Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[22] A New Star is Born

Tell me somethin', girl

Are you happy in this modern world?

Or do you need more?

Is there somethin' else you're searchin' for?

(Shallow—Lady Gaga ft. Bradley Cooper)

oOo

"Kenapa?" Kejora menggigit bibir. "Kenapa lo harus peduli dan nunggu gue?"

"Karena tanpa lo, gue nggak bisa ..." Rigel mengacak-acak rambut asimetrisnya. Dia melihat mata sayu Kejora berkaca-kaca. Tidak, dia tidak boleh mengatakan sesuatu yang membuat cewek ini menangis. "Gini, gue ke sini tadi dipesenin ojol sama Tama. Sebenernya, ojolnya buat nganter barang lo doang. Berhubung kotak make up-nya kegedean, abangnya nggak bisa bawa. Jadinya gue ikut, biar bisa megangin di belakang."

Kejora mengerjapkan mata. Mencoba mencerna kata-kata Rigel.

"Karena buru-buru naik ojek, HP, tas, dompet, sama kunci motor, semua masih gue tinggal di ruang redaksi. Jadi, nanti gue ganti nebeng lo ya. Minimal sampai nemu angkot."

Sekali lagi Kejora mengerjap-ngerjapkan mata. Buyar sudah momen romantis melankolis yang baru saja terjadi. Tidak ada lagi degup jantung menggila dan rasa menyesakkan yang datang bersamaan. Bibir Kejora langsung mencetak tawa, tapi air mata juga menyertainya. Tangannya membekap mulut dan bahunya mulai berguncang.

"Kenapa lo?" Tahu-tahu Rigel sudah berada tepat di belakang Kejora. Dia menarik bahu Kejora supaya cewek itu mengangkat wajah. "Lo terluka apa tertawa?"

Kejora mengatupkan bibir. Bagaimana dia bisa berpikir ingin menyingkir dari Rigel? Cowok hopeless romantic tapi sanggup membuat perasaannya jungkir balik dan hidupnya berwarna. Kejora menumpukan kening ke bahu Rigel. Dia memukul-mukul ringan lengan Rigel. "Gue nggak bisa lagi menghilang dari lo," suaranya serak dan parau.

Cewek ini kenapa lagi? Ganti Rigel yang mengerjapkan mata. "Emang lo bermaksud menghilang dari gue? Jadi itu alasan kenapa lo memutus komunikasi dari gue? KENAPA?"

Kejora menunduk dalam-dalam sambil berbisik, "Lo udah tahu, foto kita berdua beredar di sosmed? Gue nggak mau hidup lo dirisak orang lain karena gue."

"Kenapa lo nggak nanya gue dan mutusin sendiri?"

"Cukup gue yang jadi sasaran, jangan lo—"

"Kenapa lo selalu sok tau soal apa yang membuat orang lain lebih senang dan mengorbankan diri lo sendiri?!"

"Kejora ayo syutingnya mau mulai lagi." Mirna tiba-tiba muncul dan tidak terkejut dengan keberadaan Rigel. Tadi mereka sempat bertemu, bahkan Mirna yang menunjukkan di mana Kejora berada. "Kalau masih mau ngobrol, Rigel ikut ke lokasi aja."

oOo

Satu scene sudah selesai. Rigel dan Kejora mengobrol di bangku panjang dekat pohon. Lean ingin bergabung tapi urung. Dia sibuk dengan Mobile Legend squad-nya yang terdiri dari para kru, juga artis sinetron TV sebelah—kebetulan lokasi syutingnya di Persari juga.

Nyaris satu jam break tapi belum ada tanda-tanda syuting dimulai lagi. Padahal langit mulai sore. Sam, sang sutradara, mulai uring-uringan.

"Dia sampai mana, Jo?" teriak Sam pada asisten sutradara.

Asisten sutradara yang dipanggil Jo menjawab. "Masih kejebak macet, Bang. Jam segini kan, macet-macetnya arah balik, ada kecelakaan pula."

"Terus dia sampai sini jam berapa? Suruh ngojek, kek! Baru jadi figuran sudah ngaret!" Sam berdiri dari kursinya sambil berkacak pinggang. "Gaffer, siapin HMI! Jaga-jaga kalau kemaleman, bikin set up night to day."

Gaffer tergopoh-gopoh mendekat. "Gue barusan ngecek Bang, HMI-nya abis. Lagi dipakai sinetron sebelah, sama syuting reality show baru."

Sam memukulkan gulungan skenario-nya ke benda apa pun di dekatnya. "Terus ini gimana? Adegan ini kan harusnya sudah diambil dari seminggu yang lalu! Ngaret melulu! Ini tayang buat besok, ya! Besok! Bukan episode-episode mendatang!"

"Cuma figuran kan, Bang, ganti yang lain aja gimana?" Jo menawarkan.

"Siapa? Lo-lo pada?" Sam memutar mata. Melihat ke sekeliling. "Muka udah lecek tiga hari nggak pulang mau masuk TV!"

Jo mendekati Sam lalu mereka saling berbisik. Sam mengikuti petunjuk Jo.

"Hei, lo!" Sam berteriak sambil menunjuk-nunjuk. "Bocah bertampang lumayan!"

Tidak ada yang menoleh.

"Jora! Sebelah lo itu!" Sam masih berteriak-teriak.

Kejora mengangkat wajah. Telunjuknya lalu tertuju pada Rigel dengan bingung. Rigel yang ditunjuk memasang ekspresi sama bingungnya. Merasa tertangkap basah karena menyusup ke lokasi syuting. Parahnya, dia bersama Kejora padahal 'pacarnya' ada di sini.

"Saya?"

"Iya, lo. Jadi figuran sini. Lumayan nambah-nambahin uang saku."

Rigel langsung melotot. "Saya nggak bisa."

Tatapan Sam beralih pada Kejora. "Jora, ini syuting jadi kebut-kebutan gara-gara lo minggu-minggu kemarin bolos syuting melulu. Lo bujuk temen lo itu. Kalau nggak mau, suruh pulang! Ngapain ngerecokin orang lagi syuting di sini!"

"Rig," Kejora disusupi rasa bersalah, tapi dia memohon juga. "Please, cuma jadi figuran korban kecelakaan kok."

"Gue nggak tertarik jadi artis, apalagi dikenali orang di TV."

"Kalau bisa milih, gue mungkin bakal setuju sama lo." Kejora tertunduk. " Tapi ini cuma figuran. Muncul palingan nggak sampai semenit. Siapa juga yang merhatiin. Nggak bakal bikin lo jadi artis apalagi terkenal." Kejora bersungguh-sungguh.

"Gue memilih NGGAK-MAU!"

"Ya udah kalau itu keputusan lo." Kejora menghela napas. "Kita pulangnya tengah malam atau agak pagi, nggak apa-apa, kan?"

Rigel berdecak. Sial!

oOo

"Ini bukan jalan protokol, mobil juga melaju dengan kecepatan sedang, masa saya ditabrak mental sampai tiga meter, masih guling-guling sampai nyebur selokan!" Komplain pertama Rigel atas adegan yang tidak masuk akal.

"Ini mimisan apa bibir saya kejedot meja? Kenapa darahnya di bawah lubang hidung?" Protes Rigel karena darah artifisialnya dioleskan terlalu ke bawah dari lubang hidung.

"Nggak usah make up! Biarin aja rambut saya begini!" teriakan Rigel membuat para kru frustasi.

Lean memperhatikan Rigel yang terus membantahi instruksi Sam. "Jadi dia yang jalan sama lo kemarin? Dia yang waktu itu wawancara lo juga kan?"

"Eh, apa, Bang?" Kejora yang sedang tersenyum-senyum sendiri menatapi Rigel jadi tergeragap bingung.

Lean tersenyum. "Nggak usah dijawab. Dari gelagat lo yang beberapa hari ini jadi pendiem, terus sekarang cerah, gue tahu dugaan gue bener."

"Apa sih, Bang?" Rasa kesal seolah tidak ada dalam mood list Kejora hari ini.

Keduanya sama-sama diam sambil memperhatikan Rigel yang sedang mengambil ulang adegan. Dia komplain karena wajahnya terekspose kamera terlalu lama.

"Saya nggak dibayar nggak apa-apa. Tapi jangan close up muka saya!" kata Rigel tanpa gentar. Benar-benar jelmaan singa yang tidak punya rasa takut.

Sam mulai dongkol. Sejak kapan figuran bisa seenak jidatnya seperti Rigel. Tapi mau bagaimana lagi, Sam tidak punya pemain cadangan. Kecuali dia mau pulang subuh lagi.

"Di antara semua cowok, kenapa kudu dia?" Lean melipat tangan. Menilai Rigel dari ujung kaki ke ujung kepala. "Tampang sih lumayan, tingkahnya itu lho!"

"Karena dia baik."

"Emang gue nggak baik?"

"Karena dia bisa jadi diri sendiri, nggak peduli dicaci atau dibenci."

Seketika Lean terdiam. Begitu juga dengan Kejora. Kata-kata itu tidak hanya menusuk Lean, tapi juga dirinya.

"Pastikan rahasia kita aman ya, Jora." Lean mengacak rambut Kejora lembut.

oOo

Rigel turun dari mobil Kejora. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Kejora menurunkan kaca mobil di sebelahnya, tepat ketika pintu gerbang rumah Rigel terbuka. Zinka muncul dibaliknya.

"Dari mana sih, baru balik?" kata Zinka pada Rigel. "Gue bawain barang-barang yang lo geletakin di kantor redaksi. Motor lo di garasi." Mata Zinka membulat waktu menyadari ada sosok lain di dalam mobil. Tadi dia mengira Rigel naik taksi online. "Loh, ada Jora?"

"Oh, pantesan tiba-tiba mau jadi figuran. Buru-buru pulang, ada yang nunggu?" Kejora tersenyum dengan sangat manis pada Rigel. "Gue balik dulu deh. Bye, Zinka." Tanpa menunggu komentar keduanya, Kejora menaikkan kaca jendela mobil lalu pergi.

"Hei, Jora!" Rigel yang bingung kenapa Kejora langsung pergi begitu saja, cuma bisa melambai-lambaikan tangan pada mobil yang melaju dan menghilang di tikungan.

"Dia nggak cemburu, kan?" Zinka melipat tangan.

"Kenapa lo tanya begitu?"

Zinka menggembungkan pipi. "Biasanya cewek kalau langsung pergi gitu aja, berarti cemburu." Dia berbalik pulang sambil melambai-lambaikan tangan menuju rumahnya.

"Memang kalau cemburu kenapa? Hei!" pertanyaan Rigel tidak terjawab karena Zinka juga pergi begitu saja.

oOo

___________

Daftar Istilah

HMI : Masih ada yang ingat istilah gaffer & HMI? Yang lupa boleh cek part 3 ya :)

Night to day : membuat suasana malam menjadi siang dengan pencahayaan buatan.

___________

Author

You sing, you lose! Hahaha ... 'Shallow' lagi hits banget emang. Tapi setiap lagu yang aku taruh di mulmed bener-bener kupilih, terutama dari liriknya. Nggak sekedar comot. Cocok nggak potekan lirik part Cooper di atas dipakai Rigel buat nanyain Jora?

Gimana part ini? Apa saran kalian buat 'Starstruck Syndrome'?

Mau fun fact apaan lagi?

Tahap eliminasi di depan mata, jangan lupa sharing ke temen—emang enak baper sama Rigel sendirian?—vote dan comment. Nggak lupa kan, kalau rajin voment punya kesempatan dapetin paket buku BWM3 buat 3 orang pemenang. Jangan lupa juga ikutan giveaway di part 13 dan part 19.

Info Grup Chat di part 13 & part 20. Silahkan langsung kontak admin ya. Special thanks buat all cast, adminku yang ajaib-ajaib, dan tentu saja para bintang tamu dari GC sebelah yang suka ikutan bikin rusuh (aku aja suka amazed cast tetangga ama cast sendiri ribut di satu tempat :D )

Oh iya, karena banyak yang nanyain senyum Rigel kayak apa, aku PAP yak! 

Awas jantungan!

Macan sih, tapi kurleb sama lah, ama singa.


Love,

Aya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro