara Tama terdengar. "Jora, fans lo sama Lean pada patah hati dong begitu kalian jadian?"

oOo


---------------------------------

Daftar istilah:

Starstruck : terpesona oleh selebriti

-----------------------------------

Author :

Aku kehabisan kata sambutan. Ada saran?

Di part lanjutannya, kalian pengen Rigel sama Kejora diapain?

Ditunggu vote dan comment ya pemirsah semua. Semakin kalian aktif komen dan vote, semakin besar peluang kalian buat dapetin paket buku BWM2 dari Bentang Belia loh!

Boleh juga ajakin temen-temennya buat baca. Biar penulisnya semangat.


Sapa saya di IG&WP ayawidjaja


Love,

Aya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro