Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[27] Stardom Attack

I'd climb every mountain

And swim every ocean

Just to be with you

And fix what I've broken

Oh, 'cause I need you to see

That you are the reason

(You are the Reason—Calum Scott)

oOo

"Heh, anak singa! Jangan lari-larian terus! Capek gue lihatnya! Kasian Kak Jora!" Rigel menjambaki rambutnya untuk kesekian kali. Tidak sadar dirinya lebih mirip singa meski rambut asimetrisnya sudah lama dipangkas.

"Ante Jola! Bukan Kak." Higa menolak instruksi Rigel. "Om kan, pasangannya Ante!"

Caleya sudah pergi bekerja. Tinggal Rigel, Kejora dan Higa di dalam rumah. Sementara Rigel terus mengomel, Kejora malah bermain kejar-kejaran dengan Higa.

"Om, laper." Higa menghampiri Rigel sambil mengusap-usap perutnya.

"Panggil gue Abang atau Kakak baru minta makan! Gue nggak kayak om-om!"

"Om Igel bukan kakak Higa! Ibu nggak punya anak serem kayak Om!"

Kejora tergelak mendengar ledekan itu. Dia mencubit pinggang Rigel yang tidak mau mengalah pada anak kecil. Keterlaluan memang Rigel ini. "Higa mau makan apa?"

"Ayam goleng, Ante Jola antik."

"Oke, biar dimasakin, Om." Kejora memasang senyum manis. "Rigel, masakin gih!"

Rigel langsung melotot. "Apa-apaan, lo yang nawarin kenapa gue yang disuruh masak!"

"Higa mau ayam goleng di mall. Higa mau main di mall!" Bocah itu mulai merajuk sambil menggoyang-goyangkan mainan robot di tangannya.

"Astaga! Jangan mulai deh, Higa." Rigel menangkap Higa dan mendudukkan di pangkuannya. "Dengerin Om," cowok itu berdehem—Kejora tertawa melihat lagak Rigel yang terlihat dewasa dan sedikit berwibawa. "Kak Jora nggak bisa main di mall."

"Kenapa nggak bisa? Higa nggak minta beliin mainan kok. Ante Jola mau, ya? Kalau nggak mau jangan deket-deket ama Om Singa! Nggak boleh main ke sini lagi!" Bocah itu memeluk Rigel posesif. Padahal tadi dia menolak Rigel.

Rigel melotot. Ancaman macam apa itu! "Nggak! Om yang nggak bolehin ke mall!"

"Makan doang nggak apa-apa kali, Rig." Kejora menyahut.

"Nggak! Berisiko!" tegas Rigel.

"Belum jam makan siang. Pasti nggak ramai." Kejora masih melakukan upaya negosiasi.

"KEJORA GUE BERUSAHA JAGAIN LO DARI NETIZEN YA!" pekik Rigel.

Cewek itu tidak menggubris malah mengulurkan kedua tangan pada Higa yang disambut bocah itu dengan suka cita, bahkan pelukan. "I love Ante Jola!"

oOo

Ternyata benar kata Rigel, mengajak bocah tiga tahun makan di mall bukan hal mudah. Higa terus berlari ke sana kemari. Rigel harus menjaganya dari orang-orang, sementara Kejora berusaha menyuapkan nasi ke mulut Higa. Meski begitu, Kejora tetap saja tertawa senang berlarian dengan hodie dan masker seperti orang aneh. Selama ini dia cuma berhadapan dengan anak kecil saat di lokasi syuting. Tapi pengalaman itu ternyata berguna.

"Udah nih, makannya?" Kejora berjongkok di dekat Higa.

Higa mengangguk. "Mau es klim."

"Minta sama Om, ya. Tante cuci tangan dulu."

Rigel menggandeng Higa ke counter es krim. Lama mengantre Higa mulai rewel ingin bermain. Bocah itu berhasil lepas dan kabur ke playground ketika Rigel kerepotan membayar dan memegangi es krim pesanannya.

"Mana Higa?" tanya Kejora setelah kembali dari mencuci tangan.

"Kayak anak singa lepas dari kandang deh! Liar banget!" Rigel menunjuk dengan dagu Higa yang bermain dengan anak lain. Dia memakan es krimnya sendiri. "Thanks."

"Anytime." Kejora mengambil es krim dari tangan Rigel tapi gagal.

"Makan junkfood nanti lo gemuk nyalahin gue!"

Kejora memberengut kesal. Dia memiting tangan Rigel untuk merebut es krim tapi cowok itu menaikkan tangannya ke atas. Kejora kesulitan menjangkau. "Kasih nggak?"

Rigel menggeleng sambil melahap es krimnya sendiri. Kejora mengentakkan kakinya jengkel, membuat Rigel tertawa. Diam-diam Kejora merasa lega. Sejak tadi Rigel uring-uringan karena khawatir Kejora akan dikenali fans.

"Gue minta cuti dua minggu supaya bisa UAS dengan tenang."

"Kenapa lo ngasih tahu gue?" jawab Rigel acuh.

"Biar lo tahu selama dua minggu gue di sekolah dan gue bakal nagih janji lo buat ketawa terus." Dalam satu loncatan, Kejora berhasil meraih lengan Rigel dan mengambil es krimnya.

"Higa ayo pulang!" teriak Rigel kembali galak seperti tadi.

Higa keluar dari arena playground sambil menarik bocah perempuan yang menangis. Drama itu tidak berlangsung lama karena gadis kecil itu lalu berlari pada ibunya yang keluar toilet. Higa juga berlari menghambur ke pelukan Kejora dan meminta gendong.

"Nakalin anak cewek lo! Badung!" Rigel menjitak lembut kepala Higa.

"Nggak Om, dia cari mamanya," Higa merebut es krim dari Rigel.         

"Yakin?" kata Rigel waspada waktu ibu dari gadis kecil itu berjalan menghampiri.

"Terima kasih sudah nemenin Nami, ya," kata wanita itu pada Higa. "Maaf merepotkan."

Jantung Kejora berdetak satu-satu. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya di balik tubuh mungil Higa. Rigel yang tanggap langsung merapatkan lengan pada Kejora.

"Nggak apa-apa. Kami permisi." Rigel buru-buru mengamit lengan Kejora dan mengambil alih Higa ke gendongannya supaya mereka lebih gesit bergerak. Sayangnya, Higa menolak digendong Rigel. Tangan bocah itu refleks meraih leher Kejora tapi malah menarik hodie dan masker cewek itu.

Ibu gadis kecil itu spontan menjeritkan nama Kejora. Kelewat excited bertemu artis di depan mata. Jeritan itu didengar orang-orang dan mereka mulai menoleh. Sementara itu, Kejora kesulitan merapikan hodie karena ada Higa dalam dekapannya. Rigel bergerak cepat, memaksa Higa beralih ke gendongannya, lalu menyeret Kejora pergi.

Melihat sang idola pergi, orang-orang bergerak mengikuti. Sepanjang lorong orang-orang meneriaki Kejora dan minta dia berhenti. Teriakan itu membuat semakin banyak orang menoleh dan ikut membuntuti. Mereka berusaha melihat, bersalaman, berfoto, mencubit, bahkan menyentuh Kejora paksa.

Rigel merangkul Kejora dengan satu tangan. Dirapatkan Kejora dengan pintu lift supaya segera masuk begitu terbuka. Punggung Rigel jadi tameng Kejora dan Higa dari serbuan orang. Jaketnya ditarik-tarik. Bahunya didorong supaya minggir. Gerakan anarkis menghujani tubuhnya. Rigel terpukul mundur membentur tepian dinding hingga kepalanya berkunang. Pekikan makian berdenging di telinganya. Terakhir, Higa mulai menangis.

"CUKUP! KALIAN NGGAK LIHAT ADA ANAK KECIL DI SINI!" Habis sudah kesabaran Rigel. "KETERLALUAN!"

Kejora menggeser badan dari belakang Rigel. Wajahnya pucat ketakutan. "Maaf, tapi tolong jangan anarkis! Kasian ada anak kecil. Kalian mau apa?"

Ketenangan dalam suara Kejora hanya kepalsuan. Rigel jelas sadar bahwa satu tangan Kejora yang sedari tadi dicekalnya gemetar dan dingin setengah mati.

Begitu pertanyaan dilontarkan, fans langsung menyerbu. Ada yang berfoto, sekedar bersalaman, ada juga yang mencubit gemas. Tapi cubitan dari banyak orang diiringi tarikan jelas ujung-ujungnya menyakitkan. Kejora cuma diam. Dia bahkan masih bisa tersenyum.

"LEAN LO DI SINI?!" Rigel mengecoh bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

Orang-orang langsung menoleh dan tepat saat itu dia menarik Kejora masuk. Memencet tombol tutup pada lift dan memaksa benda itu bergerak sebelum ada orang lain masuk.

oOo

Setengah jam berlalu di rumah Rigel dalam keheningan. Higa sudah tertidur di kamar. Kejora dan Rigel duduk berhadapan di ruang tamu dalam keheningan. Di antara keduanya ada sekotak P3K. Kejora mengulurkan tangan berusaha membersihkan luka Rigel. Ujung bibir cowok itu pecah, kening yang tadi terbentur memar dan masih banyak lagi luka tipis bekas cakaran di wajah, lengan juga leher.

Kejora mencelupkan kasa ke alkohol, lalu menyapukan ke luka di wajah Rigel. Rigel mengatupkan rahang, menahan perih. Matanya mengawasi Kejora intens dalam diam. Bukan dengan tatapan setajam elang, tapi sorot dingin yang belum pernah Kejora lihat. Ekspresi cowok itu datar dan tidak terbaca. Kejora berpindah membersihkan luka yang lain tapi Rigel menampik dan mencekal tangannya kuat-kuat. Cewek itu berusaha melepaskan diri tapi Rigel mencengkeramnya makin kuat dan lebih kuat sampai cewek itu meringis kesakitan.

"Rigel, lepasin." Kejora mengibaskan tangan tapi Rigel bergeming. Sorot matanya tetap sedingin es. Wajahnya tetap setenang permukaan air.

"Bilang apa?" gumam Rigel lirih dengan cekalan lebih menyakitkan.

"Rigel ..." Ekspresi Kejora memelas tapi cuma itu yang dikatakan.

"Bilang kalau sakit Kejora! Lo harus ngomong kalau orang menyakiti lo. Bukan diam saja!" desis Rigel lirih dengan sorot terluka. "Berapa kali gue bilang jangan pakai topeng di depan gue. Berhenti ngurusin gue dan peduliin luka lo sendiri!" gumamnya pelan tapi kejam. Tidak suka melihat kepedulian Kejora yang mengesampingkan luka di wajahnya sendiri.

Jantung Kejora berdetak cepat. Inilah Rigel sebenarnya ketika marah. Bukan melontarkan kata sadis dan sinis. Tidak berteriak atau membentak. Rigel hanya diam, sesekali menggumam dan segala keberanian yang dimiliki Kejora langsung karam.

"Satu lagi," desis Rigel. "Lo sama gue," gumaman lirih Rigel penuh penekanan, "orang tidak bisa melihat kita sama-sama. Lo tahu kan, maksud gue?"

Jadi kita ini apa, Rigel?

Jangan tanya kita ini apa, Kejora. Jangan!

oOo

_______________

Author

Ngaku, di sini siapa yang suka cubit-cubit idola kalau ketemu?

Hal paling gila apa yang pernah kalian lakukan waktu ketemu idola?

Gimana part ini? Kritik saran dipersilahkan.

Maaf ya, aku belum sempet bikin trivia lagi -_____- sebagai permintaan maaf, aku kirimkan foto Rigel yang lagi galau karena ketidakjelasan status yang menyangkut dirinya. Siapa yang mau miara dia?

Segitu aja cuap-cuapnya. Jangan bosen-bosen dengerin aku minta kalian supaya share ama temen dan vomment biar Starstruck Syndrome tetep bertahan. Follow juga WP sama IG ku di @ayawidjaja Jangan lupa follow IG cast juga dong. Rame-rame seru-seruan kita.

Love,

Aya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro