Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[4] Star Catcher

Hey, I just met you and this is crazy
But here's my number, so call me maybe
It's hard to look right at you baby
But here's my number, so call me maybe

(Call Me Maybe - Carly Rae Jepsen)

oOo

Hari Minggu pagi, pintu kamar Rigel digedor kencang. Rigel berusaha meredam bising dengan bantal dan selimut, tapi gedoran berlanjut. Sial, kenapa tidak seorang pun membiarkan hidupnya tenang meski sekolah libur.

Setengah tidur sambil berjalan sempoyongan, Rigel membuka pintu. Kakaknya, Caleya, muncul di balik pintu."Lo kemarin dari Persari ya?"

"Campursari?" Rigel menguap lebar.

"Persari!" Caleya mendorong Rigel masuk ke kamar. Dia ikut di tempat tidur adiknya yang berantakan. "Ada gosip apa?"

"Gosip apa sih?" Rigel mengucek matanya dengan sebal. Dia sudah berniat tidur lagi tapi Caleya malah membuka jendela dan gorden. Cahaya matahari pukul tujuh menerobos masuk. "Nggak tahu gue. Lagian gue ke sana nggak liputan gosip. Gue disuruh bikin profil sisi lain Kejora yang orang nggak tahu."

"Ya paling nggak laporan pandangan mata." Caleya berkeras. Duduk di sebelah adiknya sambil menarik bantal. "Lo lihat Kejora mesra-mesraan sama Lean atau apa gitu?"

Kening Rigel berkerut rapat. Kantuknya masih menggantung berat. "Lo lihat mata gue masih ngantuk?"

Bantal menghantam kepala Rigel. "Serius gue! Mau gue potong uang jajan lo?"

Rigel menggeram. Sifat galaknya langsung lenyap lawan Caleya. Potong uang saku adalah ancaman favorit kakaknya. "Nggak ada, Kak! Emang kenapa sih?"

"Katanya Kejora cinlok sama Lean. Lo tahu sesuatu?"

"Nggak." Timpukan bantal kembali diterima Rigel. "Sakit tahu, Kak!" Keluh Rigel sambil mengusap-usap kepala. "Lagian sejak kapan wartawan metropolitan, peduli gosip?"

Kakak Rigel bekerja di beritakan.com. Sebagai wartawan metropolitan, tugas liputannya pasti seputar info ibukota. Rigel gagal paham kenapa tiba-tiba Caleya tertarik pada gosip.

"Gue lagi piket. Reporter piket bisa ditugaskan untuk liputan lintas departemen. Redaktur showbiz sialan nyuruh gue ngeliput Kejora."

"Redaktur showbiz sialan itu maksud lo Bimo?" Lirik Rigel diiringi cekikikan. "Dia itu cari bahan obrolan doang. Sebenarnya dia naksir lo."

Caleya melayangkan pukulan bantal tanpa henti ke kepala Rigel. "Gue ampunin kalau lo buruan mandi dan temenin gue ke Persari. Sekarang!"

oOo

Persari memang lebih ramai dari kemarin. Parkiran di penuhi mobil-mobil berstiker stasiun televisi. Sedangkan wartawan cetak dan daring harus puas memakai kendaraan pribadi untuk liputan ke sana kemari.

"Gue di sini aja," kata Rigel setelah menurunkan Caleya dari boncengan. "Males gue dengerin orang nguber gosip. Lo aja sana liputan yang bagus, biar Bimo makin terpesona."

Caleya mengacung-acungkan helm siap melemparnya pada Rigel.

"Rumah ke sini jauh ya Kak, kalau gue gegar otak, lo pulang nyetir sendirian. Mau?"

"Kampret!" Setelah itu Caleya mengikat ekor kuda rambut yang panjang dan pergi.

Rigel duduk di bangku taman parkir, dekat sebuah pohon. Tangannya merogoh ponsel dari dalam kantong jaket. Karena diburu-buru Caleya, dia belum sempat mengecek pesan atau apapun dari ponselnya. Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Dikirim nyaris tengah malam. Siapapun dia, pasti kurang kerjaan.

Halo, ini rekaman wawancara lo tadi.

Pesan itu disertai sebuah file suara. Rigel langsung tahu siapa pemilik nomor itu. Dia pikir Kejora tidak akan mengirim rekaman wawancara ngaco itu. Apalagi dengan nomor pribadinya.

Bunyi klakson mobil membuat Rigel mendongak. Mirna turun dari mobil, menghampirinya. Dua tangannya digelayuti beberapa kantong plastik berisi sterofoam makanan. "Kamu yang kemarin kan? Siapa ... Ragil?"

"Rigel."

"Sori banget ya, soal kemarin. Kejora marah banget sama aku gara-gara itu. Ya udah, yuk masuk! Lo duluan aja, wartawan lain biar nanti. Kan, udah janjian dari kemarin."

"Loh?" Rigel bingung. Kenapa jadi 'yuk masuk'?

"Boleh tolong bantuin bawa ya?" Tanpa menunggu persetujuan Mirna langsung menaruh beberapa kantong di dekat Rigel lalu membimbing jalan.

"Gue nggak mau ketemu Kejora, Mbak!" Tampaknya kata-kata Rigel tidak terdengar oleh Mirna. "Mbak!"

Mirna sudah berjalan makin jauh. Tidak ada pilihan bagi Rigel selain menggotong berkantong-kantong plastik itu lalu mengejar Mirna. Mereka sengaja menghindari wartawan dengan melewati gang sempit yang mengarah pada rumah yang sama kemarin. Rigel baru sadar area ini memang dijadikan lokasi utama syuting Star's Fate sebagai rumah Kejora.

"Banyak banget nih, pesenan Kejora. Minta beliin buat kru juga, padahal udah ada katering. Kasian kata Kejora, biar pada semangat lemburnya." Mirna mengajak Rigel masuk lewat pintu belakang rumah. Di ruang tengah, dengan posisi kursi lipat yang sama, Kejora bergelung di sana. Sebuah buku telungkup di atas perutnya sementara matanya terpejam.

Rigel langsung lega. Aman. Paling tidak, dia tidak perlu emosi pagi-pagi.

"Malah tidur bocah. Maaf ya, kita belum pulang dari kemarin." Mirna mengambil alih kantong plastik dari tangan Rigel.

Rigel meneguk ludah. Lembur sampai pagi di akhir pekan? Pantas dia tidak punya teman. Buat apa banyak uang kalau tidak punya waktu menikmati hasilnya? Bahkan tidur dengan layak pun tidak.

Tanpa sadar, tatapan Rigel jatuh pada Kejora. Wajahnya terlihat damai. Napasnya naik turun teratur. Make up Kejora mulai luntur. Messy hair malah membuat kecantikannya natural. Eh, apa tadi? Kecantikan? Meski cuma dalam hati, Rigel buru-buru merevisi kata-katanya. Tampang Kejora yang biasanya mirip tante-tante, sekarang jadi agak mendingan.

Mirna mengulurkan tangan untuk membangunkan Kejora, tapi Rigel mencegah. Dengan senang hati Mirna menarik tangannya lagi karena sebenarnya dia sendiri tidak tega.

"Jangan marah sama Kejora. Kasihan dia harus—"

"Star!" Panggilan dari pintu depan memotong kalimat Mirna.

"Dia di sini," jawab Mirna sepelan mungkin supaya tidak menganggu tidur Kejora.

Langkah-langkah panjang tergesa menerobos masuk ke ruang tengah. Rigel dan Mirna sama-sama menoleh. Seorang wanita muncul di ambang pintu ruang tengah.

"Ada tamu rupanya." Ekspresi wanita itu berubah kaku.

"Rigel, ini Bu Vanya. Mamanya Kejora." Mirna buru-buru memperkenalkan mereka. "Ini Rigel, Bu. Reporter majalah sekolah Kejora."

"Halo, Rigel." Senyum langsung terbit di wajah Vanya mendengar kata reporter. Keduanya berjabat tangan. "Tante senang sekali majalah sekolah juga ikut meliput Kejora. Terima kasih, ya." Vanya lalu menghampiri Kejora yang tertidur pulas. Menepuk-nepuknya supaya bangun. Beberapa kali tepukan tidak cukup membangunkan Kejora dari tidur.

"Star, ada banyak wartawan di depan."

Kejora menggeliat. "Hmmm... ngantuk..." katanya setengah sadar. Suaranya yang memang serak, jadi makin serak. Kantung matanya membengkak. Jelas sekali dia kelelahan.

Sayangnya, Vanya tidak menyadari itu. Dia tetap membangunkan Kejora dan memintanya menemui wartawan. Kejora lantas duduk sambil mengumpulkan kesadaran. Dia menatap Rigel sambil mengucek mata. "Ma, aku mimpi disamperin reporter galak."

"Hah? Reporter mana itu?" tanya Vanya dengan bingung.

"Harusnya dia jadi reporter National Geographic saja. Wawancara sama singa Afrika," ceracau Kejora tak jelas. Matanya masih mengerjap-ngerjap. Kantuk masih mendominasi.

Merasa bahwa yang dimaksud Kejora adalah dirinya, Rigel berdehem. Sial. Baru bangun saja, cewek ini sudah rese.

"Itu emang Rigel, Jora." Mirna menengahi. Menahan tawa.

Kejora menatap Rigel lagi. Tangannya mengucek mata, memastikan ini bukan mimpi. Wajahnya langsung memerah karena malu. "Hai, udah kelar PMS lo?" Kejora menyeringai. Masih tampil berani karena ada Mama dan manajernya. Kalau tidak, dia pasti memilih minta maaf dan kabur jauh-jauh.

Wajah Rigel langsung masam. Dia tidak sempat menyahut karena Vanya sudah membawa Kejora untuk mencari penata rias sebelum menemui wartawan. Rigel menatapi dua orang itu. Mama Kejora benar-benar ratu tega dan Kejora ... anehnya Rigel merasa iba.

oOo

Rigel kembali ke parkiran setelah Kejora pergi bersama Mamanya. Caleya muncul dua jam kemudian. Headset terpasang di telinga Caleya, sementara tangannya sibuk mengetik transkrip wawancara.

"Mereka itu beneran pacaran?" tanya Caleya setelah selesai mengirim surel pada Bimo.

Rigel mengendikkan bahu sambil mengenakan jaket dan helm.

"Kok nggak tahu terus! Lo kan satu sekolah sama dia," cecar Caleya. "Apatis lo!"

"Bodo amat, Kak. Lo sendiri yang ngajarin, nggak seharusnya kehidupan pribadi jadi konsumsi publik."

"Tapi gue lagi bikin beritanya, harusnya lo cari tahu!"

Rigel memilih diam. Mood Caleya sering kacau kalau diminta liputan showbiz. Rigel sudah siap jalan tapi Caleya tidak juga memasang helm. Dia malah berceloteh lebih lanjut.

"Heran gue, nggak ada chemistry-nya sama sekali. Yang pacaran siapa, yang heboh jawab pertanyaan emaknya. Anaknya diem aja."

"Lo mau balik nggak, Kak?"

"Diem dulu! Gue lagi cerita!" Gerutu Caleya sambil membuka kaca helm Rigel. "Masa nggak ada yang nanya tiba-tiba emaknya Kejora nyahut, 'Kalau saya setuju saja. Lean baik blablabla ...'" Caleya tergelak dengan cara yang miris. "Udah kayak mau dikawinin bulan depan aja. Padahal ... haloooo ... itu anaknya SMA aja belum lulus. Suka heran gue—"

"Biarin sih, kawinannya juga nggak minta duit lo," sahut Rigel kesal. Ini salah satu efek samping Caleya setelah liputan gosip selebriti. Gerutuan Caleya bisa tujuh hari tujuh malam dan Rigel tidak tahan.

"Ketus banget lo! Lo naksir Kejora? Kasih tak sampai?" serang Caleya galak. Dia jengkel setengah mati karena Rigel tidak antusias mendengar ceritanya.

"Gue? Naksir si Tante?" Rigel mencebik. Dia naik ke motor dan menyalakan mesin. Bersiap meninggalkan Caleya. "Kalau gitu gue sumpahin lo naksir Bimo."

Caleya memukul helm Rigel sambil menyusul duduk di boncengan. "Kualat lo!"

oOo


---------------------------

Daftar Istilah 

Berita showbiz : berita tentang industri hiburan, artis, musik, film, dll yang biasanya diidentikkan dengan berita gosip atau kehidupan pribadi para public figure.

Berita metro/metropolitan : berita atau informasi terkini seputar informasi ibukota. 

---------------------------

Author :

Halo ...

Menurut kalian, visual tokoh penting nggak? Kalau iya, visual siapa duluan yang paling ingin kalian ketahui.

Minggu depan, mau trivia atau lanjut bab aja?

Aku suka celetukan kalian di kolom komentar. Seringkali bikin aku ketawa (yang nulis siapa, yang terhibur siapa), kadang aku jadi tahu kelemahanku, beberapa kali kalian membantu menemukan typo, adakalanya kalian mengajariku, seringkali aku disemangati, dan acapkali aku menemukan inspirasi. Aku senang membacanya. Nggak peduli itu pujian atau cacian. Aku membaca satu persatu komentar kalian, meski kadang aku speechless mau balas apa karena kebanyakan ketawa, merenung, atau apapun alasannya. Terima kasih semuanya. Tanpa kalian, cerita ini tidak akan pernah nyata.

Masih ditunggu vote, komen, dan share juga ke teman-temannya. 

Find my personal Wattpad & Instagram [at]ayawidjaja

Happy weekend. See you next lovely Monday.


Love,

Aya


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro