[18] The Truth about the Star
Without the mask where will you hide
Can't find yourself lost in your lie
(Everybody's Fool—Evanescence)
oOo
Gelaran Festival Bahasa berlangsung lancar dan meriah. Semua orang memuji konsep yang diusung tahun ini. Tata panggung, tata cahaya, performance, tata rias dan kostum, semua sempurna. Cosplay dan fashion carnaval ala Jember Fashion Carnaval dan Banyuwangi Ethno Festival di mana pesertanya berjalan mengitari sekolah hingga ke auditorium sebagai tanda Festival Bahasa dimulai disambut gegap gempita. Penampilan Rigel sebagai Professor Psikopat juga memukau. Semua orang tahu dia menyeramkan, tapi berperan sebagai psikopat adalah hal baru yang membuat aura magis Rigel semakin memikat. Bahkan penampilan boyband gadungan sama sekali tidak merusak mood penonton.
"Gue mewakili teman-teman dari jurusan Bahasa berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini." Zinka sebagai ketua panitia berpidato di penghujung acara. "Juga teman-teman lintas jurusan yang bersedia ambil bagian dalam Festival Bahasa. Selain tujuh orang yang tampil tadi, di belakang panggung ada Kejora Astarea, yang selain jago akting, ternyata juga punya tangan ajaib yang membuat tata rias hari ini jadi keren banget!"
Kejora yang berdiri di sisi kanan dekat tangga naik panggung tersenyum haru. Ada kepuasan melebihi mendengar sutradara berteriak, "It's a wrap!" atau "Selesai! Bungkus!"
Rigel berdiri dua langkah dari Kejora. Melipat tangan dengan punggung bersandar. Make up wajah tua-nya belum dihapus. Lagi, dia melihat sisi lain Kejora. Lagi, cewek ini mengejutkan dan tidak tertebak. Lagi, jantungnya berteriak-teriak. Diam pemberontak!
Sorak sorai bergemuruh di auditorium. Mereka meneriaki Kejora untuk naik panggung.
"Setuju. Setuju." Zinka mengiyakan permintaan penonton. "Rasanya tidak adil kalau Kejora tidak mencicipi panggung ini juga, kan? Ayo, Jora, beri kami kejutan lain!" Zinka menoleh ke sisi kanan panggung. Dia tahu Kejora ada di sana dan cewek itu menggeleng-geleng. "Kejora-nya nggak mau nih. Teriak lebih kenceng dong, biar dia naik panggung!"
Sorakan bergemuruh makin kencang. Kejora sudah bergerak mundur ke dalam tapi tangan Rigel terentang menghalangi.
"Maju atau lo pulang sendiri?" ancam Rigel. "Telat sedikit nyokap lo keburu sampai rumah, kan?" Kejora memberi tahu Rigel soal kepulangan Vanya hari ini dari Eropa.
Kejora mendelik tapi tidak bisa berkilah karena beberapa orang menyeretnya naik ke atas panggung. "Sumpah, sumpah! Gue nggak bisa improvisasi!" Tolaknya, tapi mereka tampak tidak peduli. Malah tertawa-tawa.
Melihat Kejora berada di ujung panggung, bibir Zinka langsung melengkung. "Ayo, tunjukkan kamu bisa apa! Masa seorang artis nggak bisa improvisasi. Ya, nggak?"
Mungkin semua orang terfokus pada kemunculan Kejora yang sedikit acak-acakan. Messy hair, tanpa make up, kaos putih dan kets putih yang tidak lagi cerah karena terkena noda make up. Mungkin hanya perasaan Kejora saja, tapi dia melihat Zinka membubuhkan sindiran dalam tantangannya. Dan tantangan selalu sukses menyulut ego, bukan?
Kejora menatap penonton. Dia tidak bisa melihat dengan jelas karena spotlight mengarah padanya, tapi ketika menoleh ke sisi kanan panggung, dia melihat Rigel. Cowok itu menggoyangkan ponsel. Isyarat supaya Kejora membuka gawainya. Sebuah pesan dari Rigel.
Ragu, tangan Kejora menarik microphone. Dia mengambil jarak dengan Zinka di tengah panggung. Spotlight mengarah padanya dan—mungkin Rigel yang memprovokasi pemain musik—perlahan dentingan gitar berbunyi. Kejora mulai membaca pesan yang dikirim Rigel.
"Topeng-topeng dikenakan. Lentera dinyalakan. Pertunjukan dimulai, tanpa tahu kapan terselesaikan.
Topeng-topeng dipuja. Orang-orang berharap penuh damba. Padahal ini cuma sandiwara mega-mega.
Topeng-topeng berserakan. Aku merindukan Sang Tuan bernama kebebasan."
Audiorium hening. Menunggu Kejora membuka bait baru. Tapi larik puisi yang diambil dari Instagram @bintangbintangtakbermakna itu sudah berakhir. Kejora membungkukkan badan dalam-dalam dan berlalu tanpa kata-kata. Setetes air mata tertinggal di panggung.
oOo
Orang-orang sedang melakukan perayaan. Suaranya terdengar hingga keluar auditorium tapi Rigel malah berdiri di luar. Mengawasi dari jauh, seorang gadis memeluk lutut di sudut belakang auditorium. Rasa tak nyaman telah memaksa Kejora naik ke panggung menyerangnya. Sekuat tenaga, Rigel melawan keinginan untuk mendekat. Kadang, lebih baik memberi waktu daripada menganggu. Siapa tahu Kejora ingin menyelesaikan dukanya. Siapa tahu kedatangan Rigel justru menyumpal luka, terlihat pulih di luar tapi membusuk di dalam.
"Udah?" Rigel mendekat begitu Kejora melepas pelukannya dari kedua lutut.
Kejora tergeragap. Berpura-pura menyeka wajah dari peluh. "Apanya yang udah?"
"Udah mojoknya. Sendirian di situ ngapain?"
Kejora salah tingkah. "Gue emang begini kalau abis akting baper. Merenung."
"Lihat mata gue." Mata Rigel menyorot tajam. Bibirnya mencebik sinis. "Bilang kalau lo cuma merenung, bukan yang lain."
Tanpa pikir panjang, Kejora langsung menatap mata Rigel. Apa susahnya? Toh, dia sudah sering berpura-pura. Rigel langsung mengaku kalah. Dia nyaris lupa yang dihadapinya aktris muda peraih banyak piala.
Rigel mengangkat tangan. "Akting lo jago." Ini bukan pujian untuk penampilan Kejora di atas panggung tadi, tapi sindiran karena cewek itu menyangkali dukanya.
"Gimana nggak jago akting, kalau hidup gue penuh drama."
Kepala Rigel mengangguk-angguk. Dia tahu kebenarannya, tapi tidak berhak memaksa. Tangan kanannya terulur. "Mau pulang sekarang?"
Kejora mengatupkan rahang. Air mata kembali membayang. Dia sudah berniat meminta Pak Idam menjemput. Supaya tidak terpergok Mama dan bisa menuntaskan tangis sebentar lagi. Tapi kenapa Rigel malah menawarkan tangannya? Bukan menarik paksa seperti biasa?
Keduanya menghabiskan perjalanan dalam diam. Rigel sadar bahu cewek yang duduk di boncengan belakangnya terus berguncang. Dia membiarkan semilir angin membawa dukanya pergi. Membiarkan keheningan antara mereka terisi suara klakson, mesin, juga bising yang membuat Kejora nyaman terisak sendiri.
Ketika turun dari motor, Kejora tidak mau melepas helm. Sayangnya, kaca helm itu tidak gelap sempurna. Mata Kejora jauh lebih sembab dari sebelumnya. "Terimakasih udah ngasih gue kesempatan buat jujur dan nggak pakai topeng di depan banyak orang." Pengakuan di atas panggung tadi melegakan. Selama ini dia selalu berpura-pura di depan orang lain. Penampilan tadi adalah yang paling jujur dan itu berkat dorongan Rigel. Kejora berterimakasih sepenuh hati, meski setetes air mata luruh lagi di pipinya. Dia berbalik cepat meraih handle gerbang, tapi Rigel menangkap lengannya. Kuat dan erat.
"Siapa yang bilang pengen jadi teman berbagi gue?" Tatapan Rigel mengancam.
Kalau tadi Kejora berani membalas tatapan Rigel, sekarang mata dan tangan yang mencengkeram kuat itu meruntuhkan dinding kepura-puraannya. Sisa kekuatannya lenyap.
"Sekarang lo masih mau akting di depan gue?" Rigel mengatupkan rahang menahan geram. Sejak tadi, dia menahan diri untuk tidak bertanya, tapi gagal. "Jangan bikin gue marah, Kejora!"
Kejora bergeming, dia membelakangi Rigel dan mulai menangis lagi. Melihat bahu cewek itu terguncang, Rigel turun dari motor tanpa melepas cekalannya.
"Jawab!" Rigel menarik bahu Kejora supaya cewek itu tidak membelakanginya.
Kejora tertunduk. Rigel siap menarik kaca helmnya, tapi Kejora menahan tangan Rigel. Dicekalnya tangan cowok itu kuat-kuat supaya melepaskan kaca helmnya.
"Bilang sama gue ada apa atau mau gue tungguin sampai pagi, sampai lo ngaku?"
Pecah sudah tangis Kejora di balik helm yang menutupi wajahnya. Dia menyurukkan puncak kepalanya yang tertutup helm ke dada Rigel dan bahunya mulai berguncang hebat. Seharusnya, orang cuma boleh melihat gue tertawa, bukan berduka. Tapi kenapa ...
Rigel tertegun tanpa bisa berbuat apa-apa. Tangannya hanya melayang di udara tanpa mampu menyentuh pundak Kejora. Ini lebih dari cukup. Kejora mau mengakui dukanya.
Gerbang terbuka dan tanpa sempat memperbaiki posisi, Lean memergoki mereka. "Ada apa ini?" wajah Lean disusupi rasa marah bercampur khawatir. Dia berterima kasih singkat sambil membawa Kejora masuk rumah.
Jantung Kejora berpacu satu-satu. Drama apalagi yang terjadi kalau Mama sudah tiba. Tapi rumah itu masih sunyi. Kejora sedikit lega. Mirna duduk di ruang tamu menatapi keduanya dengan khawatir, tapi Lean mengabaikan pertanyaan wanita itu. Dia membawa Kejora ke belakang rumah. Duduk di tempatnya tadi menaruh iPad yang terbuka. Saat itulah Kejora tahu kelegaannya sudah habis tak tersisa.
oOo
[Pagan Pemuja Bintang]
Aztec : Gue bikin grup ini karena tahu kalian udah lama ngincer Rigel
QueenB : Sampai jam segini gue masih nggak bisa tidur keinget penampilannya tadi
Ji-Hyo : Nggak perlu jadi psikopat, kelamaan dilihatin Rigel juga bisa mati jatuh hati gue
LatteLove: Berasa pengen mutusin pacar supaya bisa ngejar dia :((
Soobin's Wife : Tuanya aja tetep ganteng ih! @_@
Manu Rios 4eva : Iya. Gue jadi ngebayangin masa depan sampai menua sama dia.
Aztec : Jadi, kalian masih mau memuja dia dalam diam?
Pesan terakhir itu diikuti tautan yang diambil dari sebuah akun gosip. Kejora dan seorang cowok. Buram, tapi sepertinya mereka tahu siluet siapa itu. Anggota grup itu langsung diam.
oOo
___________________________________
Sekilas Info
Karena banyak yang nyangka Rigel didandanin macem-macem sama Kejora, aku kasih contoh make up character yang dimaksud ya, biar kalian nggak bayangin yang aneh-aneh. Kasian singa kalau dibayangin pakai lipstik kan :D
Jember Fashion Carnaval (katanya acara ini jadi salah satu karnaval terbaik dunia loh)
Banyuwangi Ethno Carnival
Di kota asalmu, ada nggak event yang mengadopsi acara begini juga?
_______________
Fun Fact about "Starstruck Syndrome"
Berapa uang yang pernah dihabiskan Kejora untuk berbelanja?
Menurut pengakuan Mama 'Kejora', dia pernah menerima tagihan fantastic terkait dengan belanjaan Kejora. Beli apaan, ibunya nggak bilang sih. Yah, sebiji tas juga ada harga segitu. Belum sepatu, jam tangan, aksesoris, dompet, baju, make up apalagi. Waktu ditanya ke anaknya, Kejora nggak nyangka bakal sebesar itu. Ya, namanya juga belanja nggak pakai lirik-lirik price tag. Emang kita sobat misqueen. Sampo abis aja botolnya dikasih air.
Terimakasih buat yang udah ikutan jawab di akun IG @ayawidjaja , follow ya buat yang mau ikutan keseruan fun fact selanjutnya, jangan lupa WP @ayawidjaja juga dong. @rigeldiorion mah nggak di-follow nggak apa-apa daripada kalian sakit kepala. Kalau sama @bintangbintangtakbermakna masa nggak mau follow artis?
_______________
Author :
Gimana part ini? Nggak sampai bawa tisu kan?
Multimedia video klip Everybody's Fool punya Evanescence itu mewakili hidup Kejora banget menurutku.
GIVEAWAY & GRUP CHAT? Cek part.13 ya sayang-sayangku ... GIVEAWAY-nya baca petunjuk sampai akhir terus tulis di line yang tepat biar kehitung dengan mudah ya. GC terbuka buat siapapun pembaca setia Starstruck Syndrome kok :)
Dukung terus Rigel-Kejora dengan ajakin teman, dan komen sebanyak-banyaknya. Yakin tega kehilangan singa? Rigel-Kejora bahagia, kalian pun berkesempatan dapetin paket buku BWM3 dari Bentang Belia loh.
Love,
Singa,eh Aya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro