Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[35] Star in Your Eyes

I'm holding on

Why is everything so heavy?

Holding on

So much more than I can carry

I keep dragging around what's bringing me down

If I just let go, I'd be set free

(Heavy—Linkin Park ft Kiiara)

oOo

"Lo ngasih apaan tadi, Rig?" tanya Zinka sambil tersenyum-senyum iseng, padahal dalam hati dia benar-benar tidak ingin tersenyum sedikit pun. Terutama ketika melihat Rigel menahan Kejora agar tidak jatuh. Rigel menyangga ransel Kejora dengan ekspresi khawatir. Zinka tidak pernah melihat Rigel sepanik itu hanya karena kecelakan kecil.

"Kertas bekas gue beli gorengan," jawab Rigel sambil cengengesan. Dengan tak acuh dia masuk ke kelas.

Jawaban asal yang tidak pernah dianggap bercandaan oleh Zinka. Dia tahu seganas apapun Rigel, itu jelas bukan kertas bekas gorengan. Zinka melihat sudut-sudut runcing terbentuk di sisi kertas yang diberikan cowok itu.

Saat itu, perasaannya jadi aneh. Anomali hatinya tidak berhenti di situ. Berlanjut saat Rigel lebih memilih menemani Kejora daripada pulang bersama dengannya, Rigel menolak Kejora ditemani orang lain untuk mengantarnya mencari kebutuhan Festival Bahasa, dan terakhir Rigel yang terpaku menatap Kejora yang merias wajahnya.

Ketika semua orang sibuk dengan persiapan pentas, Zinka menatap pemandangan itu. Anomali hatinya tergores luka. Dan saat itulah dia mulai menyusun rencana. Karena mempermalukan Kejora di atas panggung gagal, Zinka membuat group chat yang terdiri dari mereka yang memuja Rigel. Awalnya dia hanya ingin berbagi rasa yang terpendam. Hingga semuanya berubah jadi kebencian dan keinginan untuk memiliki itu lebih besar.

"Apa ini Zinka? JAWAB!" Rigel mengulang pertanyaannya. Menyeret paksa Zinka sadar dari lamunan.

"Rigel, itu cuma iseng ..."

"Iseng? Iseng lo dengan cara seperti ini?" Rigel menunjuk layar ponsel Zinka yang menunjukkan sebuah grup bernama 'Pagan Pemuja Bintang'. "Sadar nggak, lo udah bikin Kejora jadi sasaran kemarahan netizen?"

"Sadar nggak lo bahwa gue udah lama suka sama lo!"

Geraham Rigel terasa kaku. Kemarahannya membatu dan otaknya buntu. "Perasaan suka yang bikin lo menyakiti orang lain? Ini kriminal, Zinka. Cyber bullying yang nyeret Kejora dalam masalah sebenarnya! Kejora nggak nyakitin siapa-siapa karena second account-nya, tapi lo?!" Rigel memicing keji. "Gue nggak nyangka lo setega dan segila ini!"

"Gue nggak bakal nyakiti dia, kalau sejak awal lo sadar."

"Sadar apa? Gue anggep lo sebagai keluarga gue sendiri, Zinka. Nyokap bokap lo udah kayak pengganti orangtua gue! Bagaimana mungkin lo jadi dalang dibalik semua ini?"

"Justru karena lo deket sama orangtua gue, seharusnya lebih mudah buat kita sama-sama. Lo nggak bisa ngelaporin gue karena masalah ini Rigel. NGGAK BISA!" Zinka menggeleng-geleng marah, tapi juga ketakutan. Dia sudah diperingati soal tuntutan, tapi kemarahan dan rasa cemburu menggelapkan matanya. Awalnya tidak peduli, tapi begitu Rigel yang mengatakan betapa serius masalah ini, Zinka langsung gemetaran.

Akun-akun gosip social media itu begitu rakus melahap info Zinka tanpa perlu cross check ulang. Tidak mau kalah, media massa, TV, cetak dan digital ikut memanaskan berita itu. Showbiz memang bukan berita kebanyakan. Sensasi lebih dikedepankan. Kecepatan lebih diandalkan daripada ketepatan.

"Gue berjuang buat dapetin rasa sayang lo!" mata Zinka mulai memerah.

"Gue juga bakal berjuang buat orang yang gue sayang. Tapi bukan lo!"

Rasanya menyakitkan, terlambat sadar bahwa kita menyukai seseorang. Lebih terlambat untuk berjuang, karena rasa sayangnya sudah dimiliki orang.

oOo

Firnandi memarkir mobil di halaman rumahnya. Dia tidak langsung turun tapi mengamati anak gadisnya yang sejak tadi membisu. Kejora memintanya menjemput ke sekolah. Sesuatu yang tidak pernah diminta Kejora sejak mereka terpisah.

Tidak peduli dengan klien besar yang harus dijamunya sore ini, Firnandi langsung melajukan mobil ke SMA Wasesa. "Papa senang kamu minta jemput."

Kejora mengangguk tapi tidak sanggup menatap papanya. "Boleh nggak Pa, sementara waktu aku tinggal di sini?"

Firnandi mengerutkan kening. "Tentu saja, Sayang." Firnandi mengusap kepala Kejora. "Aku senang kamu di sini, tapi tidak tenang kalau kamu diam terus begini. Jadi sekarang, Papa harus pura-pura tidak tahu atau boleh bertanya ada apa?"

Kejora menarik napas dan jeda cukup lama. "Kenapa Papa memberiku nama Nirmana?"

Papa menggusah napas. Dia ingat percakapan yang sama dengan putrinya bertahun-tahun silam. Percakapan yang membuat Kejora menangis dan membentangkan jarak tak kasat mata. "Karena kehadiran kamu memberi banyak arti bagi Papa dan Mama. Kami dijodohkan dan tidak saling mencintai. Tapi, kehadiran kamu membuat kami yang tak berarti menjadi komposisi yang manis dalam keluarga ini, Kejora."

"Lalu kenapa Mama dan Papa berpisah?" Kejora menggigit bibir bagian dalam. Menahan air mata yang ingin tumpah. Luka lama yang enggan musnah.

"Karena ternyata semua yang Papa lakukan tidak berarti untuk Mama." Firnandi menerawang jauh. Tidak peduli sekeras apapun dia berusaha atau sebanyak apapun materi yang dia berikan supaya Kejora tidak perlu bekerja dan menikmati masa kecilnya, Vanya tetap keras kepala. Setelah materi, Vanya juga menginginkan ketenaran.

Kejora menangis. Papa tercengang melihat putrinya. Dia meraih bahu Kejora dan memeluknya erat. Tiba-tiba dia takut sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Maaf, aku harus memilih satu diantara kalian." Kejora membekap tangisnya di bahu Papa. Dia terisak kencang. Entah kapan terakhir kalinya dia memeluk Papa seerat ini dan rasanya menenangkan. "Aku pikir, Papa tidak menginginkanku. Rigel memberitahuku soal Nirmana dan ..." kalimat itu diselesaikan Kejora dengan tangis sesal.

Sebulir air mata jatuh ke pipi Firnandi. "Nirmana menyatukan yang tidak bermakna menjadi komposisi harmonis, Sayang. Seperti kamu untuk Papa. Aku kecewa kamu tidak memilih Papa, tapi aku senang kalau kamu lebih bahagia sama Mama."

"Aku merindukan Papa. Sangat-sangat merindukan Papa." Kali ini Kejora benar-benar terisak. Hatinya seperti dihajar puluhan godam yang membuatnya remuk redam.

Dada Firnandi terasa sesak oleh rasa haru atas pengakuan putrinya. Tapi di sisi lain dia bertanya-tanya, kenapa Kejora menangis. "Apa Mama memperlakukanmu dengan baik?"

Tangis Kejora makin keras. Sangat keras. Dia kehilangan kata. Ketika akhirnya bisa menguasai diri, dia menjawab, "Ya, Mama sangat baik, Pa. Aku baik-baik saja."

Dan saat itulah Firnandi tahu bahwa putrinya tidak baik-baik saja.

oOo

Kejora bermalas-malasan di ruang keluarga. Tidak menyalakan televisi dan ponselnya sengaja dibiarkan mati. Berkantong-kantong kudapan menemani harinya yang sepi. Dia lelah dicari. Mama, Lean, Mirna dan Rigel Keviar Adyasta. Nama terakhir masih tidak bisa diterima oleh otaknya bahwa cowok itu begitu tega padanya. Apa salahnya?

"Kamu nggak sekolah?" Firnandi membetulkan kancing lengan kemejanya.

"UAS-nya udah kelar. Papa mau kerja?" Tiba-tiba Kejora diliputi rasa takut sendirian di rumah. Takut Mama atau siapapun datang dan membawanya menghadapi dunia yang tidak ingin dilihatnya sekarang. "Aku boleh ikut, Pa?" Kejora merajuk manja tapi sorot matanya tidak bisa berbohong bahwa dia terluka.

Firnandi menjatuhkan diri di sofa sebelah putrinya. Gelagat aneh Kejora sudah tampak dari kemarin, tapi dia masih bungkam. Firnandi meraih remote televisi. Berharap infotaintment pagi memberitahunya soal apa yang terjadi. "Kamu tahu, ini cara Papa untuk tahu kabarmu selama ini."

Kejora tercengang menatap mata Papanya yang sendu. Kenapa rasanya menyakitkan? Kenapa Papa tidak bertanya padanya langsung? Tiba-tiba Kejora teringat telepon Papa yang sering tak terjawab karena kesibukannya, pesan Papa yang tertimbun dengan ratusan pesan lain, juga jadwal kunjungan yang dulu disepakati di awal perceraian orang tua yang semakin sering diabaikannya. Dan benar, televisi yang menyala membicarakan Kejora.

"Ya, sudahlah. Papa ambil cuti saja." Hanya sepotong berita dan Firnandi langsung tahu lebih baik mematikan televisi. "Sudah lama banget kan, nggak menghabiskan waktu sama kamu." Didekapnya Kejora erat-erat sambil menyusut air mata dalam diam. Ini kesalahanku. Kegagalanku. Akan kuperbaiki sebisaku, Star.

oOo

https://youtu.be/wwXh368iXSI

So are you done with me?

And if you won't you just let me be

I try to understand your reasons for leaving

I cannot believe it

(Are You Done With Me—Delain)

oOo

Kejora enggan keluar rumah. Dia tidak ingin bertemu siapapun. Jadi dia dan Papa punya waktu seharian untuk menonton film, mengobrol, makan, berenang di halaman belakang, dan sekarang mereka sedang mempersiapkan barbeque.

Firnandi seolah berusaha keras mengembalikan waktu. Memperlakukan Kejora seperti putri kecilnya. Sedangkan Kejora, berusaha keras untuk tidak memikirkan masalahnya. Sehari ini saja, biarkan dia bersenang-senang seperti anak lainnya. Setelah hari ini, dia akan kembali menjadi Kejora yang dulu. Dia janji. Tidak akan menjadi pemberontak lagi.

Kejora sedang memotong paprika di halaman belakang, ketika bel rumah berbunyi.

"Barbeque-an berdua aja mana seru," kata Papa waktu dia kembali dari ruang tamu. "Jadi, Papa ajak yang lain deh!"

Kejora menoleh dan mendapati seseorang yang paling tidak ingin ditemuinya. Energinya untuk bersikap baik-baik saja langsung tersedot habis.

"Hai!" Rigel tersenyum tipis. Rasanya lega bisa melihat Kejora yang menghilang ada di hadapannya dan cewek itu baik-baik saja. "Apa kabar?"

Paprika di tangan Kejora menggelinding jatuh, tapi tidak dengan pisaunya. Ditatapnya Rigel dengan tangan gemetar. Langkahnya yang gontai bergerak mendekati cowok yang berdiri di ambang pintu itu. "Gue nggak baik-baik aja, kalau itu yang pingin lo tahu!"

Firnandi yang berdiri di belakang Rigel, tertegun.

Rigel mencekal lengan Kejora supaya tenang. "Bukan gue yang nyebarin akun lo."

Keduanya bertatapan lekat. Rigel bisa melihat mata Kejora yang cekung karena kurang tidur dan kebanyakan menangis. Sedangkan Kejora, dia bisa melihat wajah Rigel yang lebam. Keduanya sama-sama tahu, tidak ada yang baik-baik saja di antara mereka. Tapi keduanya berkeras membisu, menahan diri untuk tidak mencari tahu.

"Lo pernah memanipulasi gue sekali. Nggak aneh kalau sekarang terjadi lagi!"

"Tatap mata gue dan bilang lo nggak percaya sama gue!" Rigel tahu pertanyaannya bodoh. Dia pernah menguji teori itu sekali dan tidak berguna bagi artis sekelas Kejora.

"Gue nggak percaya sama lo! Lo deketin gue, biar bisa menikam gue lebih dalam!"

Rigel menarik tangan Kejora yang memegang pisau dan menempelkan ujung benda tajam itu ke dadanya. "Kalau begitu, tikam gue sekarang biar kita impas!"

"STAR! RIGEL!" teriak Firnandi. Perdebatan ini mulai mengerikan.

"PAPA SURUH DIA PERGI!" Kejora memberontak lepas dari cengkeraman Rigel.

oOo

Kejora menghambur ke pelukan Papanya begitu Rigel pergi. Dia menangis tersedu. Rasa sakit ini bertambah nyata. Melupakan tidak pernah semudah membalikkan tangan.

"Star, apa kamu yakin Rigel melakukan ini sama kamu?" Firnandi mengusap bahu putrinya yang terisak. "Kenapa nggak coba mendengar penjelasannya?"

"Aku nggak peduli dia atau bukan yang menyebarkan akun itu. Biar saja akun itu dibongkar supaya orang tahu bahwa orang yang tertawa tidak berarti tidak pernah terluka." Kejora menahan isak supaya kalimatnya tetap berlanjut. "Kami nggak bisa bersama. Kebersamaan kami membuat Mama kecewa, Lean terluka, Kakak Rigel tak suka, dan anak-anak asuhku butuh biaya. Aku harus memperbaiki kesalahan dan bertanggung jawab atas kekacauan yang kubuat."

"Kejora, kamu nggak harus bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain!"

"Dan Rigel ..." Kejora menelan rasa pahit yang muncul ketika menyebut nama itu. "Rigel bukan public figure tapi terseret hujatan karena aku. Nggak ada yang boleh terluka karena Kejora Astarea. Aku nggak bisa melukai dia lebih dari ini, Pa." Isak Kejora tidak terbendung. "Rigel akan baik-baik saja."

"Bukan dia, tapi kamu." Firnandi mendesah. "Apa kamu baik-baik saja?"

Kejora hanya bisa menjawabnya dengan tangisan. Patah hati ini begitu dalam. "Seandainya bisa, aku cukup menjadi nirmana di rasi Orion saja, karena ada Rigel di sana."

Yang keduanya tidak tahu, Rigel masih berdiri di balik pintu ruang tengah. Dia salah memilih pintu keluar dan masih terjebak di dalam. Sekarang dia tahu bahwa pengorbanan untuk orang yang disayang itu nyata.

Lo nipu gue, Kejora. Lihat apa yang bakal gue lakukan. Lihat saja!

oOo

______________________

Fun Fact about Starstruck Syndrome

Naming selalu jadi masalah tersendiri buatku kalau nulis cerita. Bisa stuck seharian cuma gara-gara satu nama tokoh. Kayaknya nggak move on dari nama SMA Wasesa (dan SMA Kama) setiap bikin cerita. Wkwkwk ... Wasesa diambil dari kata 'wasis' dalam bahasa Jawa yang artinya pintar. Kata ini kutemukan waktu nonton teater sama pelatihku, sayangnya aku lupa judul naskahnya.

In fact, tokoh inspirasi Kejora maupun Rigel sekolah di sekolah negeri, bukan swasta.

Nama grup 'Pagan Pemuja Bintang' diambil dari istilah temanku untuk menyebut kasus yang menimpa dirinya dalam sebuah kompetisi. Bintang merujuk pada 'vote' yang dalam platform tersebut bisa kasih rate 1-5 bintang. Pertemanan baik sesama peserta rusak hanya voting. Aku udah ijin khusus sama dia pakai istilah ini dan pas dia baca Starstruck Syndrome, dia ngakak. Kinda reminder buatku, bahwa popularitas bukan segalanya. Cukup lakukan yang terbaik dan jaga sportifitas, apapun kompetisinya.

In fact, 'Bintang' dalam grup chat cerita ini merujuk pada 'Rigel' yang merupakan bintang paling terang di rasi Orion.

Berfaedah nggak fun fact-nya? Apaan lagi dong. Wkwk

_____________________

Author

Selamat hari Senin! Selamat 1 Ramadhan! Selamat berpuasa bagi yang menjalankan.

Apa yang terjadi ketika baper dan laper diaduk jadi satu?

Ketebak nggak ending-nya gimana? Kalian maunya happy, sad atau open?

Jangan lupa dengerin mulmed karena aku lagi ngeracunin selera musik kalian hahahah ... BTW, part ini panjang banget. Say thanks sama Kak @Arumi_e karena beliau minta pemangkasan cliff hangernya maju ke halaman berikutnya. (Padahal biar lebih gantung:D)

GIVEAWAY PART 30 POSTING SUKA-SUKA BERHADIAH VOUCHER BUKU masih berlangsung sampai hari Minggu. Pastikan Starstruck Syndrome lolos ya!

Pasang trailer lagi ah, kiss kiss @blck_Candy

https://youtu.be/hn4kMf1WKfM

Love,

Bukan Aya JKT48

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro