[28] Staring at the Star
Goodbye, my almost lover
Goodbye, my hopeless dream
I'm trying not to think about you
Can't you just let me be?
So long, my luckless romance
My back is turned on you
Should've known you'd bring me heartache
Almost lovers always do
(Almost Lover-A Fine Frenzy)
oOo
Vanya menjatuhkan setumpuk tabloid, koran pagi, juga tablet di atas meja makan. Tepat di hadapan Kejora yang sedang mengunyah roti gandum rendah kalori. Wanita itu berulang kali menarik dan mengembuskan napas. Tangannya berlipat di dada, geram tapi juga tak tega.
"Ada apa, Ma?" tanya Kejora sambil meneguk susu yang juga rendah kalori.
"Selesaikan sarapanmu lalu lihat sendiri." Vanya duduk menahan gusar.
Kejora berusaha melahap makanannya lagi. Tapi melihat mamanya resah, dia lalu meletakkan rotinya. Meneguk air putih dan meraih tumpukan yang tadi dijatuhkan Vanya. Tidak perlu membaca, Kejora langsung tahu begitu melihat foto-fotonya terpampang bersama Rigel dan Higa yang diburamkan wajahnya. Isu orang ketiga selalu jadi santapan lezat.
Headline yang ditulis pun beragam. Keraguan bahwa keduanya cuma berteman, kecaman pihak ketiga, dukungan moral untuk Lean yang dikhianati, Kejora yang bermain hati, Lean yang terlalu percaya pada Kejora, Rigel yang tidak tahu diri. Sampai isu bahwa Higa adalah anak Kejora dan Rigel. Ini sudah kelewatan dan tidak masuk akal!
"Ma, aku ..."
"Apa yang sebenarnya kamu lakukan di belakang Mama, Star?" tanya Mama dingin.
"Nggak ada, Ma." Kejora menautkan jemari. Tertunduk untuk menghindari kontak mata dengan mama.
"Apa kamu pikir Mama cuma diam karena nggak tahu apa-apa?" Vanya berusaha keras untuk tidak marah pada putri kebanggaan satu-satunya. "Kamu mangkir banyak jadwal waktu Mama ke Eropa, sebelumnya kamu kabur dari wawancara dengan media, backstreet dari Mama, mencari dukungan dengan pulang ke rumah Papa, kabur dari Lean! Apa lagi, Star?"
"Aku cuma ingin jadi seperti remaja lain, Ma."
"Semua orang mendambakan ada di posisimu, STAR! Seharusnya kamu bangga!" Vanya menggeleng-geleng tidak percaya putrinya berubah. "Kamu belajar membantah dan berbohong pada Mama, Star!" Wanita itu nyaris menangis. Kecewa dan terluka.
"Aku tidak berbohong, Ma. Aku cuma ingin punya waktu di jadwal syuting. Aku pingin sekolah dengan benar, punya cita-cita, punya teman, punya waktu bermain. Aku ..."
"Apa yang bisa diberikan temanmu yang masa depannya sendiri saja belum jelas? Lean punya segalanya yang sudah tertata rapi, Star. Apalagi yang kamu cari?"
Buku-buku tangan Kejora mengepal hingga pucat. Pilihannya baru saja disalahkan. Rigel dipatahkan. Bahkan Lean saja tidak mempermasalahkannya. Ini menyakitkan, Ma.
"Tujuh belas tahun dan baru kali ini Mama kecewa sama kamu."
"Tujuh belas tahun aku selalu nurutin Mama. Boleh aku punya suara sekarang?" Kejora meneguk ludah. Kata-kata dan keberanian barusan dari mana datangnya? Tidak penting itu sekarang. Yang terpenting, dia harus menyelamatkan Rigel dari hujan hujatan!
oOo
[Pagan Pemuja Bintang]
Manu Rios 4eva : BUKA LAMBE-LAMBEAN GENGS! HOT NEWS!
Ji-Hyo : Udah baca. Gila ih, Kejora. Udah punya Lean masih juga ngembat gebetan orang.
Soobin's Wife : Kasian ayang Igel, dicap jadi orang ketiga. Dia udah tahu belum, ya?
Aztec : Sepertinya kita harus mengungkap identitas Rigel
Queen B: Biar apa?
Aztec : Biar orang tahu. Mereka cuma temen sekolah dan kebetulan Rigel jadi figuran di Star's Fate. Dengan begitu, orang mikir wajar kalau mereka dekat.
Soobin's Wife : Betul juga. Caranya?
LatteLove: DM Lambe-lambean. Mereka kan, dapat berita juga kiriman DM netizen.
oOo
"Apa lo bakalan berubah?"
Rigel mengernyitkan kening untuk kesekian kali. Mereka sedang ada di greenhouse dan sedari tadi Kejora terus melemparkan pertanyaan yang aneh. "Lo kenapa, deh?"
Kejora cuma menggeleng. "Mungkin cuma takut bakalan kurang asupan tawa dari lo."
"Ha-ha-ha." Rigel memaksakan tawa bernada aneh. "Udah tuh, barusan gue ketawa."
Kejora memberengut. "Jenis tawa yang barusan beda lagi. Gue simpen satu nanti."
"Terserah!" Rigel merogoh kantong celana tempat dia menyimpan ponsel. Keningnya berlipat rapat. Ponselnya dipenuhi notifikasi dari social media. Rigel jarang bermain sosmed. Dia tidak ingat kapan terakhir mengunggah feed. Jadi ini notifikasi apa?
"Kenapa?" Kejora memperhatikan perubahan raut Rigel.
"Banyak banget notifikasi masuk ke HP gue." Jemari Rigel bergulir di atas touchscreen. Begitu membaca isinya, matanya memicing sengit. Tidak menyangka gosip akan melebar ke mana-mana dan stalkers sukses mengejarnya ke social media. Sekarang dia tahu inilah yang membuat Kejora dan berpasang-pasang mata menatapinya seharian ini. "Cuma orang iseng." Cowok itu menyeringai sambil menyimpan ponsel.
Kejora pandai berakting. Dia tentu tahu mana akting dan mana yang bukan. Jadi dia membuka ponselnya sendiri. Mengecek sejauh mana pemberitaan media. Seketika wajahnya pucat. Tangannya gemetar. Foto Rigel terpampang dengan jelas beserta identitasnya.
Tanpa meminta izin, Rigel langsung merebut ponsel Kejora. "Hei, gue nggak apa-apa. Mana betah mereka lama-lama neror orang kayak gue di sosmed."
"Rigel maafin gue ..." Kejora terisak. Rasa sesak memenuhi dadanya.
"Hei, lo lupa berhadapan sama siapa?!" Rigel menepuk-nepuk bahu Kejora. "Diem!"
Ponsel Kejora di tangan Rigel berdering. Dari Lean. Saat jalan bareng, Lean nyaris tidak pernah menelpon Kejora. Kalau pun iya, pasti ada hal yang penting. Sigap cowok itu membekap mulut Kejora dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri menerima panggilan. "Kejora-nya lagi ke toilet. Kenapa bro?"
'Rigel? Kebetulan ada lo. Gue anggep lo udah tahu gosip hari ini. Nanti malam, gue mau kita bertiga bikin preskon supaya sentimen negatif ini nggak berlarut-larut.'
Kejora menggeleng. Matanya nanar. Dia berusaha lepas dari bekapan Rigel tapi gagal.
'Gue yakin lo cukup gentle buat menghadapi masalah yang lo bikin, kan?'
"OKE!" tepat setelah itu Rigel menutup telpon sambil melepaskan Kejora.
"RIGEL JANGAN GILA!" tukas Kejora dengan air mata yang tidak sempat diusap.
"Gue nggak gila, tapi bertanggungjawab."
oOo
Lampu blitz menyala-nyala menyakiti mata. Puluhan microphone dan recorder berjejer di atas meja. Lampu kamera di arahkan kepada tiga orang yang menjadi obyek press conference malam itu. Wartawan infotaintment berubah menjadi jaksa penuntut umum yang penuh dengan rentetan pertanyaan jebakan.
Kejora duduk di antara Rigel dan Lean. Cewek itu lebih banyak diam. Membiarkan Lean mengambil alih pertanyaan, mengangguk atau mengiyakan seperlunya. Dia berhitung tentang kebohongan dan dosa untuk kesekian kali. Sampai kapan dia harus hidup seperti ini?
"Bagaimana hubungan kalian bertiga sebenarnya?"
"Baik-baik saja. Seperti yang kalian lihat. Kalau nggak baik, Rigel nggak akan bersedia hadir di sini." Lean menjawab dengan senyum menawan. "Ya kan, Rig?"
"Lean, kamu pernah bilang sangat percaya pada Kejora, tapi bagaimana kalau Rigel yang tidak bisa dipercaya?"
"Selama Kejora tidak bisa digoda, kenapa harus khawatir? Kamu tergoda sama Rigel nggak, honey?" Lean menyeringai lebar. Kali ini sambil mengusap kepala Kejora.
"Kejora, apa kamu nggak merasa menyia-nyiakan kepercayaan Lean?"
"Remaja seusia saya sekolah, berteman, belajar, sesekali jalan bareng. Nggak masalah. Kenapa saya nggak bisa?" senyum Kejora gagal terpasang.
"Untuk Rigel. Dengar-dengar kamu pernah menjadi figuran di Star's Fate. Apa kamu menargetkan ingin terkenal atau dapat peran lain dengan sensasi ini?"
"Betul! Setuju! Apa pendapatmu soal tudingan bahwa kamu cuma social climber?"
"Kalau menurut kalian saya social climber, berentilah menyoroti hidup saya. Jangan kasih panggung. Dengan begitu, saya bakal gagal terkenal. Gimana? Berani ngelakuin tantangan saya?" Rigel menyumpah. Mereka tidak akan berani. Gosip seperti ini terlalu sayang dilewatkan.
Rigel hanya menyilangkan tangan dan kaki defensif. Dia berusaha tenang tapi ekspresi sinisnya malah terpampang. Di bawah meja, diam-diam Kejora menumpangkan tangan ke lutut Rigel. Berusaha menghibur, menenangkan atau meminta maaf. Rigel menurunkan satu tangannya dan meraih tangan Kejora yang begitu dingin. Menggenggamnya erat hingga tangan itu terasa hangat. Tanpa kentara, Rigel melirik mata Kejora. Berapa banyak rasa sakit yang Kejora simpan sampai punya mata sayu seperti itu?
Selepas press conference, Rigel mendahului keluar lewat pintu belakang ruangan. Kejora dan Lean masih melanjutkan sesi door stop, dengan mengumbar kemesraan palsu.
"Halo, kamu reporter majalah sekolah yang waktu itu bukan?" Mama Kejora menghadang langkah Rigel.
"Halo Tante, apa kabar?" kata Rigel santai tapi tidak berusaha mengulas senyum.
Vanya mendengkus. "Kurang baik. Seperti yang kamu lihat," kali ini Vanya tersenyum menyindir. "Kejora itu sudah cukup sibuk dengan karir dan sekolah. Kasihan kalau masih harus menghadapi masalah seperti ini. Tante paham, kamu juga menginginkan popularitas. Tapi hal itu bisa ditempuh dengan jalan lain, kan? Bukan dengan sensasi seperti ini?"
Rigel memicingkan mata. "Popularitas? Maaf, tapi saya tidak tertarik jadi populer."
"Kalau begitu, mundur dari spotlight, Rigel. Bantu Kejora untuk meredam masalah ini."
oOo
__________________
Fun Fact "Starstruck Syndrome"
Kemarin sempat ada yang tanya fun fact soal lima redaktur Intensitas yang lain. Sejujurnya nggak ada sosok tertentu yang kucontek secara utuh buat tokoh mereka. Tapi aku yakin banget, dalam setiap lingkar pergaulan pasti ada 'species' kayak mereka. Supaya sosoknya nggak tempelan doang, aku bikin karakteristik global masing-masing (meski cuma peran pendukung).
Pasangan Tama-Vero dulu ya, kali ini.
Tama si cowok cablak, doyan gosip, yang kalau bercanda suka ekstrim dan nggak mikirin image-nya bakal jatoh ke comberan. Mirip sama temenku yang potekan namanya ada kata Tama. Banyak yang mikir dia nggak 'lurus' karena gaya bercandanya. Tapi pernah suatu kali ada temen seangkatan naksir berat-rat-rat sama dia sampai si Tama asli ini geli.
Veronica si cewek judes yang berani ngelawan Rigel dan nggak terima kalau ditaksir Tama. Kalau diperhatiin, Vero loh yang membuka mata Rigel. Mirip siapa ya? Banyak sih, temen judes. Mungkin kamu salah satunya?
__________________
Author
Lagu lama yang kutaruh di mulmed di atas WAJIB banget kamu dengerin biar tambah galau mellow, huahahhaa...
Ngaku siapa yang follow akun gosip? Suka penasaran nggak sih, mereka dapat info dari mana atau jangan-jangan kamu salah satu oknum yang jadi informannya :P
Hari ini eliminasi tahap II. Nggak ada kata lain selain berharap Starstruck Syndrome bisa lanjut terus (part ini nanggungnya nggak kira-kira kan, hahaha, rela digantung di sini?) Mohon doa, dukungan, voment dan share ke temen biar makin banyak yang baca.
Love,
Aya dari tempat yang jauh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro