[29] The Lost Starlight
Oh, I hope some day I'll make it out of here
Even if it takes all night or a hundred years
Need a place to hide, but I can't find one near
Wanna feel alive, outside I can fight my fear
Isn't it lovely, all alone?
Heart made of glass, my mind of stone
Tear me to pieces, skin to bone
Hello, welcome home
(Lovely—Billie Eilish, Khalid)
oOo
Rigel menatapi pesan Kejora yang sudah dibukanya berjam-jam yang lalu. Bolak-balik dia mengetik dan menghapus berulang. Kata-kata Vanya bergaung di benaknya sementara pesan itu berisi sebuah kata sandi.
Kejora : ID bintangbintangtakbermakna. Password 'setmefree'. Mungkin lo butuh ini. Tempat berbagi dalam sunyi, tanpa menyakiti.
Rigel tersenyum sinis. Tiba-tiba teringat bahwa Kejora lebih suka membagi luka dengan dunia maya yang tidak mengenal dan tidak memberinya apa-apa, dibanding berbagi dengan Rigel? Kenyataan itu tiba-tiba menikamnya. Jadi, selama ini Kejora tidak menganggapnya ada? Tiba-tiba, Rigel merasa marah. Sangat marah bahkan.
"Jadi, lo udah menyerah bersembunyi?" Tanpa terdengar jejaknya yang mendekat, Caleya sudah berdiri di samping Rigel, di sisi sofa ruang keluarga. Tangannya mengacungkan layar ponsel yang menampakkan foto Rigel bersama Kejora—juga Higa yang blur wajahnya.
Rigel menoleh. Kakaknya tidak ekspresif seperti biasanya. Caleya bertanya dengan tenang, bahkan cenderung dingin. Tapi justru itulah yang membuat Rigel antipati.
"Apa yang lo rencanakan sebenarnya?"
Rigel menggeleng. Dia tidak berbohong. Tidak ada rencana apapun di kepalanya. Bahkan ketika tahu Kejora tidak mempercayainya, Rigel cuma bisa marah dan kecewa.
"Lo lupa?"
"Justru karena gue inget!" Rigel mengatupkan rahang. "Jangan sampai dia seperti orangtua kita. Jangan ada lagi yang dikorbankan karena fakta yang tidak diungkap."
"Itu risiko pekerjaan dia, Rigel. Kamu tidak berhak—"
"Dia tidak tahu apa-apa soal pekerjaan, Kak. Dia cuma tidak tahu cara membuat orang lain bahagia, selain dengan mengorbankan dirinya sendiri."
"Dan lo percaya? Dunia mereka berbeda dengan kita. Mungkin dia mau setingan baru, topik orang ketiga lumayan menarik media. Atau mungkin dia cuma bosan, dan ingin mencoba menjadi jelata, tapi setelah itu?" Caleya mengedikkan bahu. Bibirnya mencebik prihatin. "Rigel," Caleya menyentuh bahu adiknya lembut, "lo suka Kejora?"
Tiba-tiba lidah Rigel terasa pahit. Perutnya tegang oleh antisipasi pertanyaan selanjutnya.
Caleya duduk di sebelah adiknya. "Apa dia punya perasaan yang sama?"
Rigel menatap kakaknya ragu. Pertanyaan yang tidak pernah Rigel pikirkan. Hanya karena Kejora sering bersamanya, tidak berarti perasaan mereka sama. Hanya karena Kejora menyukai tawanya, tidak berarti cinta. Maka dari itu, Kejora tidak mempercayainya sebagai tempat berbagi. Kejora lebih suka bicara pada dunia maya. Kejora tidak percaya padanya, Vanya menyuruhnya mundur, dan sekarang Caleya membuka matanya. Cinta mungkin sudah membutakaannya, tapi tiga lawan satu, apa dia masih ingin menutup mata?
oOo
Kejora berkemas cepat. Dia sedang berada di ruang ganti setelah menjadi bintang tamu acara talkshow bersama Lean. Pemberitaan pihak ketiga membuatnya kebanjiran tawaran bintang tamu talkshow. Dia harus bercerita tentang kebohongannya lagi, lagi dan lagi. Lalu memamerkan hubungan konyolnya dengan Lean berulang kali. Dia muak, dia jengah dan Rigel yang tidak membalas pesannya. Hal terakhir membuatnya kacau.
"Buru-buru banget," tegur Vanya. Belakangan dia jadi sering menemani Kejora syuting.
"Mama duluan aja. Aku pulang sama Abang, ya?"
Vanya tersenyum senang. "Kalian mau jalan?"
"Urusan anak muda, Ma." Kejora beralasan.
Vanya mengangkat tangan dengan puas. Mengambil handbag-nya dari atas meja dan pergi. Kejora mengempaskan napas. Dia tidak berbohong tapi jantungnya berdebar kencang.
"Kok masih di sini?" Lean masuk ke ruang ganti sambil mencopoti transmitter dan clip on yang terpasang di kemejanya. "Gue lihat Tante turun lift tadi."
"Mau bareng sama Abang."
"Hmm?" Lean mengernyitkan kening. Takut salah dengar.
"Anterin gue ke suatu tempat, Bang. Please."
Lean mengendurkan kerah kemejanya. Menekuk punggungnya hingga kepalanya berada di sebelah Kejora dan berbisik. "Jangan bilang mau ketemu cowok itu?"
Kejora menggigit bibir. Bahkan ibunya tidak tahu gelagat ini, tapi kenapa Lean mudah menebak? Mungkin karena mereka lebih sering bersama. Kejora semakin yakin bahwa Lean memang suporter yang tepat dalam hubungan backstreet-nya. "Boleh ya, Bang. Abang sendiri yang waktu itu bilang, gue boleh suka siapa pun asal orang tahunya sama lo."
Lean menjatuhkan diri ke kursi di sebelah Kejora. "Keadaan sudah berubah Kejora." Ditariknya napas sambil memastikan ruang ganti sepi. "Semua orang tahu lo jalan sama dia. Kita cuma bisa meredamnya sementara waktu. Sekali lagi berita ini terungkap, kita nggak bisa apa-apa lagi, kecuali gue mau dicap sebagai cowok dungu yang membiarkan ceweknya digandeng cowok lain."
Mata Kejora memicing lalu mengerjap. "Apa maksud lo, bang?"
"Kalau begini keadaannya," Lean mengerutkan bibir, menimbang. "Gue rela mengkhianati perasaan gue."
"Mengkhianati a-pa?" Kening Kejora berlipat. Benar-benar kebingungan.
"Karir kita harus tetap di atas angin, Kejora. Nggak peduli harus pura-pura pacaran terus atau sampai nikah sekalian sama lo. Kita sama-sama melakukan ini buat keluarga."
Kejora terbelalak. Tanpa memberi jeda cewek itu memberontak, Lean menggamit Kejora keluar ruangan dengan mesra. Cowok itu memasang senyum paling menawan setiap kali bersisihan dengan semua orang. Dan saat itu juga, Kejora sadar bahwa dia telah kalah. Mama menentangnya, Lean berhenti mendukungnya dan Rigel yang diharapkannya menghilang begitu saja. Tidak ada lagi harapan tersisa. Jadi, inikah saatnya Kejora juga menyerah?
oOo
[Pagan Pemuja Bintang]
Soobin's Wife : Bukannya membebaskan Rigel dari segala tuduhan, bongkar identitas Rigel malah bikin ayang Igel dibully!
Manu Rios 4eva : Sosmednya Rigel diserang netizen, @Aztec!
Ji-Hyo : Gara-gara lo nih @Aztec! Ide lo gagal total! Rigel makin teraniaya!
Aztec : Kalian semua nyalahin gue! Sekarang kalian sendiri udah usaha apa buat dia?
Queen B: Emang bongkar identitas Rigel lo sebut usaha? Usaha itu kalau lo ngomong sama dia kalau lo udah lama suka! Bukan diem-diem aja, terus bikin grup unfaedah kayak gini!
LatteLove: Sabar gengs, sabar. Jadi gimana kita sekarang?
oOo
Sejak hari itu, Kejora dan Rigel sama-sama memutuskan komunikasi. Tidak ada lagi pesan, telpon, atau berbalas komentar di social media. Parahnya, cuti dua minggu Kejora tiba dan itu menjadi kutukan bagi dua orang yang terpaksa menyerah pada keadaan.
Keduanya saling bertemu di upacara hari Senin. Masing-masing berada di barisan kelasnya. Kejora berpura-pura mengobrol atau tertawa bersama teman-temannya sebelum upacara dimulai. Rigel mencuri pandang selama upacara berlangsung. Dan ketika upacara berakhir, semua orang bergegas pergi dari lapangan. Tapi tidak keduanya. Mereka saling memandang, tapi tidak ada yang dikatakan.
"Rigel, buruan! Ulangan Bahasa Jepang jam pertama!" Zinka meneriaki Rigel.
"Kejora, beli minum di kantin dulu, yuk! Bu Padmi kan orangnya selow." Seorang cewek bertubuh gempal menarik lengan Kejora dan demikian pertemuan itu berakhir.
Saat jam istirahat berlangsung, keduanya bersimpangan. Tidak saling menyapa. Tidak saling melihat seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Kejora menggigiti bibir bagian dalamnya hingga perih. Rigel mengepalkan buku-buku jarinya hingga memucat.
Perlahan, keduanya sama-sama yakin. Mereka tidak menginginkan satu sama lain. Keduanya sama-sama tahu bahwa mereka harus belajar melupakan. Setumpuk buku dan ratusan soal selama ujian semester bekerja sebagai pelarian yang baik.
"Lo sama Kejora kenapa, deh?" tanya Tama mencium aroma gosip yang sedap waktu mereka iseng duduk-duduk di kantor redaksi Intensitas.
"Tama!" mata Vero menyipit sengit. Tama sudah janji tidak bergosip, tapi kumat lagi.
"Iya, darling. Maap darling. Nggak lagi-lagi nanyain gosip!" Tama langsung bungkam.
"Cuma segitu doang nyali lo sebagai orang ketiga? Cinta lo kalah sama netizen." Dio menyahuti sambil menyuapkan sepotong cokelat untuk Lita.
Anehnya, Lita mau saja membuka mulut. Tapi begitu, semua mata melotot syok, Lita langsung sadar. Dia sudah khilaf. Buru-buru dia mengalihkan perhatian dengan tudingan, "Heran gue, tiga redaktur cowok Intensitas nggak ada yang beres otaknya!"
Kepura-puraan Rigel dan Kejora tidak bisa bertahan lama. Ketika keduanya sama-sama tidak bisa berlagak baik-baik saja, mereka berlari ke greenhouse. Kejora terisak sambil memeluk lutut di balik pintu greenhouse. Rigel duduk di sisi luar pintu, menekuk lutut dengan buku dipangkuan yang tidak pernah terbaca.
Jika saja salah satu dari mereka mau berdiri atau mendongakkan kepala, maka mereka akan melihat satu sama lain. Dinding berpatri setengah kaca itu tak kasat mata. Seolah bisa ditembus, padahal merentangkan jarak. Ini pilihan mereka, tapi kenapa rasanya begitu sesak?
oOo
__________
Daftar Istilah
Transmiter alat pemancar suara yang merupakan satu rangkaian dengan clip on (microphone kecil). Biasanya dipasangkan di baju talent supaya saat ngobrol tidak perlu pegang microphone.
_______________
Pengumuman GIVEAWAY part 19
Selamat ya, kamu dapat voucher belanja buku sebesar 50rb. DM alamat kamu ke personal account WP @ayawidjaja . Ditunggu sampai hari Selasa, 23 April 2019 pukul 21.00
Masih ada 3 voucher belanja buku lagi, kalian pingin aku bikin GIVEAWAY lagi nggak? Kayaknya pada nggak doyan GA, lebih doyan DM-an ama Rigel :D
_______________
Author
Mari mengawali minggu dengan kegalauan. Kadang, kegalauan diperlukan untuk kesehatan mental. Bahagia terus-menerus atau ketawa-ketawa saja bisa bikin kalian gila dan mati rasa (percayalah aku pernah mengalaminya).
Karena kita tidak akan tahu apa yang kita miliki sebelum kita kehilangan. Rigel dan Kejora berdua perlu ujian untuk tahu berartinya kehadiran masing-masing. Dan Lean? Kulambungkan kalian sebelum kujatuhkan BUHAHAHAHA... #authorlagipengenjahat
Udah pada kebayang belum oknum grup 'Pagan Pemuja Bintang' ini maunya apa? (dalam cerita ini ya, bukan dalam RL. Yang di RL udah penuh, btw)
Terima kasih atas dukungannya sehingga Starstruck Syndrome lolos lagi. Terima kasih juga buat Sobat Penulis, Kak @Arumi_e yang sabar menghadapiku. Terus dukung cerita ini, share sama teman supaya makin banyak yang baca jadi kalian nggak galau sendirian. Vote dan komennya terus ditunggu.
Love,
Aya udah bisa makan cilok lagi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro